PAS XI WAJIB
Dari Penjelajahan, Penjajahan hingga Pergerakan Nasional ...
Sejak bangsa Eropa, terutama Kerajaan Portugis
berhasil mengembangkan teknologi kapal layar dan peta, penjelajahan samudera
yang sebelumnya hanya sebuah ketidakmungkinan bagi bangsa Eropa berubah menjadi
kenyataan.
Ada beberapa faktor pendorong
pelayaran samudera
1.
Paham
Merkantilisme (Merkantilisme: kesejahteraan suatu kerajaan tergantung kepada
banyaknya asset atau kekayaan kerajaan itu). Karena ini maka semua kerajaan di
eropa berlomba2 mencari kekayaan di luar negaranya, seperti emas, terutama
mencari rempah yang pada saat itu hanya tumbuh di Indonesia.
2.
Jatuhnya
Konstantinopel kepada Turki Utsmani, ini membuat orang Eropa tidak bebas lagi
berdagang di kawasan Laut Tengah (Konstantinopel sebelumnya pusat perdagangan
Eropa). Akhirnya bangsa Eropa mencari jalur lain, akibatnya mereka menemukan
tempat-tempat baru yang sebelumnya tidak pernah mereka ketahui. Akhirnya
penjelajahan semakin berkembang.
3.
Melanjutkan
Perang Salib, konflik berkepanjangan antara orang Eropa yg Kristen dan Orang
Muslim dari Arab.
Berikut beberapa penjelajahan
yang dilakukan oleh bangsa barat terutama Portugis dan Spanyol (Nanti Belanda
kita bahas sendiri di bawah), yang terutama untuk mencari negeri rempah ,
Indonesia….
1.
Portugis.
Penjelajahan mereka diawali dan
dipimpin oleh seorang pelaut bernama Bartolomeus Diaz. Dengen berbekal kapal
dan peta seadanya mereka tiba di Tanjugn Harapan (Afrika Selatan sekrang).
Karena ada masalah kapal mereka pulang ke Protugis, kemudian dilanjutkan oleh
Vasco Da Gama yang melewati jalur Diaz dan sampai di India ((Kota pelabuahn
Goa). Kemudian karena ditolak orang Goa, mereka pulang, sampai kemudian
pelayaran dilanjutkan oleh Alfonso Albudiquerque yang berhasil menaklukkan Goa
India. Karena menemukan kenyataan bahwa India bukan pusat rempah, Portugis
mencari informasi kembali tentang pusat rempah2 tsb. Mereka menemukan tempat
yang disebut pusat rempah yaitu Malaka, pada tahun 1511 pelabuhan internasional
itu dikuasai pasukan Diquerque. Namun ternyata Malaka bukan juga pusat rempah,
mereka mencari lagi informasi bahwa tempat itu bernama Maluku, maka Diquerque
mengirimkan utusan ke Maluku dan menjalin kerjasama dengan Kerajaan Ternate.
2.
Spanyol
Negara
ini mengawali pelayaran akibat konflik dengan Portugis, akhirnya melalui
perjanjia Trodesilas, Spanyol mengambil jalur barat menghindari Portugis yang
melewati jalur timur. Pelayar Spanyol yang paling tekenal bernama Magelhaens
yang berjibaku melewati Atlantik dan Pasifik hingga nanti tiba di Filiphina.
Namun karena konflik dengan warga lokal, Magelhaens wafat. Namun pelayaran
Spanyol menuju tempat rempah (Maluku) tetap berjalan di bawah Sebastian Del
Cano dan mereka akhirnya tiba di Maluku dan menjalin kerjasama dengan Tidore. Inilah
yang menyebabkan konflik Ternate dengan Tidore karena kedua2nya didukung oleh 2
negara Barat yaitu Portugis dan Spanyol. Konflik ini baru reda setelah perjanjian
Saragosa. Melalui perjanjian ini,
Spanyol diperintahkan mundur ke Filiphina dan Portugis tetap di Maluku hingga
nanti Belanda menyerang mereka hingga pindah ke Timor Leste.
3.
Belanda
Oke kita
sedikit loncat , setelah Portugis kabur dari Maluku, muncul calon penguasa negeri
baru bernama Belanda. Pigimane ceritanya? Caranya melalui sebuah perusahaan yg
diberi nama VOC… mari kita lihat apa itu VOC.
Menurut catatan sejarah, orang Belanda yang pertama kali tiba di
Indonesia adalah seorang pelaut bernama Cornelis De Houtman. Beliau berangkat
sekitar bulan April tahun 1595 dan tiba sekitar bulan Juni tahun berikutnya.
Bapak? Houtman ngapain ke
Indonesia????
Orang-orang Belanda sebelumnya banyak bekerja pada pelaut-pelaut Portugis yg
berlayar ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah. Namun setelah mengetahui
cara berlayar dan mampu mandiri akhirnya orang2 Belanda melakukan pelayaran
sendiri.
Nah si Houtman itu lah orang Belanda pertama yg tiba di Indonesia, tp bukan
sendirian ya, dia bawa 4 kapal dan 249 awak kapal dan 64 pucuk meriam. Dia tiba
di Banten (sekarang jadi Provinsi Banten) pada saat itu Banten jadi penghasil Lada utama
di pulau Jawa. Singkat cerita, Houtman kurang diterima orang lokal karena sifat
buruknya, namun meskipun seperti itu,
Houtman tetap berhasil membawa pulang rempah-rempah dalam jumlah yang banyak.
Intinya ketika dia tiba kembali di Belanda pada tahun 1597, dia untung besar.
Kabar tentang “keberhasilan” Houtman dengan cepat menyebar ke seluruh pelosok
Belanda. Orang2 Belanda lain berlomba-lomba melakukan pelayaran serupa. Setahun
setelah kepulangan Houtman (1598) berangkat pula lah kapal2 lain untuk membeli
rempah ke Indonesia.
Wih, untung banyak dong pak orang Belanda????
Tunggu
dulu, ternyata pelayaran orang2 Belanda ini menyisakan masalah. Mereka jadi
bersaing untuk mendapatkan rempah2, akibatnya harga rempah2 jadi tidak stabil,
semua pedagang bikin harga sendiri. Selain itu, akibat banyaknya pelayar yg
datang ke Indonesia, pasokan rempah2 di Eropa menjadi meningkat yg menyebabkan
harganya turun.
Singkat cerita dicarilah solusi bagaimana mengatasi masalah di atas. Maret
1602, semua perusahaan2 yg berlayar ke Indonesia tadi bersepakat membuat
perusahaan gabungan yg disebut VOC (Verenigde Oost Indische Compagnie/Perusahaan
Dagang India Timur). Gitu, ngerti ya….
Tapi
tidak hanya sekedar perusahaan, VOC juga diberi hak khusus (Oktrooi) oleh
Kerajaan Belanda, seperti layaknya hak sebuah negara.
Mencetak uang sendiri,
Memiliki pasukan sendiri, Memonopoli
perdagangan,
Mendirikan Benteng,
Menyatakan perang dan damai, Mengangkat
dan memberhentikan penguasa setempat, Mengangkat dan memberhentikan
pegawai, Mengadakan perjanjian dengan raja-raja
Nah
begitu cerita singkatnya… Paham ya kenapa dibentuk VOC, dan mengapa VOC itu kok
kayaknya kuasanya besar amat gitu…
Oke,
apa saja yg dilakukan VOC di Indonesia????
Karena jauhnya jarak antara Belanda dengan Indonesia, ditunjuklah seorang
pemimpin VOC di Indonesia yg disebut juga Gubernur Jenderal (Gubjend), dibantu
oleh 4 orang anggota Raad Van Indie (Dewan India) untuk mengawasi Gubjen.
Pieter
Both merupakan Gubjen pertama VOC yang pada saat itu berpusat di Ambon. Nanti
di tahun 1619, pusat komando VOC dipindahkan ke Batavia (Jakarta), oleh Gubjen
Jan Pieterszoon Coen.
(Pak kenapa dipindahin?
Karena VOC ingin menguasai Indonesia secara keseluruhan, bukan hanya Maluku
sebagai penghasil utama rempah-rempah, maka perlu menguasai jalur pelayaran
utama Indonesia yg pada saat itu ada di Batavia).
Tujuan lain pendirian VOC,
selain menghilangkan persaingan antar sesama pedagang Belanda adalah
mengumpulkan untung sebanyak2nya dengan cara menguasai perdagangan rempah di
nusantara atau istilah lainnya, “MEMONOPOLI PERDAGANGAN REMPAH”.
Artinya tidak ada “sebutir” rempah pun bisa keluar Indonesia jika bukan oleh
VOC.
Mengapa VOC sampai segitunya Pak?? Iya. Karena dengan memonopoli perdagangan rempah
di Indonesia, pasokan rempah di Eropa akan stabil, tidak terlalu banyak rempah
dan otomatis harganya bisa dengan seenaknya ditentukan oleh VOC. (FYI:
Cara-cara monopoli seperti ini sekarang sudah dilarang di seluruh dunia karena
dianggap curang dan penuh kelicikan)
Oke kita lanjut …..
Lalu apa saja kebijakan yg
dilakukan VOC bisa kita simpulkan dalam bagan di bawah ini
Kebijakan
|
Tujuan
|
1.
Verplichte
Levarantie
(monopoli)
|
1. Dengan
kebijakan ini rakyat dipaksa untuk menyerahkan rempahnya ke VOC, rakyat
dilarang menjual kepada pedagang lain, pokoknya harus ke VOC..
|
2.
2.
Contingenten
(pembayaran
pajak)
|
2. ini
lucu, rakyat Maluku yg empunya tanah dipaksa bayar pajak ke VOC, dalam bentuk
hasil bumi, terutama rempah..
|
3. Ekstirpasi
|
3. Saking
mahalnya rempah, rakyat Indonesia jadi menanam rempah (sebelumnya rempah
tumbuh sendiri di hutannya orang Maluku), nah biar pasokan rempah ga
kebanyakan, VOC tebangin rempah2 rakyat biar pasokan nya tetap stabil dan
mereka bisa atur harganya..
|
4. Pelayaran
Hongi
|
4. Nah
ini trik VOC biar dia ga ada saingan, jadi VOC bikin semacam kapal patrol
(kapal kora2) bwt mengawasi kawasan Indonesia terutama Maluku, untuk
memastikan tdk ada pedagang lain selain mereka. Licik banget kan??...
|
Lalu
bagaimana VOC memerintah Indonesia apakah mereka langsung jd semacam PNS gitu
pak, yg turun langsung ke masyarakat???
Tidak,
jadi mereka melakukan sistem pemerintahan yg disebut Indirect rule (pemerintahan
tidak langsung), apaan itu pak?? Nah sistem ini berarti, VOC tidak langsung
berhadapan dengan rakyat Indonesia, mereka memanfaatkan penguasa2 pribumi atau
raja-raja setempat. Nah nantinya rakyat bayar pajak ke Raja2 dan kaum bangsawan
(bupati), kemudian raja2 itulah yg menyetorkan ke VOC. Makanya VOC itu selalu
mencampuri pergantian Raja dan Bupati di Indonesia, dia pilih Raja atau Bupati
yg mau tunduk sama dia, yg melawan, dia singkirkan. nah ini lah yg
disebut Devide Et Impera, jadi mengadu domba keluarga
kerajaan biar berantem, ketika mereka (keluarga kerajaan) berantem VOC kuasai
Kerajaannya.
Namun sejarah berkata lain, kuasa VOC yg dibangun sejak tahun 1602, tidak
bertahan selama ribuan tahun, 31 Desember 1799, VOC dibubarkan karena beberapa
hal di bawah ini
Utangnya banyak, Pegawainya Korupsi,
Biaya perang yang mahal, Biaya
untuk bayar gaji pegawai terlalu banyak ,
VOC juga harus membayar deviden ke para pemilik saham di Belanda,
padahal utangnya banyak, VOC juga dibayang2i persaingan dagang dengan sekutu
dagang lain seperti EIC (Inggris).
Akhirnya VOC hancur dengan saldo
kerugian sebesar 134, 7 juta Gulden….
Selain karena
faktor di atas, ada faktor politis lain mengapa VOC akhirnya hancur, mari kita
lihat yang satu ini .
Pada tahun 1789, terjadi
Revolusi di Prancis, Raja Louis XVI yg absolut (otoriter) digulingkan dan
beberapa tahun kemudian dihukum mati oleh rakyatnya. Revolusi ini membuat
Kerajaan2 lain di Eropa ketakutan, mereka khawatir rakyatnya akan melakukan hal
yg sama seperti di Prancis (mereka takut rakyatnya marah sama Rajanya).
Akibatnya Prusia (sekarang Jerman) dan Austria menyerang Prancis dengan harapan
bisa mengembalikan system kerajaan, namun serangan itu gagal. Prancis malah
balik menyerang, yang pertama kali kena serangan adalah Belanda.
Akhirnya Pada tahun 1795,
negeri Belanda berhasil dikuasai oleh bangsa Prancis. Perlu kalian tahu, ketika
menguasai Belanda, Prancis dibantu oleh sekelompok orang-orang Belanda yg
juga menolak system kerajaan di negaranya. Kelompok ini disebut juga Kaum Patriot. Kaum
Patriot ini anti Raja dan anti feodalisme. Mereka terinspirasi dari Peristiwa
Revolusi Prancis itu. Mereka menginginkan revolusi yg sama di negerinya.
Pada akhirnya kaum Patriot
dibantu oleh pasukan Prancis berhasil menjatuhkan Raja William V, Raja
Belanda pada saat itu hingga dia kabur ke Inggris. Sejak saat itu Kerajaan
Belanda dihapuskan diganti dengan Republik Bataaf (Bataaf itu nama suku
jerman kuno yang dulu mendiami negeri Belanda) dan berada di bawah
penjajahan Prancis.
(Oleh karena kondisi Belanda yang sedang dijajah inilah VOC akhirnya dibubarkan karena tidak bisa dikelola lagi karena kondisi perang. )
Muncul pertanyaan, bagaimana
dengan wilayah jajahan Belanda yaitu Indonesia????? Kita akan bahas di bawah
ini.
Ketika Raja William V
berhasil lolos dari serangan pasukan Prancis dan melarikan diri ke Inggris pada
tahun 1795, dia diberi tempat mengungsi di Kota Kew. Dari sana dia mengeluarkan
“SURAT-SURAT
KEW”. Surat ini isi nya memerintahkan pejabat-pejabat Belanda yg ada di
Indonesia untuk menyerahkan Indonesia kepada Inggris agar tidak jatuh ke tangan
Prancis. Karena waktu itu Belanda sedang dijajah Prancis (bagian ini
ngeti kan ya? Kalau ga ngerti tanya)…
Mandat yang diberikan William
V dari Kew itu, membuat Inggris berhasil mengambil alih beberapa wilayah Indonesia,
seperti Padang dan Malaka (1795), Ambon dan Banda (1796). Sejak tahun 1795,
Inggris juga memblokade/mengacaukan jalur masuk ekspor impor ke Batavia
(Jakarta). Intinya semua wilayah penting Indonesia sudah dikuasi Inggris
kecuali Pulau Jawa.
Kenapa
Pulau Jawa belum berhasil ditaklukkan Inggris????? Kita akan lihat….
Tadi udah lihat kan, Prancis
menyerang semua Kerajaan-Kerajaan Eropa, penyerangan ini semakin dahsyat
ketika pada tahun 1804 Napoleon Bonaparte menjadi Kaisar Prancis, Prancis
semakin agresif memperluas wilayah jajahannya ke seluruh Eropa, terutama
Inggris dan Rusia.
Napoleon menunjuk adiknya
sendiri yaitu Louis Napoleon sebagai Raja di Belanda. (Ingat, sejak 1795,
Belanda sudah dijajah oleh Prancis) Louis Napoleon melihat bahwa Indonesia,
terutama Pulau Jawa, penting dipertahankan dari ancaman Inggris. (lihat cerita
di atas) Akhirnya dia mengirimkan salah seorang pemimpin kaum Patriot Belanda
yaitu HERMAN WILLIAM DAENDELS ke Indonesia sebagai Gubernur Jenderal pada tahun
1808. Dengan tugas utama “MEMPERTAHANKAN PULAU JAWA DARI SERANGAN
INGGRIS”….
Kenapa hanya Pulau Jawa yg
dipertahankan Pak? Ya kemungkinan karena wilayah Indonesia yg lain sudah
dikuasai oleh Inggris. Kedatangan Daendels semakin memperkuat Pulau Jawa dari
ancaman serangan Inggris. Dia anti terhadap feodalisme dan kerajaan. Selama 3
tahun di Indonesia (1808-1811) dia banyak melakukan hal-hal yang kontroversial
di berbagai bidang antara lain
Hukum dan Peradilan.
|
1. Membentuk 3 jenis lembaga peradilan. Yaitu Peradilan untuk Orang
Eropa, Peradilan untuk Orang Timur Asing dan Peradilan untuk orang Pribumi.
(Peradilan Pribumi ada di setiap Prefektur). Di Prefektur
Batavia, Semarang dan Surabaya diberlakukan hukum Eropa.
|
Bidang Sosial
Menghapuskan penghormatan kepada Sultan
Meningkatkan perbudakan dan kerja rodi (kerja paksa)
|
Ekonomi dan Keuangan
|
1. Membentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara.
|
2. Mengeluarkan uang kertas
|
3. Memperbaiki gaji pegawai
|
4. Meningkatkan pembayaran pajak (contingenten) dan Verplichte
Levarantie (Penyerahan Wajib)
|
5. Monopoli perdagangan beras
|
6. Mengadakan Preanger Stelsel (kewajiban menanam kopi) di wilayah
Priangan (sekitar Provinsi Jawa Barat sekarang).
|
Demikianlah
beberapa kebijakan yang dikeluarkan oleh Daendels selama 3 tahun menjadi
Gubernur Jenderal di Indonesia. Kebijakan-kebijakan ini pada akhirnya
membawa kepada ketidaksukaan rakyat Indonesia terhadap Daendels karena dianggap
semena-mena dan kejam. Pada akhirnya Daendels ditarik ke Belanda dan dijadikan
sebagai Panglima Perang yg dikirim ke Rusia. (waktu itu di Eropa masih terjadi
perang hingga tahun 1815 berakhir setelah Napoleon kalah di Waterloo, nanti
saya jelasin di bawah).
Bulan
Mei 1811, kedudukan Daendels digantikan oleh Jansen. Namun Jansen
tidak setangguh Daendels, September 1811, apa yang ditakutkan dulu terjadi.
Inggris mendarat di Pulau Jawa, Jansen menyerah, mundur ke Semarang, diserang
lagi mundur lagi ke sebuah kampung bernama Tuntang, dan menyerah di sana dan
menandatangani Perjanjian Tuntang yg isinya
1. Seluruh
Jawa dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris
2. Semua
tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
3. Semua
pegawai Belanda yg mau bekerja sama dengan Inggris tidak akan dipecat dari
jabatannya
4. Semua
utang Pemerintah Belanda dulu, tidak menjadi utang Inggris.
Perjanjian
ini menandai berakhirnya kekuasaan Prancis di Indonesia. Digantikan oleh
Inggris. Gubernur Jenderal Inggris di India, menunjuk Sir Thomas Stanford Raffles
sebagai Letnan Gubernur di Indonesia, sekaligus pemimpin tertinggi Inggris di
Indonesia.
Berbeda dengan Daendels, Raffles justru cenderung ditanggapi positif oleh
rakyat Indonesia, terutama karena dia tidak “sekejam” Daendels.
Lalu
selama lima tahun di Indonesia (1811-1816) apa saja yg dilakukan oleh
Raffles????
Birokrasi Pemerintahan..
|
1. Membagi pulau Jawa menjadi 16 Karesidenan (Provinsi) yg terdiri
dari beberpa distrik (Kabupaten). Distrik ini terdiri dari beberapa Divisi
(kecamatan). DIvisi ini merupakan kumpulan dari beberapa desa.
|
2. Jika sebelumnya penguasa daerah diserahkan kepada Raja-Raja di
daerah, pada masa Raffles dirubah menjadi system pemerintahan colonial
bercorak barat. (menggunakan semacam PNS).
|
3. Bupati dan Penguasa Pribumi (Raja-Raja Pribumi) dijadikan
pegawai pemerintah Inggris di Indonesia. (Betapa memalukannya kita diatur
bangsa asing)…
|
Ekonomi
dan Keuangan
|
2. Contingenten dan Verplichte Leverantie dihapuskan, karena
dianggap dapat mengurangi daya beli masyarakat
|
3. Menerapkan system sewa tanah (Land Rent). Raffles menganggap
bahwa tanah-tanah yg ada di Indonesia merupakan milik INggris, maka rakyat
Indonesia yg menggunakan tanah tersebut dianggap sebagai penyewa yg harus
bayar sewa dalam bentuk pajak (waduh dasar Raffles tanah nenek moyang kita
kok diklaim milik Inggris).
|
Bidang Sosial
|
1. Menghapuskan kerja rodi (kerja paksa)
|
2. Penghapusan perbudakan
|
3. Menghapuskan Pynbank (penyiksaan dengan
dimasukkan ke kandang Harimau)
|
Bidang Ilmu Pengetahuan dia
bersama seorang Botanis bernama Arnoldi menemukan Bunga Bangkai yang akhirnya
diberi nama RAfflesia Arnoldi. Dia juga menulis Buku History of Java.
Pada
tahun 1814, setahun sebelum berakhirnya Perang Napoleon, Inggris dan Belanda
menyepakati beberapa hal dalam Convention Of London yang
paling utama dari perjanjian tersebut adalah Inggris bersedia mengembalikan
Indonesia kepada Belanda.
Pada tahun 1816, Perjanjian ini dilaksanakan. 5 hari sebelum
Pelaksanaannya Raffles menyerahkan jabatannya kepada John Fendall.
Artinya John Fendall menjabat sebagai Letnan Gubernur Inggris di Indonesia
selama 5 hari, untuk kemudian menyerahkan Indonesia kepada Belanda.
Pak sebentar, Prancis kemana dong? Kan tadi Belanda masih dijajah
ama mereka? Oh iya hamper lupa. Pada tahun 1815, Napoleon kalah perang dalam
pertempuran di Kota Waterloo, Inggris. Pada tahun yg sama dia mengundurkan diri
sebagai Kaisar Prancis dan ditawan oleh Inggris di Pulau St. Helena, 1821 dia
meninggal di tempat itu. Berakhir sudah Perang di Eropa, semuanya kembali
kepada kondisi semual. Akhirnya William V kembali ke negerinya Belanda dan
bersiap menerima kembali Indonesia dari Inggris (wah ini drama yg menyedihkan
buat Indonesia)..
1816,
Indonesia diserahkan kembali oleh Inggris kepada Belanda. Sejak saat itu hingga
nanti tahun 1942, Indonesia dikuasai oleh Belanda dengan nama Pemerintah Hindia
Belanda.
Salah
satu persitiwa paling menyedihkan selama kurun waktu 1816-1942 ini adalah Zaman
Tanam Paksa (1830-1870). Mengapa sampai ada tanam paksa? Apa tujuannya, lalu
mengapa kebijakan ini demikian menyakitkan dan menyedihkan bagi orang
Indonesia? Kita akan lihat di bawah ini…
Setelah
Perang melawan Napoleon berakhir pada tahun 1815, Kerajaan Belanda mengalami
kehabisan duit (defisit). Ditambah lagi dengan biaya perang dengan Belgia yg
sebelumnya menjadi wilayah jajahan Belanda. Kemudian ditambah lagi dengan biaya
perang di Indonesia. Kalian tentu pernah dengar Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Paderi (1812-1837), semua perang ini membutuhkan biaya yg besar.
Diperkirakan untuk Perang Diponegoro saja butuh biaya 20 juta Gulden (mungkin
sudah Triliunan Rupiah sekarang), semua perang ini membuat kosong kas Negara
Belanda.
Di
tengah kesulitan ini, muncul seorang Belanda bernama Van Den Bosch, dengan
rencana yg kita kenal dengan nama Cultuur Stelsel (Sistem Penamaan). Gampangnya,
system ini adalah mewajibkan rakyat jawa menanam tanaman yg laku di
pasaran internasional, karena ketika itu Rempah-rempah sudah tidak laku keras
lagi di pasaran internasional, jadi mesti dicari komoditas lain, misalnya Gula
(Tebu) dan Kopi.
Sebenarnya
secara Teori Sistem ini bagus kita lihat ketentuan awalnya:
1. Penduduk
menyediakan sebagian tanahnya untuk ditanami tanaman yg laku di pasaran
internasional, dan tidak lebihd ari 1/5 dari jumlah tanah.
3. Pekerjaan
yg diperlukan untuk menanam tanaman ekspor tsb tidak boleh melebihi pekerjaan
untuk menanam padi
4. Tanah
yg digunakan untuk Cultuur Stelsel bebas dari pajak
5. Hasil
dari tanaman tersebut diserahkan kepada Pemerintah Belanda, jika harganya
ditaksir melebihi pajak yg harus dibayarkan (artinya ada kelebihan uang) maka
sisa nya dikembalikan kepada rakyat.
6. Kegagalan
panen yg bukan diakibatkan oleh kesalahan petani akan ditanggung oleh pemerintah
7. Bagi
rakyat yg tidak punya tanah, akan dipekerjakan di pabrik-pabrik pemerintah
selama 65 hari / tahun.
8. Pelaksana
Cultuur Stelsel di lapangan adalah penguasa pribumi (orang Indonesia) sementara
orang Belandanya hanya sebagai pengawas. (enak aja tinggal ongkang kaki)..
Namun
pada prakteknya ke 8 ketentuan di atas dilanggar oleh Belanda. Luas tanah yg
digunakan untuk Cultuur Stelsel bahkan lebih dari 1/5. Tanah yg digunakan tetap
dipajakin, gagal panen kagak diganti (kan petani udah habis duit buat modal
tanam, gagal panen ya makin miskin udah). Yg ga punya tanah malah ga hanya 65
hari kerja di pabrik bahkan lebih dari itu. Pokoknya prakteknya sama sekali
tidak seperti teori yg di atas….
Dampaknya
apa ya pak, system Cultuur Stelsel ini???
Dampaknya rakyat makin
miskin, kelaparan, penyakitan dan tersiksa. Meskipun mereka akhirnya mengenal
jenis-jenis tanaman baru yang laku di pasaran internasional, tapi tidak lantas
mereka jadi makmur, karena semua hasilnya harus diserahkan kepada Belanda.
Setelah sekian lama mengeruk
kekayaan dari bangsa kita keuntungan yang didapat Belanda dari tanam paksa
sekitar 20 juta Gulden, bahkan mungkin lebih dan semuanya itu disetor ke
Belanda di Eropa sana. Mereka gunakan buat bangun jalur kereta api, bendungan,
jalan raya dsb, makanya mereka ga bisa sombong, karna apa yg mereka punya
sekarang itu semuanya didasari oleh airmata, darah dan keringat nenek moyang
kita dulu. (kok sedih amat ya, bangsa ini)….
Ternyata beberapa dari
orang-orang Belanda di Eropa, terutama dari kalangan sosialis (komunis) ada yg
bersimpati terhadap derita yg dialami oleh bangsa Indonesia. Mereka menuntut
agar Pemerintah Belanda mengembalikan sebagian dari apa yg telah mereka ambil
dari Indonesia. Pada akhirnya Ratu Belanda, Wilhelmina mencanangkan sebuah
kebijakan baru yang disebut Politik Etis pada tahun 1901untuk menjawab tuntutan
tersebut. Politik Etis ini dilakukan melalui 3 kegiatan besar yaitu
Irigasi, Edukasi dan Migrasi.
Salah satu kebijakan Politik
Etis yaitu Edukasi, ternyata menimbulkan sebuah generasi baru di Indonesia.
Edukasi ini adalah kebijakan membuka sekolah-sekolah meskipun masih terbatas
untuk kalangan atas pribumi. Nah bagaimana dengan rakyat biasa yang tidak punya
orangtua pejabat, yang makan aja mungkin hanya sekali sehari, berpakaian ala
kadarnya dan tinggal di rumah beralas tanah.
Untunglah ada orang Indonesia
yang memikirkan ini. Namanya Wahidin Soedirohusudo. Beliau seorang dokter yang
bersimpati kepada pendidikan anak-anak miskin terutama di Pulau Jawa. Beliau
berkeliling pulau Jawa untuk mengumpulkan beasiswa bagi orang2 miskin ini.
Hingga beliau tiba di Batavia dan bertemu dengan murid-murid STOVIA (sekolah
calon Dokter khusus untuk Orang2 Jawa) . Pada akhirnya gerakan yang bermula
dari pengumpulan beasiswa ini berubah menjadi sebuah organisasi yang bergerak
dalam bidang pendidikan yaitu Boedi Oetomo. Dengan Sutomo sebagai
ketuanya. Pada mulanya anggotanya adalah mahasiswa kedokteran di STOVIA, namun
nanti berkembang dan memiliki banyak anggota dari berbagai kalangan terutama
para priyayi (pejabat2 daerah).
Pada perkembangannya, Budi
Utomo didominasi oleh kaum Priyayi dan ruang geraknya sangat terbatas yaitu
dalam bidang pendidikan. Para kaum muda terdidik yang menginginkan gerakan yang
lebih “keras” yaitu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia pada akhirnya keluar
dari Budi Utomo. Pada tahun 1924 Soetomo keluar dan membuat organisasi
baru yg disebut Indonesische Studie Club dan berkembang lagi
menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI).
Pada akhirnya Budi
Utomo melebur/bergabung ke dalam PBI hingga membentuk PARINDRA (Partai
Indonesia Raya) pada tahun 1935. Bisa dikatakan dengan bergabungnya Budi Utomo
ke dalam organisasi lain, berakhir pulalah riwayatnya sebagai sebuah
organisasi.
Namun yang terpenting dari
semua itu adalah, Budi Utomo telah mengawali sebuah gerakan menuju kemerdekaan
dalam bentuk organisasi. Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan hari
kelahiran Budi Utomo 20 Mei 1908 sebagai Hari KEBANGKITAN NASIONAL. Karena Budi
Utomo lah yang dianggap mempelopori pergerakan nasional sebuah cara baru menuju
Indonesia merdeka.
B. Sarikat Islam.
Selain dari golongan
terpelajar, pergerakan nasional juga dilakukan oleh para pedagang muslim
Indonesia. Bermula dari Sarikat Dagang Islam (SDI) di Kota Solo, bentukan Haji
Samanhudi pada tahun 1911. SDI bertujuan untuk memperjuangkan nasib para
pedagang batik lokal di Solo dalam menghadapi persaingan dengan pedagang China.
Setahun kemudian SDI berubah
nama menjadi Sarekat Islam (SI) dan dipimpin oleh Haji Oemar Said (HOS)
Tjokroaminoto. Perubahan nama ini ternyata untuk memperluas jangkauan
organisasi, sehingga yg menjadi anggotanya tidak hanya para pedagang tapi dari
semua kalangan masyarakat. Organisasi ini menentang segala macam bentuk
penindasan dan kesombongan rasialis (merendahkan ras/bangsa tertentu).
SI juga melengkapi
organisasinya dengan sebuah Koran yang disebut Oetoesan Hindia.
Koran ini merupakan Surat Kabar milik SI. Pada perkembangannya, SI disusupi
oleh anggota yang berpaham Komunis. SI cabang Kota Semarang, di bawah pimpinan
Semaun dan Darsono merupakan pelopor masuknya paham komunis ke dalam SI. Pada
akhirnya SI terbelah menjadi dua yaitu SI Merah (yg sudah terpengaruh
paham Komunis) dan SI Putih (SI yg persis seperti pertama kali didirikan). Pada
akhirnya disiplin partai dilakukan.
Para anggota SI yang sudah
komunis, dikeluarkan nantinya mereka membentuk PKI (Partai Komunis Indonesia).
Perpecahan ini menjadi salah satu penyebab melemahnya kekuatan SI dibandingkan
dengan sebelumnya. Hingga pada pada tahun 1930 SI dirubah menjadi Partai
Politik yaitu Partai Sarikat Islam Indonesia.
C. Indische
Partij
Jika ditanyakan apa
organisasi pergerakan yang paling “berani” di awal-awal pergerakan nasional?
Mungkin jawabannya adalah Indische Partij (IP) Organisasi ini didirikan pada 25
Desember 1912, oleh Tiga Serangkai, Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Ki
Hadjar Dewantara.
Douwes Dekker sejak lahirnya
merupakan seorang Indo, dalam perjalanan hidupnya, dia melihat perlakuan
diskriminatif Orang Eropa terhadap pribumi dan Indo. Menurutnya Semua orang
harus berada pada posisi yang sama tidak dilihat dari suku atau rasnya.
Untuk memperjuangkan
pemikirannya ini dia melakukan perjalanan di Pulau Jawa untuk berkampanye, dia
bertemu dengan Tjipto Mangunkusumo dan Ki HAdjar Dewantara, bersama mereka
mendirikan organisasi ini. Pada perkembangannya IP memiliki banyak cabang dan
anggota, yg terdiri dari golongan Indo dan pribumi.
Tujuan utama IP adalah
membangun patriotism semua INDIERS terhadap tanah air yg telah memberikan
lapangan hidup kpd mereka. Semua orang harus bekerjasama memajukan Hindia untuk
persiapan menuju kemerdekaan. Semboyan IP yg terkenal adalah INDIE VOOR INDIER
(Indonesia untuk orang Indonesia). Maka bisa dikatakan organisasi ini bergerak
dalam bidang politik.
Karena bergerak dalam bidang
politik, IP tidak diberikan izin oleh Pemerintah Belanda. Meskipun tidak
diberikan izin IP tidak berhenti mewujudkan cita-citanya. Hal ini bisa dilihat
dari peristiwa pada tahun 1913. Pada saat itu di Indonesia akan diadakan pesta
peringatan 100 tahun kemerdekaan Belanda dari Penjajahan Prancis.
Perayaan ini tentu saja
melukai hati rakyat Indonesia yang justru dijajah oleh Belanda. Dan parahnya,
Belanda memungut uang dari rakyat sebagai biaya perayaan tersebut. Ki Hadjar
Dewantara menulis sebuah artikel dengan judul “Als ik eens Nederlander
Was” (Andaikan aku seorang Belanda). Artikel ini merupakan sebuah
sindirian pedas kepada Belanda. Yang seperti tidak punya rasa bersalah dan
kepekaan terhadap orang Indonesia.
Akibat sepak terjang tokoh2
IP ini dianggap membahayakan pemerintah Belanda, pada akhirnya mereka bertiga
diasingkan ke Belanda. Pengasingan ini membuat IP kehilangan pemimpin dan
akhirnya mengalami kemunduran…
Pak ada dampaknya ga
pendirian sekolah2 akibat kebijakan Politik Etis di abad ke 20 itu? Jwabannya
ada banget…. Kita lihat di bawah ini!
Orang-orang Indonesia yang sudah selesai sekolah hingga setingkat SMA (HBS dan
AMS) dapat melanjutkan ke Perguruan Tinggi baik itu di dalam maupun di luar
negeri terutama di Belanda. Nah anak2 Indonesia yang bersekolah di Belanda
ternyata tidak hanya bersekolah. Mereka memikirkan nasib bangsanya yang masih
terjajah, karena mereka membaca cerita2 bangsa2 lain yang dulunya terjajah
sekarang sudah merdeka, mereka ingin mewujudkan Indonesia yang merdeka seperti
itu pula.
Pelajar Indonesia yang di Belanda ini mendirikan perkumpulan yang disebut
Indische Vereniging pada tahun 1908. Perkumpulan ini didirikan oleh Tuan
Kasayangan dan R.N. Notosuroto. Pada tahun 1922, seiring dengan semakin
banyaknya pelajar dari Indonesia datang ke Belanda, perkumpulan ini berubah
nama menjadi Indonesische Vereniging hingga berubah lagi menjadi Perhimpunan
Indonesia (PI).
Pelajar-pelajar muda yang lebih agresif seperti Mohamad Hatta, Ahmad Subarjo
yang baru datang dari Indonesia bergabung menambah habatnya pergerakan
organisasi ini. Belum lagi ditambah bantuan dari 3 serangkai yang diasingkan ke
Belanda. Hal ini membuat PI semakin hebat, mereka juga mendirikan surat kabar
bernama Hindia Putra (berubah menjadi INDONESIA MERDEKA) sebagai sarana menulis
pemikiran-pemikiran para pemimpinnya. Namun pada akhirnya PI mengalami
kemunduran, karena para pemimpinnya ditangkap dan sebagian dari mereka dikirim
pulang ke Indonesia karena sudah menyelesaikan studinya.
Selain pelajar yang
bersekolah di luar negeri, ada juga pelajar yang berkuliah di dalam negeri.
Dulu di Indonesia sudah ada beberapa perguruan tinggi dalam bidang Teknik,
Hukum dan Kedokteran. Salah satunya adalah Bung Karno. Beliau berkuliah di THS
(sekarang jadi ITB). Selain aktif kuliah beliau aktif berorganisasi dan
berdiskusi dengan tokoh politik Indonesia kala itu, yaitu Tiga Serangkai,
sebelum mereka diasingkan ke Belanda.
Singkat cerita Bung Karno
membentuk organisasi baru berbentuk Partai Politik bernama Partai
Nasional Indonesia (PNI), dengan asas Selfhelp, Marhaenisme dan
nonkooperatif. Tujuan PNI adalah Indonesia yang merdeka tapi dengan
usaha sendiri. PNI juga menerbitkan Koran berjudul Banteng Priangan
Pada akhirnya PNI mengalami
kemunduran karena para pemimpinnya ditangkap pemerintah dan dipenjara. Meskipun
dalam pengadilan Bung Karno membuat pidato pembelaan (pledoi) yang sangat
terkenal berjudul Indonesia Menggugat dia tetap dipenjara. Sepeninggal Bung
Karno dan Pemimpin PNI lain, PNI terpecah menjadi 2 yaitu Partindo dan PNI Baru
. Nanti PNI Baru dipimpin oleh Bung Hatta dan Syahrir, setelah bebas dari
penjara Bung KArno bergabung dengan Partindo.
Kemudian satu peristiwa yang
penting lagi yaitu Sumpah Pemuda, sebuah gerakan persatuan dari para pemuda
Indonesia dengan mengaku berbangsa satu, bertanah air satu dan menjunjung
bahasa persatuan bahasa Indonesia, mereka juga menyanyikan Indonesia Raya untuk
pertama kalinya.
Kesimpulan :
Semua yang kita bicarakan di atas disebut juga Pergerakan Nasional, yaitu
gerakan politik menuju satu cita-cita yaitu negara Indonesia merdeka, yang
dimulai dari Budi Utomo hingga Proklamasi 1945. Salah satu penyebab pergerakan
nasional ini adalah munculnya golongan terdidik atau terpelajar akibat politik
etis yaitu Edukasi, namun ada juga faktor lain seperti di bawah ini:
1.
Eksternal
A.
Kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905.
Ini merupakan kemenangan
pertama bangsa Asia melawan Eropa di zaman modern. Kemenangan ini menginspirasi
bangsa Asia lainnya yang selama ini dianggap sebagai bangsa kelas II, bangsa
yang tertinggal jauh dari bangsa-bangsa Eropa.
B.
Nasionalisme Turki oleh Mustapa Kemal Pasha
Turki sebuah negara Asia di
Timur Tengah. Yang sebelumnya dijuluki “The Sick Man From Europe” berubah
menjadi negara modern dan kuat, di bawah pimpinan Mustapa Kemal Pasha.
C.
Keberhasilan Revolusi tahun 1911 di China.
Partai Kuomintang pimpinan
Sun Yat Sen, berhasil menggulingkan kekuasaan Dinasti Qing di China dan membuat
China menjadi negara Republik.
D.
Gerakan kemerdekaan kemanusiaan di India yang dipelopori oleh Mahatma Gandhi
Ajaran Satyagraha, Ahimsa, Hartal,
Swadeshinya mampu menggerakkan rakyat India berjuang bersama untuk
meraih kemerdekaan India dari Inggris.
Inspirasi dari dalam
(Internal)
1. Kejayaan masa
lalu.
Kejayaan masa lalu berarti
berbicara tentang “Indonesia” yang dulu pernah jaya, ketika masih bernama
Majapahit dan Sriwijaya. Kejayaan itu ingin diulang kembali oleh para pendiri
bangsa kita, dan cara satu2nya agar itu bisa terlaksana adalah dengan mengusir
Belanda dari Indonesia.
2. Politik
Drainage (Penghisapan)
Penghisapan ini sudah terjadi
sejak VOC menguasai Indonesia, kita dipaksa membayar pajak (Contingenten) dan
penyerahan wajib (Levarantie). Kemudian dipaksa lagi menanam tanaman ekspor
(Tanam Paksa).
3. Diskriminasi
Rasial.
Kebijakan ini juga sangat
menyakitkan. Pada zaman Belanda, di Indonesia ada tiga lapisan masyarakat yaitu
EROPA > TIMUR ASING baru PRIBUMI. Seperti biasa kita selalu terbawah.
Kita tidak dianggap sepenuhnya sebagai seorang manusia merdeka, pemilik Indonesia
kala itu.
Komentar
Posting Komentar