XII WAJIB IPS, ZAMAN ORDE BARU (1967-1998).
Setelah peristiwa G 30 S,
sedikit demi sedikit dukungan kepada Soekarno sebagai Presiden Indonesia semakin
berkurang. Pasca peristiwa penculikan
sekaligus pembunuhan terhadap 6 jenderal Angkatan Darat tersebut dan aksi
kudeta dari kelompok yang menamakan dirinya Dewan Revolusi, keadaan di dalam
negeri menjadi penuh ketidakpastian.
Angkatan Darat sebagai pihak
yang paling “dirugikan” dalam peristiwa itu memberikan reaksi. Hal ini tentu
saja dikarenakan ke-6 Jenderal yang diculik dan terbunuh itu merupakan pucuk
pimpinan tertinggi Angkatan Darat. Angkatan Darat langsung melakukan pencarian
terhadap korban G 30 S tersebut. Semua
korban akhirnya dapat ditemukan di sebuah kampung bernama Lubang Buaya, Jakarta
TImur sekarang.
Setelah peristiwa tersebut,
muncul desas desus bahwa PKI lah yang memainkan peran sebagai dalang di balik
persitiwa berdarah tersebut, yang hingga kini masih dipertanyakan kebenarannya.
Namun fakta sejarah mencatat hampir setengah juta simpatisan dan anggota PKI
akhirnya terbunuh karena dianggap turut serta dalam aksi berdarah G 30 S tersebut. Indonesia sangat tidak stabil kondisinya,
Soekarno pun tidak mengiyakan tuntutan sebagian rakyat dan Angkatan Darat untuk
membubarkan PKI.Hal ini dikarenakan 2 alasan
1. Soekarno mengatakan bahwa, meskipun dia tidak secara tegas membubarkan PKI, serangan terhadap partai komunis itu sudah besar, bisa dibayangkan jika dia secara langsung di depan rakyat mengumumkan pembubaran PKI maka, PKI akan semakin menjadi pihak yg salah dan semakin menjadi sasaran empuk amuk massa kala itu.
2. Sebelum terjadi peristiwa G 30 S, Bung Karno telah menawarkan ideologi yang mempersatukan antara kelompok nasionalis agama dan komunis ke seluruh Indonesia dan bahkan ke seluruh dunia dengan konsep NASAKOM nya (Nasionalis, agama dan komunis). Maka jika dia membubarkan PKI itu sama dengan menelan luidahnya sendiri sembari mengatakan bahwa ideologi NASAKOM itu gagal.
Pada perkembangannya Soeharto
sebagai salah seorang perwira tinggi Angkatan Darat yang tidak menjadi sasaran
dari penculikan dan pembunuhan mampu merebut dukungan para Jenderal Angkatan Darat, Bung Karno pun melantiknya sebagai Panglima Angkatan Darat. Soeharto
menjadi semakin kuat posisinya setelah pada 11 Maret 1966, Presiden Soekarno memberikan
sebuah Surat Perintah (dikenal kemudian dengan Surat Perintah Sebelas Maret)
yang isinya sebuah perintah kepada Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan
Darat untuk menjamin keamanan dan ketertiban, sekaligus menjamin keamanan
Presiden Soekarno, ajarannya dan keluarganya.Hal ini dilakukan karena kondisi dan stabilitas politik kala itu sangat darurat.
Berbekal surat tersebut,
Soeharto melakukan hal-hal yang dianggapnya menjawab tuntutan masyarakat kala
itu. Dia kemudian membubarkan PKI, menangkap
15 Menteri2 Kabinet Dwikora II karena dianggap mendukung G 30 S. Maka bisa
dikatakan selama tahun 1966-1967 terjadi dualisme kepemimpinan di Indonesia, satu
pihak Soeharto dan di pihak lain Soekarno. Namun dualisme in akhirnya berakhir setelah pidato
pertanggungjawaban Soekarno yang dibacakan di hadapan MPRS berjudul Nawaksara
(Sembilan pokok masalah) ditolak. MPRS beralasan, dalam pidatonya Soekarno sama sekali tidak
menyinggung tentang peristiwa G 30 S.
Soekarno pernah diminta MPRS
untuk melengkapi isi pidato pertanggungjawabannya, namun setelah dilengkapi
MPRS masih merasa belum puas, hingga akhirnya pada bulan Maret 1967, MPRS
menetapkan Soeharto sebagai pengemban SUPERSEMAR menjadi Presiden untuk
menggantikan Soekarno. Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan Soekarno untuk kemudian dimulailah era baru yang sering
juga disebut Orde Baru di Indonesia di bawah pimpinan Soeharto.
Kebijakan-kebijakan Orde
Baru………..
1. Dalam bidang Politik.
Sejak peristiwa G 30 S,
situasi politik Indonesia sangat tidak stabil. Dalam masa pemerintahannya, Soeharto
tidak ingin situasi politik yang buruk mengganggu kehidupan ekonomi Indonesia.
Maka dilakukanlah beberapa kebijakan antara lain :
A. Penataran P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
Menurut orde baru, peristiwa
G 30 S merupakan sebuah cara kaum komunis untuk menggantikan ideolog Pancasila
menjadi Komunis. Selain itu menurut Soeharto Pancasila terlalu banyak
tafsirannya, perlu dibuat satu tafsiran bersama tentang Pancasila. Tujuannya
agara semua warga negara Indonesia mengerti makna dan nilai di balik Pancasila
maka diputuskan untuk mengadakan penataran atau seminar P4.
B. Dwifungsi ABRI.
ABRI atau Angkatan Bersenjata
Indonesia dibentuk untuk menjaga wilayah Indonesia dari segala ancaman baik itu
dari dalam maupun dari luar. Di zaman
Orde Baru ABRI diberikan satu tugas tambahan yaitu jabatan politik. Pada perkembangannya di DPR nantinya ada
Fraksi khusus ABRI. Jadi selain bertugas dalam bidang hukum, ABRI juga punya
fungsi lain yaitu Politik.
C. Jika dalam masa Demokrasi
Liberal dan Demokrasi Terpimpin banyak Partai yang menghiasi panggung politik
Indonesia, pada zaman Orde Baru semuanya diubah. Partai-partai berazaskan Islam (NU, PERTI,
PARMUSI, PSII) disatukan dalam PPP (Partai Persatuan Pembangunan), kemudian
partai-partai berazaskan nasionalis (PARKINDO, Partai Katolik, PNI, IPKI) disatukan
dalam PDI (Partai Demokrasi Indonesia), kemudian ada satu organisasi yang nanti
tahun 1999 berubah menjadi Partai Politik yaitu Golongan Karya (Golkar). Nah nanti yang berhak ikut Pemilu hanya 2
partai dan satu Golongan Karya ini, hingga Pemilu tahun 1997. Hasilnya selama
32 tahun Golkar selalu menjadi pemenang.
2. Dalam bidang Ekonomi.
Setelah ekonomi Indonesia
morat-marit sejak masa revolusi hingga demokrasi terpimpin, Soeharto sebagai
pemimpin baru merancang sebuah rencana pembangunan demi kemajuan ekonomi
Indonesia. Untuk itu Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi yang terdiri dari 8 ekonom
yang pernah bersekolah di Amerika Serikat, antara lain : Prof Wijoyo
Nitisasatro, Prof Ali Wardhana, Prof Soemitro Djojohadikusumo, Prof Emil Salim
dsb. Mereka ini terkenal sebagai perancang utama ekonomi Indonesia pada masa
orde baru.
Pembangunan Indonesia pada
masa Orde Baru dilakukan dalam tahapan-tahapan yng disebut dengan Pembangunan
Lima Tahun atau PELITA Pemerintah merencankan pembangunan dalam kurun waktu 25
hingga 30 tahun ke depan, berikut tahapannya
A. PELITA I : Menitikberatkan
pada sector pertanian dan industry yang mendukung sector pertanian
B. PELITA II : menitikberatkan
pada sector pertanian dan meningkatkan industry pengolah bahan mentah menjadi
bahan baku
C. PELITA III: Menitikberatkan
pada setor pertanian dan meningkatkan industry pengolah bahan bau menjadi
barang jadi
D. PELITA IV : Menitikberatkan
pada sector pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industry yg
bisa menghasilkan mesin-mesin industry sendiri.
E. PELITA V : menitikberatan
setor Pertanian dan INdsutri sebagai lanjutan PELITA I sd IV
F. PELITA VI : menitikberatkan
pada setor pertanian dan industry dan pembangunan sumber daya manusia
Beberapa prestasi yang patut
diakui selama masa pemerintahan Soeharto dalam bidang ekonomi adalah pencapaian
akan swasembada beras pada tahun 1984, sampai SOeharto diberi penghargaan oleh
FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) dan diundang untu berpidato pada
konfrensi FAO di Roma, pada tahun 1985 . Selain itu zaman Orde Baru juga
dikenal berhasil dalam soal pengendalian penduduk, melalui program Keluarga
Berencana (KB), dan mampu mengendalikan laju pertumbuhan penduduk yg terlalu
besar.
Hingga tahun 1980an pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat
tinggi, mencapai angka 7,7 %, dan kurs rupiah terhadap Dollar Amerika juga
tidak terlalu jauh. Indonesia juga berhasil membangun bendungan untuk mendukung
program pertanian, termasuk mendukung perkembangan teknologi dengan menciptakan
pesawat pertama buatan anak negeri yaitu N250 atau biasa disebut Gatotkaca.
Akhir dari Pemerintahan Orde
Baru.
Pada intinya Pemerintahan Orde Baru mampu menjaga
stabilitas ekonomi dan politik. Ekonomi bertumbuh, pembangunan jalan, irigasi,
pendidikan dilakukan, investasi asing semakin banyak masuk ke Indonesia dsb.
Namun perekonomian dunia mengalami gejolak sekitar tahun 1997. Indonesia yang
merupakan bagian dari ekonomi dunia menerima dampaknya. Krisis ekonomi di
Thailand yang terjadi pada tahun 1997, berimbas ke Indonesia. Nilai Kurs Rupiah
jatuh hingga 16.000 per Dollar Amerika, Banyak perusahaan bangkrut dan mem-PHK
karyawannya, UMKM banyak yg tutup dan bangkrut, Bank-Bank bangkrut dan
bermasalah, Indonesia juga harus menandatangani pinjaman dana dari IMF yang
menyebabkan pengeluaran dan utang negara semakin besar.
Krisis ekonomi ini menjadi pemicu terjadinya gelombang
protes dari rakyat di seluruh tanah air, terutama di Jakarta. Beberapa tahun sebelumnya juga sudah terjadi
protes dan demonstrasi dari berbagai elemen rakyat menuntut diadakannya
sejumlah perbaikan dalam sistem kenegaraan Indonesia. Hal ini diakibatkan oleh
terlalu besarnya pengaruh negara, terutama ABRI dalam kehidupan rakyat,
pelanggaran HAM, korupsi dan berbagai kasus lain.
Puncaknya, Krisis Ekonomi tahun 1998, menjadi pemicu
demontrasi ribuan rakyat terhadap pemerintahan Soeharto. Mereka menganggap
Soeharto tidak mampu lagi memimpin Indonesia, mereka menuntut dilakukannya
Reformasi dengan agenda :
1. Bubarkan Orde Baru dan Golkar
2. Hapuskan Dwifungsi ABRI
3. Hapuskan KKN
4. Tegakkan Supremasi Hukum, HAM
dan Demokrasi
Akhirnya rakyat yang dimotori
oleh mahasiswa turun ke jalan, hingga puncaknya pada tanggal 12 Mei 1998,
terjadi bentrok antara aparat keamanan dengan mahasiswa. Akibatnya 4 mahasiswa
Universitas Trisakti meninggal yaitu Elang Mulya Lesmana, Hery Hartanto, Hendriawan
Sie, Hafidhin Royan.
Kejadian ini membuat gerakan demonstrasi semakin besar, kekacauan
dan penjarahan semakin marak, terutama terhadap etnis Tionghoa. Banyak pusat
perbelajaan milik mereka dijarah oleh massa, suasana benar-benar di luar
kendali.
Demonstran akhirnya menuntut DPR/MPR untuk menggelar
sidang istimewa agar Soeharto diturunkan dari jabatan Presidennya. Mahasiswa
sampai berhari2 menduduki gedung wakil rakyat tersebut. Pada akhirnya kondisi
politk Indonesia sedikit lebih stabil setelah pada 21 Mei 1998, Soeharto
memutuskan untuk berhenti dari jabatannya sebagai Presiden.
Reformasi dan Kejadian Pentingnya
Setelah Soeharto berhenti,
sesuai Amanat UUD 1945, Presiden yang berhalangan tetap dan tidak bisa lagi
melakuan tugasnya sebagai Presiden, aan digantikan oleh Wakilnya. Akhirnya BJ
HABIEBIE, Wakil Presdien kala itu dilantik menjadi Presiden
Agenda utama Habibie adalah memenuhi tuntutan Reformasi
dari Rakyat. Istilah ABRI kemudian dihilangkan, diganti menjadi TNI (Angkatan
Darat, Laut dan Udara) dan POLRI (Kepolisian Republi Indonesia), Dwifungsi ABRI
dicabut, Fraksi ABRI di DPR/MPR dihapuskan. Habibie juga mengeluarkan UU
tentang otonomi daerah soal perimbangan keuangan daerah dan pusat. Pada masa
Habibie juga diadakan Pemilu pertama setelah Reformasi.
PDI Perjuangan bentukan Megawati Soekarno Putri berhasil
menjadi pemenang dalam Pemilu tahun 1999 tersebut. Namun pada perkembangannya, laporan
pertanggungjawaban Habiebie ditolak oleh MPR, sehingga dia harus merelakan
jabatan Presidennya dicabut. Penolakan ini terutama diakibatkan oleh lepasnya
Timor-timur dari Indonesia melalui
Referendum tahun 1999.
Beliau kemudian digantikan
oleh Abdurahman Wahid (Gus Dur) yang berhasil memenangkan pemilihan Presiden
pada tahun 1999. Abdurahman Wahid masih
menlanjutkan agenda Reformasi dan terekenal karena kebijakannya yang
kontroversial. Salah satunya membubarkan Departemen Sosial dan Departemen
Penerangan. Karena menurutnya Departemen Sosial menjadi sarang korupsi, dan
Departemen Penerangan terlalu mengekang kebebasan pers dan kebebasan
berpendapat rakyat.
Namun beliau hanya menjabat
selama 1 tahun 7 bulan, karena peristiwa politik dan dugaan keterlibatan beliau
pada skandal Bruneigate dan Buloggate, yang hingga sekarang tidak mampu
dibuktikan. Namun MPRS telah menetapkan Megawati Soekarno Putri, Wakil Presiden
kala itu untuk menggantikan Gusdur sebagai Presiden RI. Pada zaman Megawati
dibentuk KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan beliau berhasil
menyelenggarakan Pemilu Langsung untuk pertama kalinya yaitu tahun 2004. Partai
Golkar keluar sebagai pemenang. Namun pada pemilihan Presiden langsung,
Megawati dikalahan oleh Calon Presiden dari Partai Demokrat yaitu Susilo
Bambang Yudhoyono, yang menjadi Presiden Pertama hasil pilihan rakyat langsung
Komentar
Posting Komentar