PAT KELAS X WAJIB 2016-2017
Agama dan Kebudayaan
Islam di Indonesia.
A. Kelahiran Islam.
Islam merupakan sebuah agama yang
dianut lebih dari 1 Milyar manusia di dunia. Di negara kita, Indonesia, agama
Islam, sejak runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha hingga kini menjadi agama yg dianut
lebih dari 90 % penduduknya. Artinya tidak ada alasan kita sebagai bagian dari
Bangsa Indonesia untuk tidak sedikit belajar tentang agama besar ini.
Islam lahir di sebuah negara yang
sekarang bernama Arab Saudi. Agama ini lahir dan diajarkan pertama kali oleh Muhammad,
yang bagi umat Islam merupakan Nabi terakhir yang dipilih oleh Allah
(Sebutan Tuhan dalam ISlam) sebagai wakilNYA di dunia. Dikisahkan
bahwa sekitar tahun 610 Masehi, Muhammad yg pada saat itu telah berusia 40
tahun menerima wahyu dari Allah di sebuah tempat yg bernama Gua HIra.
Demikianlah wahyu (pesan/firman) Allah
yg pertama sekali diberikan kepada Muhammad. Setelah itu, untuk lebih dari 20
tahun, wahyu-wahyu berikutnya disampaikan kepada Muhammad lewat berbagai cara.
Kumpulan dari wahyu tersebut diingat oleh umat muslim awal, ada yg ditulis di
atas pelepah daun pohon, hingga pada akhirnya dikumpulkan dan dituliskan dalam
sebuah buku yg kita kenal sekarang sebagai Alquran.
Demikian sekilas tentang kelahiran
agama Islam. Dalam waktu yg singkat agama ini mendapat pengakuan sekaligus
penganut yg luar biasa banyak di wilayah Arab Saudi. Pada perkembangannya Islam
menjadi agama negara, hukum negara pun didasarkan kepada Alquran yg dipercaya
umat Islam wahyu dan perintah dari Allah kepada manusia. Islam sebagai agama
dan negara, menyebar hingga ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kita akan
melihat berbagai pendapat tentang bagaimana pendapat para ahli tentang asal
mula tibanya Islam di Indonesia.
Teori
masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia .
1.
Teori Gujarat.
Teori ini diungkapkan oleh para sarjana
dan ahli dari barat (Eropa) seperti Snouck Hurgronye, J.P. Moquetta dan
Pijnaple. Menurut para ahli ini, agama Islam di Indonesia bukan berasal dari
Arab (Mekkah) langsung, melainkan dari Gujarat (India bagian barat) yang datang
sekitar abad 13 M.
Menurut para ahli ini, pedagang Gujarat
yang telah memeluk Islam membawa Islam ketika berdagang ke Indonesia.
Bukti-bukti yang mendukung teori ini didasarkan pada ditemukannya kesamaan pada
batu nisan Sultan Malik Saleh dan Maulana Malik Ibrahim dengan nisan yang
terdapat di Gujarat. Ini membuktikan bahwa Nisan tersebut diimpor dr Gujarat,
atau setidaknya dibuat oleh orang Indonesia yang belajar Kaligrafi (seni
menulis indah) dari Gujarat.
Selain alasan di atas, kesamaan istilah
Jaratan di Jawa untuk menyebut tempat makam juga dianggap berasal dari Gujarat.
Semua bukti ini menjadi dasar berpikir untuk mengatakan bahwa Islam di Indonesia
berasal dari Gujarat.
2. Teori
Makkah.
Teori ini muncul sebagai reaksi menolak
Teori Gujarat yg mengatakan Islam datang ke Indonesia pada abad ke 13 dan
dibawa oleh orang Gujarat. Sebaliknya, teori ini mengatakan bahwa Islam di
Indonesia langsung dibawa oleh orang muslim Arab dari Mekkah pada abad ke 7
Masehi, atau tidak jauh setelah kelahiran agama Islam itu sendiri. Teori ini
dikemukakan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA. Teori ini
didasarkan pada hasil catatan bangsa Asing tentang adanya pemukiman pedagang
Arab Islam di pesisir pantai Indonesia yang disebut Pekojan seperti Aceh, Barus
dll, pada abad ke 7 Masehi.
3. Teori
Persia .
Teori ini menyatakan bahwa Islam di
Indonesia berasal dari Persia (Negara Iran sekarang), hal ini dibuktikan dengan
beberapa kesamaan ritual/tradisi antara Islam di Persia dengan Indonesia.
Tradisi ini dilangsungkan setiap
tanggal 10 Muharram di Sumatera Barat yaitu Upacara Tabot (Tabuik). Selain di
Sumatera Barat. Upacara memperingati wafatnya Husein Bin Ali (Cucu Muhammad)
ini juga dilaksanakan di Bengkulu yaitu setiap tanggal 10 Muharram. Peringatan
ini juga disebut dengan 1 Syura.
Kedua Upacara ini merupakan ritual
tahunan umat Islam di Persia atau Iran sekarang, karena kesamaan ini, para ahli
menyebut Islam di Indonesia berasal dari Persia.
4. Teori China
Teori
ini mengatakan bahwa Islam dibawa dari China yaitu oleh pedagang2 China muslim.
Bukti yang mendukung adalah di Semarang telah ada pemukiman orang2 China yg
beragama Islam yg sekaligus menyebarkan agama Islam di Indonesia terutama Pulau
JAwa. Klenteng Sam Po Kong, di Semarang dulunya merupakan Mesjid yg dibangun
oleh para pedagang China Islam yg ada di Semarang.
Hanya ketika ketika waktu berjalan
banyak keturunannya tidak lagi beragama Islam dan kembali ke agama asal mereka,
Mesjid itu kemudian dirubah menjadi Klenteng. Selain itu sejarah juga
mencatat Raja Demak, Kerajaan Islam pertama di Indonesia meruapakan anak Raja
Majapahit Brawijaya dengan ibu seorang putroi dari China. Laksamana Ceng Ho,
seorang muslim dan pelaut dari Kekaisaran China pernah bertandang ke Semarang
untuk mengadakan kerjasama dengan kerajaan nusantara.
Semua teori ini masuk akal untuk
menentukan arah datangnya Islam ke Indonesia. Meskipun kita tidak dapat menyimpulkan
siapa yg paling pertama membawa Islam ke Indonesia. Kemungkinan besar ada
banyak pihak yg ambil bagian dalam penyebaran Islam ke Indonesia, bisa dari
Mekkah, Gujarat, Persia, China atau bahkan tempat lain. Intinya Indonesia telah
menerima pengaruh Islam sejak pertama sekali agama itu lahir di Mekkah.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Mengapa
agama Islam mudah diterima orang Indonesia? Hal ini disebabkan oleh:
a.
Ajaran
Islam datang dengan cara yang damai,
b.
Agama
ini juga tidak mengenal sistem pembagian masyarakat atau kasta.
c.
Agama
ini juga tidak punya syarat-syarat yang rumit untuk menjadi pemeluknya.
d.
Selain
itu upacara dalam agama Islam juga jauh lebih sederhana daripada upacara dalam
agama Hindu-Budha.
e.
Ajaran
Islam yang masuk ke Indonesia juga telah disesuaikan dengan alam pikiran dan
tradisi orang Indonesia.
II.
Saluran-saluran Penyebaran Islam.
1.
Perdagangan.
Perdagangan merupakan metode penyebaran
Islam paling utama dan pertama. Menurut Tome Pires (seorang pelayar dan ahli
obat-obatan dari Portugis, yang ada di Malaka pada tahun 1512-1516) kegiatan
perdagangan di nusantara sekitar abad ke 7 M sampai abad ke 16 lalu lintas
perdagangan yang melalui nusnatara sangat ramai.
Dalam proses ini pedagang nusnatara dan
pedagang asing (Islam) dari Gujarat dan Timur Tengah (Arab dan Persia) bertemu
dan saling tukar pengaruh. Sebagian dari pedagang asing ini tinggal di wilayah
dekat pantai yang disebut Pekojan, lama kelamaan jumlah mereka pun semakin
banyak dan memperngaruhi lingkungan sekitar mereka dengan ajaran Islam.
Para pedagang ini kemudian menjalin
hubungan dengan para adipati (bupati) wilayah dan lama kelamaan masuk dalam
lingkungan istana. Ketika para Raja dan bangsawan memeluk Islam maka rakyatnya
akan dengan mudah mengikuti. Setelah masuk Islam, rakyat biasa, istana dan
pedagang nusantara yang memeluk Islam itu pun menyebarkan Islam ke kota
pelabuhan dan pesisir lain.
2.
Perkawinan.
Pedagang- pedagang asing dari Timur
Tengah dan Gujarat tadi juga ada yang menikah dengan wanita-wanita pribumi
bahkan dengan anggota keluarga kerajaan. Wanita-wanita yang telah
dinikahinya tersebut akan mengikuti suaminya masuk Islam dengan syarat
mengucapkan kalimat Syahadat terlebih dahulu. Anak-anak hasil perkawinan
tersebut akan mengikuti agama Islam yang dianut oleh kedua orangtuanya.
Selain itu, perkawinan anak-anak kaum
bangsawan ataupun anak Raja mempunyai dampak yang lebih besar. Mereka lebih mudah
memperngaruhi istana untuk mendukung penyebaran Islam. Lama kelamaan seluruh
anggota keluarga Istana akan memeluk Islam, selanjutnya kerajaan yang pada
awalnya bercorak Hindu-Budha perlahan-lahan menjadi bercorak Islam.
3.
Pendidikan.
Perkembangan
Islam yang semakin meluas mendorong munculnya para ulama atau ahli agama Islam.
Para ulama ini menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan cara
mendirikan pondok-pondok Pesantren di berbagai daerah. Saluran pendidikan
sangat efektif untuk mempercepat dan memperluas penyebaran Islam hingga ke
daerah-daerah yang terpencil. Pesantren-pesantren pada masa awal penyebaran
Islam.
4.
Tasawuf
Tasawuf
adalah ajaran keTuhanan yang telah bercampur dengan mistik atau hal-hal yang
bersifat magis. Kata “Tasawuf” sebernarnya berasal dari kata ‘SUFI” yang
berrati kain wol yang terbuat dari bulu domba. Istilah ini muncul karena para
ahli Tasawuf biasanya memakai jubbah yang terbuat dari wol.
5.
Dakwah (Pengabaran ajaran Islam dengan cara berkutbah ke berbagai
tempat/daerah).
Dakwah
yang dimaksud di sini secara khusu membahas tentang dakwah para wali. Atau yang
dikenal dengan sebutan Wali Songo. Atau yang disebut juga para Sunan antara
lain Sunan Ampel dan Bonang.
6.
Kesenian
Agama
Islam juga disebarkan melalui kesenian seperti yang dilakukan oleh SUnan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan seni Wayang dalam
melakukan dakwah Islam. sedangkan Sunan Bonang menggunakan seni Gamelan dan
Gending (lagu-lagu) yang berisi syair-syair nasihat dan dasar-dasar ajaran
Islam.
Kita
sudah membahas tentang kelahiran Islam, penyebarannya hingga proses masuknya
agama Islam ke Indonesia. Sebagai negara kepulauan, yang tersusun dari banyak
pulau masuknya satu ajaran dan kebudayaan ke Indonesia tentu saja tidak dalam
waktu bersamaan. Tidak terkecuali ajaran Islam, juga diperkirakan masuk dalam
rentang waktu yg berbeda di setiap wilayah Indonesia.
Wilayah
Sumatera dipercaya menjadi tempat pertama yang “dikunjungi” ajaran Islam yang
dibawa oleh pedagang-pedagang Arab yang jauh sebelum Islam lahir telah
berdagang dan singgah di pelabuhan-pelabuhan Sumatera. Kondisi ini didukung
oleh kenyataan bahwa Pulau Sumatera sangat strategis lokasinya, berada di
antara 2 benua, 2 samudera dan 2 pusat peradaban besar China dan India.
Selain
itu, mulai ditinggalkannya jalur sutera membuat jalur pelayaran ke Sumatera
menjadi alternatif (pilihan) baru. Sumatera akhirnya berkembang menjadi
pelabuhan penting, apalagi ketika Sumatera dikuasai oleh salah satu Kerajaan
Buddha terbesar di Indonesia yaitu Sriwijaya.
Kerajaan
ini berdiri sekitar abad 7 dan 8 Masehi. Dalam waktu yang hampir bersamaan
Agama Islam lahir di tanah Arab. Dalam selang waktu yang tak lama, agama itu
disebarkan ke seluruh dunia sebagian dari mereka sampai di Indonesia. Maka bisa
dikatakan di wilayah-wilayah Sriwijaya (Sumatera) telah berkembang komunitas2
kecil umat Islam. Seperti, Pasai, Aceh, Minangkabau, dsb. Namun karena
Sriwijaya masih menjadi penguasa terbesar Sumatera kala itu, komunitas2 Islam
itu belum bisa berkembang menjadi kerajaan.
Setelah
Sriwijaya mulai menunjukkan gelagat kehancurannya sekitar abad 11-12 M,
komunitas islam ini berkembang hingga menjadi kerajaan-kerajaan Islam pertama
di Indonesia. Kita akan melihatnya satu per satu.
Kerajaan
Samudera Pasai.
Hikayat
Raja-Raja Pasai ( buku silsilah Raja-Raja Pasai) mencatat bahwa Raja
pertama Pasai yang memeluk Islam adalah seorang yang bernama Marah Silu yang
berganti nama menjadi Malik Al Saleh.
Sebelumnya
Marah Silu merupakan gempong samudera (kepala pelabuhan)di Pasai. pada
perkembangannya, beliaulah yang mendirikan Kerajaan Samudera Pasai. Namun, pada
masa pemerintahan Ahmad Az Zahir (1345-1350) Pasai
mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit. Dalam Hikayat Raja Raja Pasai
dikisahkan bahwa setelah perang tiga hari tiga malam Pasai kalah dan akhirnya
rakyat nya tercerai berai. Kesultanan ini bangkit kembali pada masa
kekuasaan Zainal Al Abidin Malik Az Zahir tahun 1383. Namun
Pasai kembali dihadapkan pada peristiwa-peristiwa menuju keruntuhannya
seperti perang saudara dan serangan Kerajaan Aceh atas Pasai pada tahun 1524.
Kesultanan
Aceh.
Di atas sudah disinggung, bahwa Kerajaan Islam pertama di Sumatera yaitu
Samudera Pasai ditaklukkan oleh Kerajaan Aceh. Aceh kemudian menggantikan peran
Pasai sebagai penguasa Sumatera.
Kesultanan
Aceh terletak di Aceh Rayeuk (sekarang Aceh Besar) didirikan oleh
Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Tumbuhnya Kerajaan Aceh bersamaan
dengan tumbuhnya sebuah Kota pelabuhan di sebelah timurnya (selat Malaka)
bernama Malaka.
Pada
tahun 1511, Malaka, dikuasai oleh Portugis. Ini menyebabkan kapal-kapal dagang
yang sebelumnya singgah di Malaka berpindah ke pelabuhan-pelabuhan Aceh, ini
menyebabkan pelabuhan dan Kerajaan Aceh semakin besar dan penting.
Kerajaan ini mencapai masa kejayannya pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda. Mengapa disebut masa jaya, karena:
· Wilayah
kekuasaan Aceh membentang dari Deli sampai semenanjung Malaya, termasuk daerah
pantai barat Sumatera hingga Palembang.
· Dibentuk undang-undang
tentang Tata Pemerintahan yang disebut dengan ADAT
MAKUTA ALAM .
· Iskandar
Muda membangun basis militer dan pertahanan di laut.
· Selama
masa pemerintahan ISkandar Muda juga dikenal beberapa kelompok masyarakat yaitu
:
~
Golongan bangsawan disebut TEUKU
~Golongan
Ulama, agamawan(Rohaniawan) disebut dengan TENGKU
· Iskandar
Muda menaruh perhatian penting pada perkembangan sastra dan Tasawuf di
kesultanan Aceh. Terbitnya buku sejarah adat istiadat Aceh yang
disebut Bustanul Salatin, yang menunjukkan pentingnya dunia sastra bagi
Iskandar Muda.
Setelah
wafat, Iskandar Muda digantikan oleh Iskandar Thani. Pada
masa Iskandar Thani Aceh mengalami kemunduran karena Thani tidak semampu dan
sekuat Iskandar Muda.
Beberapa
ratus tahun kemudian, setelah melalui konflik dan perang yang panjang dengan
Portugis kemudian VOC dan terakhir Belanda, Aceh akhirnya dikuasai oleh Belanda
pada tahun 1904.
Kerajaan Demak.
Kerajaan
ini didirikan oleh Raden Patah (Jin Bun) salah seorang keturunan Raja
Kerthabumi (Brawijaya 5) dari Majapahit dengan ibu seorang putri China.
Pada saat dalam kandungan Raden Patah dititipkan di Palembang, tempat di mana
ia bertumbuh dan mendapat ajaran Islam dan menjadi penganut Islam yang taat dan
bercita-cita besar.
Pada
perkembangannya, Patah pindah ke Demak (Dekat Semarang) untuk mengembangkan
komunitas Islam. Pada saat itu Pulau JAwa masih dikuasai oleh Kerajaan
Majapahit yg sedang dipimpin oleh ayahnya sendiri Kerthabumi. Pada tahun 1478,
Patah bergerak ke Majapahit dan menawan Kerthabumi tanpa pertumpahan darah, dan
membawanya ke Demak. Sejak saat itu Majapahit hancur.
Kehancuran
MAjapahit membuka peluang Demak berkembang menjadi Kerajaan Islam untuk
menggantikan Majapahit.
Faktor-Faktor yang
menyebabkan Demak berkembang sebagai kerajaan.
1. Letaknya baik untuk
pelabuhan yaitu di muara sungai Demak, hubungannya dengan daerah pedalaman yang
menghasilan bahan ekspor juga mudah dilakukan (rempah-rempah dan beras)
2. Kedudukan/posisinya
strategis untuk perdagangan nasional, karena terletak di tepi jalan nasional
antara Indonesia bagian barat dan timur.
3. Faktor politik berupa
kemunduran Majapahit, sehingga Demak berkembang menjadi kerajaan besar baru.
Sejarah mencatat bahwa Demak melakukan serangan terhadap Majapahit, pada
akhirnya Majapahit runtuh tahun 1478.
Pada saat Raden Patah
memimpin Demak, Kerajaan ini menjalin kerjasama dengan banyak negara, termasuk
negara pelabuhan penting di Utara yaitu Malaka. Sayangnya Pada
tahun 1511, Malaka ditaklukkan oleh Portugis. Ini merugikan perdagangan antara
Malaka dengan Demak.
Raden Patah
akhirnya mengutus putranya, Dipati Unus (Yat-Sun) atau yang dikenal dengan
Pangeran Sabrang Lor (Lor berarti utara dalam bahasa Jawa/ menyerang ke
utara) untuk menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1512. Dipati Unus
berangkat dengan 100 kapal, namun penyerangan ini mengalami kegagalan karena
kurangnya strategi dan peralatan militer.
Pada
masa pemerintahan Raden Patah ini, Agama Islam merupakan pemersatu dan semangat
baru yang dapat menimbulkan kekuatan besar. Hal ini diakibatkan oleh peran
besar Para Wali yang disebut Wali Songo diantaranya Sunan Kalijaga, Bonang,
Drajad dsb. Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, dia digantikan
oleh anaknya yaitu Dipati Unus yang telah disinggung sebelumnya.
Dipati
Unus
Sultan
ini hanya berkuasa selama 3 tahun dari 1518-1521, ia wafat tanpa meninggalkan
seorang putra, kemudian Trenggono menggantikan posisi Dipati Unus sebagai
Sultan Demak.
Trenggono.
Trenggono
menjadi penguasa Demak dari tahun 1521-1546. Dia berhasil membawa Demak ke
puncak kejayaannya. Pada masa kepemimpinannya, Demak melakukan penaklukan dan
perluasan wilayah atas Pajajaran (Sunda), Majapahit dan Blambangan karena
kerajaan-kerajaan Hindu tersebut mengadakan hubungan kerjasama dengan Portugis
yang merupakan lawan utama Kerajaan Demak.
Sultan
Trenggono mengirimkan sejumlah kapal perang dan pasukan Demak ke Sunda Kelapa
(Jakarta sekarang) di bawah pimpinan Fatahillah. Sunda Kelapa yang pada saat
itu termasuk dalam wilayah Kerajaan Pakuan (Sunda-Pajajran) dan belum
terlindungi benteng Portugis, berhasil dikuasai oleh Pasukan Demak. Pada tahun
1527, Sunda Kelapa berhasil dikuasai penuh oleh pasukan Demak dan diganti
namanya menjadi Jayakarta.
Pada
tahun 1546 armada Demak menyerang kekuasaan Hindu di Blambangan. Pelabuhan
menjadi sasarannya adalah Panarukan. Serangan ke Jawa Timur itu dibantu oleh
armada dari Banten dan Cirebon yang juga dipimpin oleh Fatahillah. Dalam
serangan ke Panarukan tersebut, Sultan Trenggono ikut serta dalam
rombongan pasukan Demak, tetapi dia dibunuh oleh seorang pengawalnya.
Kematian
Trenggono menyisakan pergolakan dalam keluarga Istana Demak. Begini
kisahnya:
Setelah kematian Adipati
Unus, Istana Demak diwarnai konflik kekuasaan mengenai siapa yg paling pas
menjadi pengganti Unus. Trenggono, adik Adipati Unus dari
permaisuri merasa lebih pantas. Sementara itu Sekar Sedo Lepen, yg dr segi usia
lebih tua dr Trenggono meskipun berbeda ibu (bukan permaisuri) juga merasa
lebih pantas menggantikan Unus.
Pada
akhirnya Prawoto (Anak Trenggono) mengirimkan utusan untuk membunuh Sedo Lepen dan
berhasil. Trenggono kemudian dinobatkan menjadi Raja Demak. Namun ketika
Trenggono wafat, dendam lama keturunan Sekar Sedo Lepen memuncak. Arya
Panangsang, membalaskan kematian ayahnya, dan membunuh Prawoto.
Untuk
beberapa saat Arya Panangsang berhasil menjadi penguasa Demak, namun beliau
juga dibunuh oleh salah satu menantu Trenggono bernama Jaka Tingkir
(Hadiwijaya).
Arya
Panangsang pun akhirnya dibunuh oleh Hadiwijaya (Jaka Tingkir) adik ipar
Prawoto (menantu Trenggono). Hadiwijaya berhasil menjadi Sultan Demak, dan dia
memindahkan pusat kerajaan Demak dari pesisir ke pedalaman di Pajang.
Kepindahan ini bisa dikatakan sebagai akhir dari riwayat Kerajaan Demak yang
hancur karena konflik keluarga Istana Kerajaan.
Namun
meskipun sebagai Sultan Demak, Joko Tingkir lebih dikenal sebagai penguasa
Pajang, maka bisa dikatakan konflik keluarga antara Arya Panangsang dengan
Prawoto ini menjadi cikal bakal runtuhnya kuasa Demak di Pulau Jawa, digantikan
oleh Pajang di bawah Joko Tingkir atau Hadiwijaya.
Kerajaan Mataram Islam.
Kalian
masih ingat Jaka Tingkir? Dari kerajaan mana?. Dalam cerita sejarah, disebutkan
bahwa Jaka Tingkir menang sayembara untuk menumpas Arya Panangsang. Setelah
berhasil melaksanakan tugas tersebut, Jaka Tingkir diangkat menjadi Sultan
Demak, namun dia memindahkan ibukota Demak dari pesisir ke pedalaman yaitu ke
Pajang, sejak saat itu Demak bisa dikatakan sudah hancur dan digantikan oleh
Kerajaan Pajang.
Ternyata dalam melakukan tugas penumpasan terhadap Arya Panangsang tsb, Jaka
Tingkir meminta bantuan kepada seseorang bernama Ki Ageng Pamanahan. Pamanahan
akan diberi hadiah sebuah wilayah yang bernama Mataram jika misi tersebut
sukses. Setelah misi tersebut berhasil, Mataram diberikan kepada Ki Ageng Pamanahan.
Mataram akhirnya berkembang dari sekedar kampung menjadi sebuah Kerajaan, pada
tahun 1578, Pamanahan membangun Keraton di sana. Setelah Pamanahan wafat pada
tahun 1584, dia digantikan oleh putranya yg bernama Panembahan Senopati. Perlu
diketahui bahwa Senopati ini merupakan menantu dari Raja Pajang yaitu Jaka
Tingkir. Ketika Jaka Tingkir wafat pada tahun 1587, Senopati ingin memperluas
wilayah Mataram dengan menaklukkan wilayah2 yg sebelumnya menjadi milik
Kerajaan Pajang dan Demak.
Hingga beliau wafat, Senopati telah berhasil menaklukkan Madiun, Surabaya,
Kediri, Kedu dan berhasil menjalin persahabatan dengan Cirebon. Beliau
digantikan oleh anaknya yang bernama Raden Mas Jolang (Seda Ing Krapyak), pada
masa nya, Sultan ini mengembangkan pembangunan Ibukota Mataram yaitu Kota Gede
(dekat dgn Kota Jogjakarta).
Setelah wafatnya Seda Ing Krapyak, Mataram dipimpin oleh Sultan Agung yang
membawa Mataram kepada masa keemasan dan kejayaannya. Pada masa Sultan ini,
Mataram melanjutkan penaklukan wilayah2 baru, serta penaklukan kembali
wilayah-wilayah yang dulu sudah pernah takluk namun berontak atau ingin
memisahkan diri dari Mataram.
Namun Sultan Agung tidak dengan mudah mampu memimpin Mataram dia mengalami beberapa
rintangan dan tantangan yaitu:
1. Bupati2 yg tidak mau
tunduk kpd Mataram seperti Pati, LAsem, Tuban, Surabaya, Madura, BLora, Madiun
dan Bojonegoro
2. Berkembangnya
Kerajaan Banten dan Cirebon di sebelah barat.
3. VOC memindahkan pusat
operasinya dari Ambon ke Batavia pada tahun 1619.
Pada akhirnya Sultan Agung berhasil
menaklukkan Pati, Giri, Blambangan, Surabaya. Dan yang paling penting adalah
serangan Mataram Islam ke pusat pendudukan VOC di Batavia (Jakarta sekarang).
Jadi bisa dikatakan Sultan Agung merupakan penguasa terbesar di Pulau Jawa, dan
menguasai hampir seluruh wilayah Pulau Jawa kecuali, Banten, Batavia dan
Cirebon.
Serangan ke Batavia berlangsung selama 2 kali, yaitu tahun 1628 dan 1629.
Sayangnya dua kali serangan ini mengalami kegagalan dikarenakan banyak faktor :
1. Bocornya strategi
pasukan Mataram oleh mata2 dan prajurit VOC.
2. Jauhnya jarak anatara
Mataram dan Batavia
3. Dibakarnya gudang
logistik (makanan) pasukan Mataram
4. Jalur yang dilalui
pasukan Mataram merupakan hutan-hutan yg sulit dilewati.
5. Kuatnya pertahanan
dan Benteng VOC di Batavia.
Jadi
dapat disimpulkan beberapa hal yang dilakukan Sultan Agung selama masa
kepemimpinannya di Mataram
1. Mengatur dan
mengawasi semua wilayah Mataram dari Ibukota KOTAGEDE
2. Membangun kekuatan
maritime dan agraris Mataram, terutama ekspor beras
3. Melakukan mobilisasi
militer/serangan ke Batavia sebanyak dua kali.
4. Membuat penanggalan
Jawa atau Penanggalan Jawi.
5. Menyusun karya sastra
yg sangat terkenal yaitu Sastra Gending
6. Menyusun kitab
undang2 yg disebut Surya Alam.
7. Membangun kompleks
pemakaman raja2 MAtaram di Imogiri.
Setelah
Sultan Agung wafat pada tahun 1645, para penggantinya tidak mampu melanjutkan
apa yang telah dimulai oleh Sultan Agung. Para penggantinya dari Amangkurat I
s.d Pakubuwono III, malah berebut tahta kerajaan.
Konflik ini dimanfaatkan oleh VOC sebagai jalur masuk ke dalam keluarga Istana,
mendukung calon Sultan yang mereka rasa mampu memenuhi kepentingan VOC di Pulau
JAwa, dan mengadu dombanya dengan calon pangeran yang lain. Pada akhirnya
Mataram Islam yang luas dan besar pada masa Sultan Agung itu terpecah menjadi
dua yaitu Jogjakarta dan Surakarta (Solo).
Perpecahan ini terjadi melalui sebuah perjanjian yaitu Perjanjian Giyanti pada
tahun 1755. Kerajaan Jogjakarta dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono I dan
Kerajaan Surakarta dipimpin oleh Pakubuwono.
Pada tahun 1757, muncul lagi perjanjian Salatiga yang isi nya membagi Kerajaan
Surakarta menjadi dua, yaitu Surakarta dan Mangkunegaraan. Hingga pada tahun
1813, Jogjakarta harus dibagi lagi menjadi dua yaitu Jogjakarta dan
Pakualaman.
Jadi pada akhirnya, hingga saat ini Kerajaan Mataram Islam terbelah menjadi 4
yaitu Jogjakarta, Surakarta, Mangkunegaraan, Pakualaman dan masing-masing
memiliki Sultan dan Keraton sendiri.
Kerajaan Banten
Banten memiliki wilayah yang strategis di Selat Sunda
dan memiliki pelabuhan besar sebagai pelabuhan transit di jalur perdagangan
internasional.
Kerajaan ini didirikan oleh Maulana Ibrahim, Kerajaan
ini mencapai masa kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Agen Tirtayasa. Pada
perkembangannya Kerajaan ini mengalami masa kemunduran karena berhasil diadu
domba oleh VOC (Belanda) dengan cara mendukung Sultan Haji (Anak dari Ageng
Tirtayasa) dan membenturkannya dengan ayahnya.
VOC menjanjikan dukungan kepada Sultan Haji untuk
menjadi Raja menggantikan ayahnya dengan balasan diberikan kewenangan dalam
monopoli perdaganganlada di Banten. Bgitulah pada akhirnya Sultan Ageng berhasil dikalahkan dan ditawan oleh VOC,
Sultan Haji menjadi Raja namun tetap tidak bisa berkuasa penuh karena didikte
oleh VOC. Hingga nanti Kerajaan Banten hancur karena tidak punya kepemimpinan
sehebat Ageng Tirtayasa dan juga karena campur tangan VOC di dalam lingkungan
istana Banten.
7. Kerajaan Ternate dan Tidore
Pada zaman dulu ada 2 persekutuan (pertemanan) antara
kerajaan2 di Maluku yang disebut Uli 5 dan Uli Siwa. Uli 5 terdiri atas :
Ternate, Seram, Ambon, Obi, Bacan.
Sedangkan Uli Siwa: Tidore, Makyan, Halmahera, Jailolo dan beberapa
Kerajaan di Irian Barat.
Uli 5 dan Uli Siwa ini berkonflik memperebutkan posisi
utama sebagai penguasa perdagangan rempah-rempah di kepulauan Maluku. Uli Lima
yang dipimpin Ternate melawan Uli Siwa yang dipimpin Tidore. Ternate akhirnya berkonflik dengan Tidore. Konflik ini semakin meruncing
ketika Ternate bekerjasama dengan Portugis dan Tidore bekerjasama dengan
Spanyol, terjadilah peperangan. Peperangan berubah menjadi peperangan Portugis
melawan Spanyol. Peperangan ini berhasil didamaikan melalui Perjanjian Saragosa di mana Bumi dibagi atas
dua pengaruh, yaitu bangsa Portugis dan bangsa Spanyol, Portugis diberikan hak
menguasai Maluku, sementara itu Spanyol diperintahkan mundur ke Filiphina.
Hal ini membuat Portugis merasa seperti memiliki restu
besar untuk menguasai keseluruhan kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah itu.
Namun pada akhirnya Raja Ternate,
Sultan Khairun menyadari bahwa Portugis semakin merajalela dan
ingin menguasai negerinya, akhirnya dia melawan namun sayangnya beliau terbunuh
di Benteng Sao Paolo
ketika diundang jamuan makan oleh Gubernur Portugis, Lopez de Mesquita.
Putranya Sultan Baabullah berhasil melanjutkan perjuangannya dan
berhasil mengusir Portugis dari Maluku. Wilayah kekuasaan Sultan Baabullah yang
membentang dari Sulawesi, Irian, Bima, hingga Filiphina menjadikannya dijuluki “Tuan dari 72 pulau.”
Ternate dan Tidore nanti berhasil didamaikan dan
dipersatukan oleh Sultan Tidore bernama Sultan Nuku.
8. Kerajaan Makassar (Gowa Tallo).
Kerajaan ini merupakan gabungan dari Kerajaan Gowa dan
Tallo yang berpusat di Makassar, maka sering disebut Kerajaan Makassar. Raja
dari dua kerajaan itu (Gowa dan Tallo) memutuskan untuk memeluk agama Islam dan
mendirikan kerajaan Islam Gowa Tallo.
Agama Islam di Makassar disebarkan oleh orang Sumatera
bernama Datuk Ri Bandang dan Sulaeman. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya
pada masa pemerintahan Sultan
Hasanuddin. Sultan yang dikenal dengan julukan ‘Ayam Jantan dari Timur” ini
dikenal berani melawan kekuatan asing (VOC/Belanda) yang pada saat itu ingin
menguasai Makassar. Hal ini dilakukan VOC karena ingin menguasai jalur
perdagangan rempah di Indonesia Timur (Ambon/Ternate dan Tidore). VOC sendiri
mengganggap Makassar sebagai pelabuhan gelap yang memperjualbelikan
rempah-rempah dari Maluku.
Perang Makassar dan VOC dipimpin langsung oleh
Hasanuddin yang berhadapan dengan Cornelis Speelman pemimpin pasukan
VOC/Belanda. VOC menggunakan siasat adu domba, dengan mengajak Aru Palaka, Raja
Bone untuk bekerjasama menaklukkan Hasanuddin. Pada akhirnya Hasanuddin kalah dan dipaksa menandatangani
Perjanjian Bongaya antara Hasanuddin dan Speelman yang isinya :
1. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone
2. Belanda dapat mendirikan Benteng di Makassar (benteng Rotterdam)
3. VOC memonopoli perdagangan di Makassar
4. Makasar harus
mengganti kerugian perang sebesar 250.000 ringgit.
5.
Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC.
6.
Makassar harus melepaskan
daerah jajahannya seperti Bone.
========================================================================
Pengaruh dan
peninggalan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia.
1. Seni Bangunan
a. Makam: dibangun di atas bukit (seperti makam raja-raja Mataram di
Imogiri), mirip letak candi-candi Hindu Budha.
b. Mesjid:
· Atapnya tumpang atau bertingkat yang jumlahnya
selalu ganjil.
· Posisi Mesjid agak tinggi dari permukaan tanah
dan berundak.
· Dibangun berdekatan dengan Keraton dan Alun-Alun
Kerajaan
· Atap masjid diberi Mustaka agar terkesan
meruncing
· Bangunannya seperti pendopo berbentuk bujur
sangkar.
· Ada serambi sebagai tempat membilas/mencuci kaki
2. Dalam bidang bahasa, seiring dengan perkembangan Islam bahasa komunikasi
yang digunakan dalam kegiatan perdagangan di Indonesia pada masa kedatangan
Islam adalah bahasa Melayu. Meskipun pada perkembangannya banyak bahasa Arab
termasuk kosa kata yang terkait tentang agama Islam yang diadopsi oleh bahasa
Indonesia. Kata Amal, kitab, Syarikat, wujud, ajaib dan masih banyak kata
lainnya.
3. Dalam bidang budaya dan sastra
· Seni menulis indah yang disebut Kaligrafi.
Komentar
Posting Komentar