PAT XI wajib
Bergerak ke Selatan
(Penjajahan Jepang atas Indonesia).
Semasa di bawah
pemerintahan Shogun, Jepang menjalani masa Isolasi atau menutup diri terhadap
pengaruh asing. Kebijakan ini dijalankan semata-mata karena Pemerintahan
Shogun yang sangat tradisional. Kebijakan ini berakhir ketika ketika Amerika
Serikat, memaksa Jepang untuk membuka pelabuhan-pelabuhannya untuk perdagangan
Internasional.
Adalah Commodor Matthew Perry, komandan
Angkatan Laut Amerika Serikat yang pertama sekali meminta Shogun untuk membuka
pelabuhan Jepang untuk dunia luar. Pada akhirnya setelah melalui konflik dan
peperangan, Jepang terpaksa menandatangani sebuah Perjanjian yang dikenal
sebagai Perjanjian Shimoda.
Dengan adanya perjanjian ini, Jepang harus merelakan dua pelabuhan penting nya
yaitu Shimoda dan Hakodate dibuka
untuk bangsa-bangsa lain.
Sebagai sebuah negara
kepulauan, pelabuhan merupakan semacam “Pintu Masuk” menuju Jepang yang harus
dipertahankan dan dijaga oleh orang Jepang sendiri. Perjanjian Shimoda pada
akhirnya melunturkan semua kekuatan pertahanan ini, perjanjian itu menunjukkan ketidakberdayaan
Shogun sebagai pemimpin Jepang sekaligus ketidakberdayaan orang Jepang itu
sendiri.
Keadaan ini semakin
diperburuk lagi dengan kesepakatan yang dikenal dengan “Townsend Harris Agreement”, di
mana Jepang harus membuka pelabuhan di Tokyo, Nagasaki, Kobe, Osaka dan
beberapa pelabuhan besar lainnya bagi bangsa asing.
Dua perjanjian yang
telah disebutkan sebelumnya menimbulkan kemarahan dari rakyat Jepang. Mereka
menganggap Shogun sebagai pemimpin yang lemah. Gerakan anti terhadap Shogun
akhirnya muncul, bahkan muncul pemberontakan yang dilakukan oleh Satsuma dan
Coshu namun pemberontakan ini berhasil
dipadamkan. Namun, justru sebaliknya, ketika gerakan Anti Shogun bergema, gerakan mendukung Kaisar (Tenno) semakin
bertambah. Sesuai dengan ajaran Shinto, kekuasaan atas negara harus
diberikan kepada Kaisar, sebagai simbol suci dalam masyarakat Jepang.
Pada akhirnya,
kelemahan, ketidakberdayaan dan pertahanan yang buruk telah memaksa Shogun
untuk mengikuti kehendak rakyat yaitu mengembalikan kekuasaan kepada Kaisar.
Shogun terakhir yaitu Yoshinobu
menyerahkan kekuasaan Jepang kepada Kaisar Mutsuhito atau Meiji (1867-1921)
peristiwa ini dikenal dengan sebutan Restorasi
Meiji.
Jepang Modern. .
Restorasi Meiji menandai babak baru
dalam sejarah Jepang. Meiji langsung membuat gebrakan. Kaisar ini langsung
mencanangkan sebuah upaya untuk memodernisasi (memajukan) Jepang yang dikenal
dengan semboyan yang dikenal dengan Charter Oath (Sumpah Setia) yang isinya:
1. Jepang membentuk Parlemen yang kemudian
disebut Diet, 2. Adat istiadat lama dan kuno yang menghambat kemajuan akan
dihapuskan, 3. Pemerintahan akan dipegang oleh Kaisar dan semua rakyat Jepang
harus bersatu mencapai kesejahteraan bangsa.
Selain itu, Meiji juga melakukan
modernisasi dalam berbagai bidang kehidupan bangsa Jepang di antaranya:
1.
Pendidikan:
Jepang menetapkan program wajib belajar, mengimpor tenaga-tenaga ahli dari luar
negeri, mengirim pelajar-pelajar berprestasi untuk belajar di Universitas
terkenal di Eropa, membangun gedung sekolah, universitas, termasuk menanamkan
rasa cinta tanah air dan rasa cinta terhadap Kaisar sejak di bangku sekolah.
2.
Ekonomi:
Menjalankan politik Dumping, yaitu dengan menjual barang hasil produksi Jepang
dengan harga lebih murah di luar negeri, hal ini dilakukan dengan maksud untuk
memenangkan persaingan dagang di luar negeri. Mereka juga melakukan proteksi
terhadap barang-barang produksi dalam negeri.
3.
Militer: Membuat
kebijakan wajib militer. Memodernisasi Tentara Angkatan Darat Jepang
dengan mengadopsi dan mencontoh Angkatan Darat Jerman, kemudian memodernisasi
Angkatan Laut dengan mencontoh Angkatan Laut Inggris.
+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Pada akhirnya semua kebijakan ini membawa perubahan
penting bagi Jepang. Jepang yang sebelumnya terisolasi, yang pada tahun 1854
dipaksa menandatangani Perjanjian Shimoda, negara yang dulu dianggap sebagai
negara terbelakang hanya dalam beberapa tahun berubah menjadi negara maju dan
besar.
Kemajuan-kemajuan ini
ternyata membuat Jepang menjadi negara yang agresif. Hal ini dibuktikan dengan
kebijakan baru yang dijalankan oleh Jepang yaitu kebijakan Imperialisme
(menjajah negara lain).
Sebenarnya alasan
utama di balik keputusan ini adalah faktor ekonomi yaitu Jepang sebagai negara
Industri membutuhkan sumber daya alam negara lain sebagai bahan baku, sekaligus
membutuhkan negara lain sebagai pasar untuk menjual hasil produksi mereka.
Wilayah Jepang merupakan sebuah hamparan pulau yang tidak terlalu luas kalau
tidak mau disebut sempit dan miskin sumber daya alam. Mereka lebih mengandalkan
industri dan hasil lautnya.
Selain alasan ekonomi
yang telah disebutkan pada paragraf di atas, ada juga faktor spiritual
yaitu ajaran, Hakko Ichi U
(delapan benang di bawah satu atap). Menurut ajaran ini, Dunia
akan mencapai masa keemasannya jika dipimpin oleh bangsa Jepang, dengan kata
lain Jepang berhak mengatur dan menguasai bangsa-bangsa lain demi sebuah
“kemajuan” dunia.
Kesemua alasan ini
telah dengan baik digunakan oleh Jepang sebagai alasan untuk menguasai
negara-negara lain diawali dengan negara tetangganya. Pada tahun 1894,
Jepang merampas Taiwan (Formosa)
dari Tiongkok. 1905 terjadi perang antara Jepang dan Rusia yang kemudian
dimenangkan oleh Jepang, melalui kemenangan ini, Jepang berhak atas Pulau Sakhalin dan Port Arthur. Bahkan pada tahun
1910, Jepang menguasai Korea.
Jepang dan Perang Dunia II.
Situasi Perang di
Eropa (Perang Dunia II) yang dimulai pada tahun 1939, memaksa Jepang untuk
menentukan arah kebijakan negaranya. Hal ini disebabkan oleh situasi Eropa di
tahun 1940. Pada bulan Mei tahun 1940, Jerman berhasil merebut Belanda, dan sebulan kemudian
merebut Prancis.
Jepang yang terbilang
sudah berhasil menguasai beberapa wilayah negara-negara di kawasan utara (Asia
Timur, seperti Tiongkok, Korea dan Rusia) ingin meluaskan kekuasannya ke Selatan
atau kawasan Asia Tenggara. Wilayah Asia Tenggara pada saat itu ada dalam
penjajahan Prancis (Menjajah Vietnam dan Indochina), Inggris (Menjajah Malaya,
Singapura, Kalimantan Utara) dan Belanda (Menjajah Indonesia). Dengan
dikuasainya Belanda dan Prancis oleh Jerman, membuat Jepang justru condong
kepada persekutuan dengan Jerman, apalagi mereka mempunyai kesamaan dalam
ideology yaitu Fasisme.
Pada bulan September
1940, hanya beberapa bulan setelah Jerman berhasil menguasai Belanda dan
Prancis, Jepang bergabung dengan Blok Sentral di mana Jerman dan Italia
ada. Persekutuan ini dimaknai sebagai “pembagian wilayah” pertempuran, di
mana Jerman fokus untuk menaklukkan Eropa dan Atlantik, Italia menaklukkan Asia
Barat dan Afrika sementara Jepang bertugas untuk menaklukkan kawasan Asia
Pasifik yaitu Malaysia, Singapura, Vietnam, Filiphina, dan negeri kita
Indonesia berada.
Dimulailah perang fasifik itu… inilah dia.
Pada bulan Desember
1941, Jepang melakukan penyerangan terhadap pangkalan militer Amerika Serikat,
Pearl Harbour. Serangan ini dimaksudkan untuk melemahkan pertahanan Amerika
Serikat di lautan Pasifik sekaligus menyingkirkan ancaman serangan dari Amerika
Serikat kepada Jepang di Pasifik. Dengan serangan ini, Amerika Serikat, Inggris
termasuk Belanda menyatakan Perang terhadap Jepang, dimulailah perang di
pasifik (Perang Asia Raya).
Pada saat yang sama
dengan serangan terhadap Pearl Harbour, Jepang juga menyerang Hongkong dan pangkalan militer
Amerika di Pulau Luzon Filiphina.
Tiga hari kemudian, dua Kapal Perang Inggris, Prince Wales dan Repulse berhasil dihancurkan Jepang,
ketika berusaha melawan serangan Jepang ke Singapura.
2 Januari 1942,
Filiphina berhasil
dikuasai Jepang, pada bulan Februari Singapura
juga sudah berhasil ditaklukkan. Dengan dikuasainya daerah-daerah ini Jepang
tinggal selangkah lagi menuju apaaaaa??????????????? Ya benar Indonesia…
Pendaratan di
Indonesia, telah dimulai pada bulan Desember 1941, namun secara efektif Jepang
baru berhasil menguasai beberapa kota di Kalimantan sekitar bulan Januari dan
Februari 1942. Dalam kurun waktu yang tidak jauh, Jepang telah berhasil
menguasai kawasan Indonesia Timur seperti, Sulawesi, Ambon, Bali, Papua Barat
dan Timor. Menyusul dikuasainya Sumatera.
Pendaratan di
tempat-tempat ini bukanlah tanpa alasan, Jepang sengaja mendarat pertama kali
di Tarakan, Kalimantan untuk memastikan penguasaan terhadap sumber minyak bumi
yang ada di sana. Kawasan Timur Indonesia dan Sumatera juga merupakan wilayah
yang kaya akan sumber daya alam yang penting bagi industri Jepang.
Jepang kuasai Jawa………………
Sebenarnya pemerintah
Hindia Belanda (Indonesia) telah
memprediksi serangan dari Jepang ini. Pada tahun 1942, Belanda berinisiatif
membentuk ABDACOM (American, British, Dutch, Australia Command)/ Persekutuan
militer Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Australia. Hal ini dimaksudkan untuk
mempertahankan Hindia Belanda (Indonesia) dari serangan Jepang, dengan kata
lain agar Belanda tetap bisa menjajah Indonesia maka dibentuklah persekutuan
militer tersebut.
Namun pada akhirnya
ABDACOM ini tidak seperti yang diharapkan, kemungkinan besar karena situasi
dalam negeri negara-negara itu yang sedang disibukkan dengan mempertahankan
negara masing-masing dari ancaman Jerman di Eropa.
Akhirnya sekitar
bulan Maret 1942, Jepang berhasil mendarat di Pulau Jawa. Jepang mendarat di
Banten, Eretan Wetan, Cirebon dan Kragan. Hanya dalam beberapa hari Jepang
berhasil memaksa Belanda bertekuk lutut. Melalui Perjanjian Kalijati, 08 Maret 1942, Belanda menyerahkan Indonesia
kepada Jepang. Jepang diwakili oleh Jenderal Imamura dan Belanda diwakili oleh
Panglima Militer Ter Porten
Oke, begitu Ter Porten tandantangan,
Jepang sah menjadi “pemilik” Indonesia. Kasian ya, negeri kita, kayak barang
bisa dioper-oper….
Lalu apa yang Jepang lakukan di
Indonesia??
1. Membentuk Kesatuan Polisi Militer yang disebut Kenpetai
2. Melakukan kebijakan Jepangisasi atau memasukkan budaya-budaya Jepang kepada
kehidupan sehari-hari rakyat Indonesia seperti misalnya:
3. Mengganti lagu Indonesia Raya dengan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo
4. Seikerei : Yaitu menunduk ke arah Tokyo sebagai simbol penghormatan
kepada Kaisar (Tenno Haika)
5. Hari Raya Tencosetsu (Hari Ulang tahun Kaisar)
6. Mewajibkan penggunaan bahasa Jepang dan mewajibkan upacara
bendera dengan menghormat Hinomaru(bendera Jepang) dan Seikerei
7. Penggunaan kalender Sumera atw Tahun
Showa . (Tahun1942 Masehi
sama dengan Tahun 2602 kalender Showa)
8. Pengubahan waktu menjadi waktu Tokyo.
9. . Menghapuskan pengaruh barat di Indonesia dengan cara
Ø Melarang
pemakaian bahasa Belanda dan Inggris
Ø Mewajibkan penggunaan bahasa
Jepang
Ø Melarang penggunaan buku-buku
berbahasa Belanda dan Inggris
Ø Kalender Masehi diganti
dengan Kalender Jepang yaitu Sumera atw Showa (sudah disinggung di atas)
Ø Patung-Patung Eropa
diruntuhkan
Ø Jalan-jalan diberi nama baru
Ø Nama Kota Batavia diganti
menjadi Jakarta (lagi).
Ø Mempekerjakan tokoh-tokoh
anti Belanda, terutama seniman dan guru
Memberikan beasiswa
kepada pelajar-pelajar Indonesia. Mr. Raden Soedjono, merupakan salah satu
sarjana hukum pribumi yang diberikan beasiswa ke Jepang
Organisasi
Masyarakat Islam:
Masyumi: Jepang melihat bahwa mayoritas rakyat Indonesia merupakan
penganut agama Islam. oleh karenanya perlu merangkul tokoh-tokoh atau pemimpin
Islam untuk mau bekerjasama dan pada akhirnya mendukung Jepang dalam Perang
Asia Timur Raya. Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasim Anshari dan K.H. Mas
Mansur
Inilah beberpa hal dan
kebijakan yang dilakukan Jepang dari awal menjajah Indonesia (1942) hingga
tahun 1945. Kita lanjut ke bawah.
BPUPKI
dan PPKI
Kondisi perang dunia terutama perang
pasifik berubah sekitar tahun 1944. Pasukan Jepang mulai terdesak oleh serangan
pasukan Amerika Serikat. Satu per satu pulau-pulau penting di sepanjang pasifik
berhasil dikuasai pasukan Amerika. Luzon Filiphina, Saipan, Iwo Jima, ini
menyebabkan Jepang harus mengatur strategi mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan terburuk.
Salah satu kemungkinan terburuk adalah
kemungkinan serangan dari rakyat Indonesia karena melihat Jepang akan kalah
dalam perang. Maka akhirnya pemerintah Jepang melalui Perdana Menteri Koiso
memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia. Sebagai bukti dari janjinya
tersebut, Jepang membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia
/ Docuritsu Junbi Cosakai), pada 29 April 1945 yang bertugas sebagai badan yg
mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan oleh Indonesia merdeka, termasuk
membuat UUD bagi Indonesia merdeka.
BPUPKI dipimpin oleh Rajiman
Wedyodiningrat, dengan lebih dari 50 anggota. Lembaga ini mengadakan sidang
dalam rangka menyusun sebuah Undang-Undang Dasar bagi Indonesia yang akan
merdeka. Salah satu tanggal yang penting
dari sidang BPUPKI adalah tanggal 01 Juni 1945, ketika Soekarno diminta Rajiman
untuk berpidato soal dasar negara.
Soekarno menawarkan 5 hal yang nantinya
dia beri nama Pancasila yang akan dijadikan dasar negara Indonesia. Ke 5 hal
itu adalah Kebangsaan, Internasionalisme, Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan
Sosial, Ketuhanan Yang Maha Esa.
Selain membahas tentang Dasar Negara, BPUPKI juga membahas tentang wilayah, bendera, bentuk negara, dan semua
hal yang akan dimasukkan dalam UUD negara Indonesia yang akan merdeka.
Dasar negara Pancasila yang
diusulkan oleh Soekarno tanggal 01 Juni, kemudian dibahas dalam Tim kecil yang
beranggotakan 9 orang, yang semuanya berasal dari BPUPKI. Akhirnya Tim Kecil
(Tim 09) menghasilkan apa yang kemudian dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Situasi perang semakin merugikan
Jepang, tanggal 06 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di Hiroshima, Jepang
kalah tinggal menunggu waktu. Untuk memastikan dukungan rakyat Indonesia
terhadap Jepang, pada 07 Agustus atau sehari setelah Bom, Jepang membentuk PPKI
(Docuritsu Junbi Inkai) sebagai badan yang akan memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia.
Tanggal 09 Agustus Soekarno, Hatta dan
Rajiman dipanggil ke Dalat Vietnam oleh Terauchi pemimpin militer Jepang di
Asia Tenggara. Di sana Soekarno Hatta diberitahu bahwa Indonesia akan merdeka.
Setelah peristiwa itu Bung Karno dan Hatta kembali ke tanah air dan tiba pada
tanggal 14 Agustus 1945.
Esoknya (15 Agustus 1945) kondisi
politik berubah. Jepang menyerah kepada sekutu setelah Kaisar Hirohito
menyatakan untuk menghentikan perang, perang Pasifik pun berakhir dengan
kemenangan sekutu (Amerika, Inggris, Prancis, Rusia). Pasukan Jepang yang masih
ada di Indonesia diberi tugas untuk menjaga kondisi aman tanpa ada perubahan
apa-apa.
Sementara itu, para pemuda yang
telah mendengar berita penyerahan Jepang kepada sekutu tanggal 15 Agustus 1945,
mendesak agar Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya. Tapi
Soekarno menolak karena ingin membicarakannya dengan anggota PPKI. Terjadi
perbedaan pendapat antara pemuda dan golongan tua (Soekarno dan anggota PPKI).
Akhirnya para pemuda memutuskan untuk menculik Soekarno dan Hatta (termasuk
Fatmawati dan Guntur yang masih berusia setahun) dan membawanya ke
Rengasdengklok untuk menjauhkan Soekarno dari pengaruh Jepang, kaum muda
khawatir Soekarno akan dipengaruhi oleh Jepang supaya tidak memproklamasikan
kemrdekaan Indonesia. Peristiwa ini terjadi tanggal 16 Agustus 1945 subuh pukul
03.00.
Namun pada perkembangannya, para
pemuda di Rengasdengklok berhasil diyakinkan oleh Ahmad Subarjo (yg sudah
seharian mencari Soekarno _Hatta) bahwa Proklamasi akan diadakan besok hari
tanggal 17 Agustus. Akhirnya Soekarno-Hatta berhasil sampai di Jakarta tanggal
16 malam. Akhirnya naskah Proklamasi dirumuskan di rumah seorang Petinggi
Tentara Jepang bernama Laksamana Maeda, oleh Soekarno, Hatta, dan Ahmad Subarjo.
Naskah yang ditulis tangan oleh Soekarno itu diketik oleh Sayuti Melik untuk
kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta.
Besoknya pukul 10 pagi tanggal 17
Agustus 1945, naskah itu dibacakan, secara resmi Indonesia sudah merdeka. Esoknya
PPKI bersidang dengan keputusan : menetapkan Soekarno sebagai Presiden dan
Hatta sebagai Wakil Presiden, mengesahkan UUD 1945, dan membentuk Komite
Nasional. Tanggal 19 PPKI bersidang lagi dengan keputusan Membentuk 8 Provinsi
(Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Sulawesi,
Kalimantan, Maluku) , dan 12 Kementrian, serta membentuk Komite Nasional Daerah
(KNID). Tanggal 22 Agustus PPKI bersidang lagi dengan hasil membentuk BKR
(Badan Keamanan Rakyat), menetapkan PNI sebagai partai tunggal dan membentuk
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Dengan berakhirnya sidang
tanggal 22 agustus berakhir pula lah tugas PPKI dan dengan resmi
dibubarkan.
Revolusi Indonesia.
1.
Kedatangan
pasukan Sekutu di Indonesia.
Sekutu
itu siapa sih pak?. Sekutu itu istilah untuk tentara Inggris, Belanda, Amerika,
Kanada, Australia dan beberapa negara barat lainnya, pada waktu Perang Dunia
II. Pasukan sekutu inilah yg berperang melawan negara2 sentral (poros) yaitu
Jerman, Italia dan Jepang. Oke ngerti ya, sekutu itu siapa???? Ya pasti ngerti
lah hehe….
Nah, pada waktu perang dunia II
(1939-1945), jajahannya Belanda (salah satu anggota sekutu) yaitu Indonesia
diambil alih oleh Jepang (1942-1945). Ketika Jepang menyerah pada tanggal 15
agustus 1945, Belanda ingin kembali mengambil apa yang dia anggap sebagai
miliknya atau dengan kata lain Belanda ingin menjajah Indonesia lagi.
Keinginan Belanda ini bisa berjalan
mulus, jika keadaan Indonesia masih dapat dikendalikan oleh Jepang, sebagai
pihak yg kalah perang. Namun yang terjadi justru sebaliknya, dua hari setelah
Jepang menyerah, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia yang
berarti Indonesia tidak lagi menerima jika ada bangsa lain yang ingin
menjajahnya kembali. Indonesia menganggap bahwa sudah saatnya bangsa Indonesia
memimpin dan mengelola bangsa nya sendiri, tanpa campur tangan bangsa lain,
apalagi Belanda.
Akhirnya terjadilah konflik
kepentingan antara Indonesia yang sudah merdeka dengan Belanda yang ingin
kembali ke Indonesia dan menghancurkan kemerdekaan yang sudah diproklamasikan
tersebut. Terjadilah apa yang disebut Revolusi Indonesia, atau gerakan semesta
dari seluruh rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan yang sudah
diproklamasikan.
Pak
bukannya negeri Belanda dari tahun 1940 sampai 1945 dijajah sama Jerman?
Emangnya dia punya kekuatan untuk mengambil alih Indonesia kembali? Bukannya
Kota Roterdam dibom oleh Jerman, Angkatan Laut nya pun hancur lebur, bisakah
mereka menguasai Indonesia kembali, bukankah tentara mereka yg ada di Indonesia
ditawan oleh Jepang selama perang berlangsung?
Iya benar. Bagi
Belanda, Indonesia itu ibarat hak milik yang melekat dan sangat penting.
Setelah negerinya dijajah oleh Jerman dan negerinya hancur lebur selama perang,
menguasai Indonesia merupakan prioritas utama. Hasil alam dan kekayaan
Indonesia mampu menolong mereka untuk membangun kembali negerinya yg luluh
lantak setelah perang. itu sebabnya mereka sangat ingin kembali dan menguasai
Indonesia.
Akhirnya mereka
memanfaatkan tentara Inggris yang ditugaskan ke Indonesia. Mereka sengaja
menumpang tentara Sekutu untuk kembali ke Indonesia. Tentara itu diberi nama
AFNEI (Allied Forces for Netherland East Indies). Dipimpin oleh Sir Philip
Christinson, tentara ini sebenarnya dibentuk dengan tugas :
1. Menerima
penyerahan kekuasaan dari Jepang.
2. Membebaskan
tentara Belanda yang ditawan oleh Jepang
3. Melucuti
tentara Jepang serta mengumpulkan mereka untuk kemudian dikembalikan ke Jepang.
4. Menegakkan
dan mempertahankan keadaan damai Indonesia hingga nanti diberikan kepada
Belanda.
5. Mengumpulkan
keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di pengadilan.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Nah NICA (Netherland Indies Civil
Administration) atau semacam PNS Belanda dan tentaranya, menumpang kepada AFNEI
ketika AFNEI mendarat di Indonesia, pertama kali di bulan September 1945 di
Tanjung Priok, Jakarta. NICA ini bertujuan
untuk mempersiapakan pemerintahan sipil di Indonesia, sebelum tentara Belanda
dibebaskan dari tawanan hingga nanti mereka menguasai Indonesia kembali.
Bagaimana reaksi
Indonesia melihat kedatangan tentara ini? Tentu saja pemerintah Indonesia,
dalam hal ini Soekarno tidak dengan mudah mengijinkan tentara asing untuk masuk
ke wilayah Indonesia yang baru merdeka. Namun karena Philip Christinson
berjanji bahwa tentara sekutu hanya melaksanakan tugasnya saja, bukan untuk
membantu Belanda untuk menjajah Indonesia lagi, Soekarno memberikan izin
tentara sekutu masuk Indonesia.
Sudah dijelaskan
di atas, jika tentara AFNEI hanya
melakukan tugasnya maka setelah tugasnya selesai seharusnya mereka meninggalkan
Indonesia. Namun yang terjadi justru sebaliknya, mereka membawa pegawai
NICA ketika tiba di Indonesia.
Ketika
diberikan izin untuk masuk Indonesia pasukan AFNEI mengabaikan janji2nya. Malah
mereka akhirnya memberikan senjata kepada tentara Belanda yang baru mereka
bebaskan. Inilah yang menyebabkan terjadinya konflik bahkan terkadang berujung
peperangan antara pemuda Indonesia dengan tentara AFNEI dan tentara Belanda
yang mereka bebaskan itu. (Ngerti ya ???
))
Kita akan melihat beberapa konflik yang
berujung pada peperangan antara tentara AFNEI dengan pasukan Indonesia.
1. Perang
di Surabaya.
Perang di
Surabaya ini berawal dari pendaratan pasukan AFNEI di Surabaya sekitar bulan
Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Setelah
melalui perdebatan dengan Gubernur Jawa Timur akhirnya pasukan ini diberikan
izin masuk Surabaya, dengan catatatan mereka hanya melakukan tugasnya, setelah
tugasnya selesai mereka harus kembali ke negerinya masing2 dan membiarkan
Indonesia yang sudah merdeka dipimpin oleh bangsa Indonesia sendiri.
Namun yang
terjadi justru sebaliknya, AFNEI justru mempersenjatai tentara Belanda yang
mereka bebaskan. Salah satunya adalah Kapten Shaw, yang menyerbu penjara
Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer seorang tentara Belanda yang ditawan
Jepang. Setelah itu AFNEI juga menduduki beberapa kantor penting di Surabaya
yaitu Kantor Pos Besar, Gedung Internatio, Pangkalan Udara Tanjung Perak
dsb. Akhirnya terjadilah perang antara
rakyat Surabaya yang menolak tindakan semena-mena ini.
Konflik ini akhirnya
berakhir ketika Bung Karno dan Hatta tiba di Surabaya. Kedatangan dua tokoh ini
memang untuk memadamkan peperangan yang telah membara antara rakyat Surabaya
dan AFNEI. Akhirnya tercapailah kesepakatan yaitu membentuk KONTAK BIRO yg
tugasnya berkeliling ke seluruh Surabaya untuk mengumumkan penghentian tembak
menembak (peperangan).
Namun di salah
satu tempat yaitu di sekitar Jembatan Merah, Surabaya pertempuran belum usai,
ketika pihak sekutu ingin mengumumkan penghentian perang di sana, terjadi
insiden yang menyebabkan mobil AWS Mallaby yang ikut pada kejadian itu meledak.
Mobil
itu diledakkan oleh seorang santri dari Tebuireng, Jawa Timur bernama Harun.
Selain menewaskan Mallaby, ledakan itu juga menyebabkan Harun gugur.
Inggris
sangat marah mendengar kabar tewasnya Mallaby. Mereka mengancam akan
menghancurkan Kota Surabaya jika rakyat Surabaya tidak menyerah dengan
meletakkan tangan di atas kepala hingga tanggal 10 November 1945 pukul 06.00
pagi.
Namun ancaman ini
dihiraukan oleh rakyat Surabaya, maka INggris melancarkan serangan terhadap
Surabaya, 10 November 1945, terjadilah peperangan yang dahsyat di Surabaya yang
berlangsung hingga sekitar akhir bulan November. Peristiwa ini diperingati
sebagai Hari Pahlawan.
2.
Bandung Lautan Api.
Berbeda
dengan peperangan yang terjadi di Surabaya, Ambarawa dan Medan Area. Di Bandung
tidak terjadi peperangan karena pemerintah Indonesia merasa bahwa telah terlalu
banyak korban yang jatuh, maka rakyat diperintahkan untuk meninggalkan kota
Bandung dan menyingkir ke luar kota. Namun rakyat di sana berinisiatif untuk
membakar Kota Bandung Selatan dengan tujuan agara Kota itu tidak dimanfaatkan
Belanda untuk kepentingannya sendiri, peristiwa itu lah yang kemudia dikenal
sebagai Bandung Lautan Api.
3.
Peristiwa Ambarawa.
Perang
di Ambarawa melawan pasukan AFNEI merupakan pelawanan penting karena pisisi
strategis Ambarawa. Jika Ambarawa sampai jatuh ke tangan musuh, maka Kota
Jogjakarta dan Solo akan dengan mudah dikuasai musuh, maka kota itu
dipertahankan mati2an oleh pasukan RI, hingga pemimpinnya Isdiman gugur dalam
tugas. Isdiman kemudian digantikan oleh Sudirman yang berhasil membawa
kemenangan bagi tentara Indonesia hingga kota AMbarawa tidak mmapu dikuasai
musuh.
4.
Medan Area
Pasukan
AFNEI mendarat di Medan dipimpin oleh Brigjen TED Kelly. Pada akhirnya karena
meningkari janjinya terjadi konflik antara warga Medan dengan AFNEI. Karena AFNEI
membuat Area atau batasan bagi rakyat Medan, hingga terjadi konflik antara
AFNEI dengan warga Meda.
Bersilat lidah dan mengatur strategi..
Setelah melalui perang dan konflik berkepanjangan selama berbulan-bulan sejak tentara Inggris mendarat di Jakarta, Indonesia menyerukan kepada Belanda untuk mengadakan pembicaraan tentang masa depan hubungan Indonesia dan Belanda.
Banyaknya korban jiwa di
perang Surabaya, Bandung, Medan, Padang, Ambarawa dan Jakarta, membuat
pemerintah Indonesia memikirkan ulang pendekatan yang lebih “licin” dalam
memenangkan pertarungan dengan Belanda.
Diplomasi merupakan salah
satu cara yang pantas dan harus dicoba digunakan oleh Indonesia. Namun tunggu
dulu, Diplomasi tidak semudah yang dibayangkan. Indonesia berhadapan dengan
Belanda yang notabene negara pemenang Perang Dunia II yang “bersahabat” dengan
Inggris dan Amerika.
Masalah pertama muncul.
Belanda tidak bersedia melaksanakan sebuah negosiasi/diplomasi dengan negara
yang dipimpin oleh seorang yang selama perang dunia II bekerjasama dengan musuh
mereka yaitu Jepang. Belanda tidak bersedia berdiplomasi dengan Soekarno dan
Hatta. Mereka menganggap Soekarno merupakan “antek” Jepang yang selama perang,
mengumandangkan slogan anti negara sekutu (Belanda, Amerika, Prancis, Inggris).
Indonesia menanggapi hal ini
dengan “mengubah” struktur pemerintahan dari Presidensial menjadi
Parlementer. Negara yang sebelumnya dipimpin oleh seorang Presiden,
diganti menjadi dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Sutan Syahrir yang
selama perang terkenal sangat anti terhadap Jepang, ditunjuk oleh Bung Karno
menjadi Perdana Menteri.
Keputusan ini kemudian
ditanggapi secara baik oleh Belanda. Akhirnya mereka bersedia untuk mengadakan
perundingan yang dilangsungkan pada tanggal 10 Februari 1946. Dalam pertemuan
ini Indonesia diwakili oleh PM Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh Van Mook,
dan ada satu negara lagi yang sudah sangat“pengen” keluar dari Indonesia yaitu
Inggris yang diwakili oleh Sir Archibald Clark Kerr mereka meminta agar
Indonesia menerima persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh Belanda. Namun
terbukti persyaratan itu sangat merugikan Indonesia, hingga pada akhirnya
ditolak, Belanda akhinrya mencari cara bagaimana untuk memecah belah Indonesia.
Hal
ini terbukti ketika Belanda menyelenggarakan Konferensi Malino pada 15-25 Juli
1946. Konferensi ini dihadiri oleh 39 orang Indonesia yang merupakan wakil2
Raja, umat Kristen serta beberapa wakil kelompok etnik dari Kalimantan dan
Indonesia Timur. Belanda ingin “memecah belah” Indonesia dengan cara
membagi Indonesia menjadi negara2 bagian, dan semua berada di bawah Kerajaan
Belanda.
Pada perkembangannya Indonesia dan Belanda mampu mencapai
kesepakatan pertama pada bulan November 1946 di Linggajati (dekat Cirebon).
Linggarjati menjadi tempat yang dipilih oleh kedua pihak untuk melangsungkan
sebuah perundingan. O iya, hampir lupa, perundingan ini bisa
terjadi tidak lepas dari peran Inggris, yang menjadi penengah .Akhirnya
perundingan tersebut yang disebut juga perundingan Linggajati menghasilkan
kesepakatan sebagai berikut:
A. Belanda
mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah yang meliputi
Sumatera, Jawa dan Madura.
B. Belanda
sudah harus meninggalkan daerah de facto (Jawa, Sumatera, Madura) paling lambat
01 Januari 1949.
C. Pemerintah
RI dan Belanda bersama2 menyelenggarakan berdirinya sebuah negara federasi yang
dinamakan Negara Indonesia Serikat (RIS).
D. Pemerintah
RIS akan bekerjasama dengan pemerintah Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda
dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya (pemimpinnya).
Tentu
saja semua hasil diplomasi ini mendapat penolakan dari kalangan politisi dalam
negeri Indonesia. Mengapa? Karena Indonesia dianggap “menyerah” kepada Belanda
dan “membelah” dirinya menjadi negara2 bagian, dan mengakui Ratu Belanda
Wilhelmina sebagai pemimpin Uni Indonesia-Belanda.
Namun
hasil perundingan ini merupakan sebuah langkah maju bagi
Indonesia. Untuk pertama kalinya Belanda “mengakui” keberadaan dan
kedaulatan Indonesia sebagai sebuah negara. Negara yang telah menjajah Indonesia sejak
tahun 1817 -1942, untuk pertama kalinya mengakui keberadaan kita.
Setelah
perjanjian disepakati, Belanda tidak sepenuhnya melaksanakan apa yang tercantum
di dalam isi perjanjian. Belanda menuntut lebih banyak hal lagi dari Indonesia
bahkan Belanda malah melaksanakan apa yang sudah mereka rencanakan sejak lama
yaitu serangan militer. Serangan ini disebut juga Agresi Militer. Agresi
Militer pertama ini terjadi pada tanggal 21 Juli 1947.
Pasukan Indonesia sudah
ditarik dari wilayah2 yang bukan milik Indonesia berdasarkan perjanjian
Linggajati (wilayah di luar Jawa Sumatera, Madura) Secara militer, agresi
pertama ini membuat Indonesia sangat terdesak dan tertekan. Namun di sisi lain,
akibat agresi ini, dunia Internasional akhirnya “mengarahkan” mata dan
simpatinya ke Indonesia.
India dan Australia
merupakan dua negara pertama yang mengajukan kepada dunia internasional agar
masalah Indonesia ini dibahas dalam sidang PBB. Gayung bersambut, usul itu
diterima. PBB akhirnya membahas masalah tersebut pada tanggal 31 Juli
1947 atau sebulan setelah agresi militer pertama
dilancarkan. Esoknya PBB mengeluarkan seruan kepada Indonesia dan
Belanda untuk menghentikan peperangan dan mencari penyelesaian masalah secara
damai.
Oleh
karena itu PBB meminta Syahrir untuk menjelaskan di hadapan mereka tentang
masalah Indonesia tersebut. Selain menjelaskan persoalan tersebut, Syahrir juga
meminta PBB agar membentuk badan penengah (arbitrase), untuk menengahi
persoalan Indonesia-Belanda itu. PBB setuju, akhirnya dibentuklah Komisi
Jasa-Jasa Baik (Good Will Commission ) atau lebih dikenal dengan istilah Komisi Tiga Negara.
Anggota
KTN terdiri atas satu wakil yang dipilih Indonesia, satu orang dipilih Belanda,
dan satu wakil lagi yang dipilih secara bersama-sama oleh kedua2nya. Indonesia
memilih Australia, Belanda memilih Belgia dan Indonesia dan Belanda memilih
Amerika Serikat. Australia menunjuk Richard Kirby sebagai wakilnya, Belgia
menunjuk Paul Van Zeeland dan Amerika Serikat menunjuk Frank B Graham sebagai
wakilnya. Dalam masalah militer KTN berhak mengambil inisiatif, namun dalam hal
politik KTN hanya memberikan saran dan usul.
27
Oktober 1947, anggota KTN tiba di Indonesia. Mereka langsung bertemu dengan
delegasi Indonesia dan Belanda untuk melakukan pembicaraan dan merencanakan
perundingan lanjutan. Belanda mengusulkan di Jakarta, Indonesia menolak karena
Jakarta sudah dikuasai Belanda dan tidak aman untuk delegasi Indonesia.
Indonesia ingin agar perundingan dilakukan di tempat yang netral yang tidak
dikuasai Indonesia dan Belanda. Akhirnya Amerika Serikat menawarkan Kapal
Perangnya bernama USS Renville untuk dijadikan tempat berunding.
Delegasi
Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifudin dan wakilnya Ali
Sastroamidoyo. Perundingan tetap tidak berjalan lancar karena Belanda
bersikeras tentang Garis Van Mook atau garis demarkasi yaitu garis terdepan
dari pasukan Belanda setelah agresi militer mereka yang pertama. Menurut mereka
wilayah Indonesia bukan lagi Jawa, Sumatera dan Madura seperti apa yang
disepakati di perjanjian Linggajati. Namun tinggal wilayah yang tidak dikuasai
Belanda usai agresi, yaitu Sumatera Baratr, Sumatera Selatan, Banten dan Jawa
Tengah.
(Menurut Perundingan Renville wilayah Indonesia tinggal yang berwarna merah) |
Tentu
saja hal ini ditolak oleh Indonesia. Perundingan semakin tidak pasti, meskipun
KTN memberikan jaminan bahwa wilayah Indonesia tidak akan berkurang. KTN
berusaha meyakinkan Indonesia untuk menerima hasil perundingan Renville.
Akhirnya Indonesia menerima perjanjian tersebut yang isinya antara lain:
1. Indonesia setuju dibentuknya
Negara Indonesia Serikat
2. Daerah yang diduduki oleh
Belanda melalui agresinya diakui oleh Indonesia sampai adanya plebisit (jajak
pendapat) apakah ingin bergabung dengan Indonesia atau tidak.
3. Indonesia bersedia menarik
seluruh pasukannya dari kantong2 gerilya di daerah yang diduduki Belanda untuk
masuk ke wilayah Indonesia.
Perjanjian ini ditandatangani
tanggal 17 Januari 1948. Keputusan Indonesia menyetujui perundingan
ini sontak mendapat tentangan di dalam negeri. Mayoritas partai politik
pendukung pemerintah menolak hasil perundingan ini karena sangat merugikan
Indonesia. Selain penolakan dari partai politik, ada dua peristiwa besar yang
terjadi pada tahun 1948 yang menggoncang perjuangan diplomasi Indonesia yang
sedang berjalan.
Pertama
yaitu didirikannya Negara Islam Indonesia oleh SM Kartosuwiryo di Jawa Barat
pada bulan Mei 1948 karena tidak puas dengan perjanjian Renville, di mana
wilayah Jawa Barat diberikan kepada Belanda. Namun pemberontakan ini nantinya
mampu diberantas dan Kartosuwiryo dihukum mati.
Kedua,
pemberontakan PKI yaitu dengan cara memproklamasikan berdirinya Negara Soviet
Republik Indonesia di Madiun pada bulan Juli 1948. Pemberontakan ini dipimpin
oleh Musso dan Amir Syarifudin, namun pada akhirnya pemberontakan ini berhasil
dipadamkan dan pemimpinnya dihukum mati. Dua peristiwa di atas semacam menjadi
“pengganggu” dalam perjuangan diplomasi Indonesia.
Indonesia
yang sudah digempur dari luar oleh Belanda, digempur lagi dari dalam oleh
pemberontakan NII dan PKI pada akhirnya bertambah menyedihkan dengan terjadinya
agresi militer Belanda yang kedua pada bulan Desember 1948.
Dalam aksinya itu, Belanda
mampu menguasai Jogjakarta, Ibukota Indonesia dan menawan Soekarno-Hatta dan
anggota kabinet lain. Sebelum ditawan Soekarno-Hatta telah menunjuk Syafrudin
Prawiranegara menjadi Presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Sementara itu Tentara di bawah pimpinan
Jenderal Sudirman tetap bergerilya dan berperang.
Di
luar perkiraan Belanda, agresi keduanya ini justru mengundang reaksi
internasional yang lebih luas. Keberhasilan Indonesia menumpas pemberontakan
PKI di Madiun, menimbulkan simpati Amerika Serikat sebagai pemimpin blok barat
(liberal) yang pada saat itu sedang “Perang Dingin” dengan Uni Soviet pemimpin
negara2 Komunis (Blok Timur). Tekanan-tekanan dunia internasional tersebut,
terutama ancaman Amerika Serikat untuk mencabut bantuan dana
ekonomi “Marshal Plan” kepada Belanda, telah memaksa Belanda untuk
mematuhi perintah PBB. Belanda pada akhirnya melunak dan mau mengadakan
perundingan
Perundingan
berikutnya disebut perundingan Roem-Royen, didasarkan kepada nama pemimpin
delegasi masing2. Indonesia dipimpin oleh Mohamad Roem dan Belanda dipimpin
Dr.JH. Van Royen. Pada perundingan ini Indonesia menyatakan akan memerintahkan
pasukannya untuk berhenti berperang dan mengusahakan perdamaian secepatnya.
Indonesia juga menyatakan akan hadir dalam Konfrensi di Belanda (nanti disebtu
Konfrensi Meja Bundar). Sementara itu Belanda setuju untuk membebaskan
Soekarno dan HAtta serta pemimpin lain. Belanda juga akan fokus pada
pelaksanaan KMB di Belanda secepat mungkin.
4
Agustus 1949, delegasi Indonesia diberangkatkan menuju Den Haag, Belanda untuk
mengikuti perundingan yang sudah disepakati di perjanjian
Roem-Royen. Delegasi ini dipimpin oleh Perdana Menteri Hatta.
Perundingan ini berlangsung hingga 2 November 1949 (bisa dibayangkan betapa
alotnya perundingan ini). Berikut hasil nya :
1. Belanda mengakui Republik
Indonesia Serikat sebagai negara berdaulat dan merdeka.
2. Status Irian (Papua) akan
diselesaiakn setahun setelah pengakuan kedaulatan dilakukan.
3. Akan dibentuk Uni
Indonesia-Belanda berdasarkan kerjasama sukarela dan sederajat.
4. RIS mengembalikan hak milik
Belanda serta memberikan izin baru untuk perusahan-perusahaan Belanda.
5. RIS harus membayar semua
utang-utang Belanda yang dibuat sejak tahun 1942.
Hasil
KMB ini kemudian diserahkan kepada KNIP (semacam DPR) dan disetujui oleh
mayoritas anggotanya. 15 Desember 1949, diadakan pemilihan Presiden RIS,
Soekarno terpilih kembali keesokan harinya. 20 Desember Soekarno dilantik,
kabinet dibentuk Moh Hatta sebagai Perdana Menteri. 23 Desember 1949, delegasi
RIS yang dipimpin oleh Hatta berangkat ke Belanda, untuk menandatangani akta
penyerahan kedaulatan dari Belanda.
27
Desember 1949, hari yang paling bersejarah bagi Indonesia setelah 17 Agustus
1945, di Amsterdam ditandatangani naskah penyerahan kedaulatan dari Belanda.
Acara itu dihadiri oleh Ratu Belanda Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem
Dress dan tentu saja Perdana Menteri kita Mohamad Hatta. Mereka semua
menandatangani naskah tersebut.
Selain
di Amsterdam, di Indonesia juga dilakukan upacara penyerahan kedaulatan,
Indonesia diwakili Sultan Hamengkubuwono IX, Belanda diwakili AHJ Lovink.
Ternyata
bentuk negara RIS tidak berumur panjang, karena negara-negara bagian
menginginkan bentuk negara kesatuan. Akhirnya
RIS dibubarkan dan berubah menjadi negara kesatuan (Negara Kesatuan Republik
Indonesia) sampai hari ini ………
Komentar
Posting Komentar