PAT KELAS X WAJIB 2016-2017



Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia.

A.     Kelahiran Islam.
Islam merupakan sebuah agama yang dianut lebih dari 1 Milyar manusia di dunia. Di negara kita, Indonesia, agama Islam, sejak runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha hingga kini menjadi agama yg dianut lebih dari 90 % penduduknya. Artinya tidak ada alasan kita sebagai bagian dari Bangsa Indonesia untuk tidak sedikit belajar tentang agama besar ini.
Islam lahir di sebuah negara yang sekarang bernama Arab Saudi. Agama ini lahir dan diajarkan pertama kali oleh Muhammad, yang bagi umat Islam merupakan Nabi terakhir yang dipilih oleh Allah  (Sebutan Tuhan dalam ISlam) sebagai wakilNYA di dunia.  Dikisahkan bahwa sekitar tahun 610 Masehi, Muhammad yg pada saat itu telah berusia 40 tahun menerima wahyu dari Allah di sebuah tempat yg bernama Gua HIra.
Demikianlah wahyu (pesan/firman) Allah yg pertama sekali diberikan kepada Muhammad. Setelah itu, untuk lebih dari 20 tahun, wahyu-wahyu berikutnya disampaikan kepada Muhammad lewat berbagai cara. Kumpulan dari wahyu tersebut diingat oleh umat muslim awal, ada yg ditulis di atas pelepah daun pohon, hingga pada akhirnya dikumpulkan dan dituliskan dalam sebuah buku yg kita kenal sekarang sebagai Alquran.
Demikian sekilas tentang kelahiran agama Islam. Dalam waktu yg singkat agama ini mendapat pengakuan sekaligus penganut yg luar biasa banyak di wilayah Arab Saudi. Pada perkembangannya Islam menjadi agama negara, hukum negara pun didasarkan kepada Alquran yg dipercaya umat Islam wahyu dan perintah dari Allah kepada manusia. Islam sebagai agama dan negara, menyebar hingga ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kita akan melihat berbagai pendapat tentang bagaimana pendapat para ahli tentang asal mula tibanya Islam di Indonesia.

Teori masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia .

1.      Teori Gujarat.
Teori ini diungkapkan oleh para sarjana dan ahli dari barat (Eropa) seperti Snouck Hurgronye, J.P. Moquetta dan Pijnaple. Menurut para ahli ini, agama Islam di Indonesia bukan berasal dari Arab (Mekkah) langsung, melainkan dari Gujarat (India bagian barat) yang datang sekitar abad 13 M.
Menurut para ahli ini, pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam membawa Islam ketika berdagang ke Indonesia. Bukti-bukti yang mendukung teori ini didasarkan pada ditemukannya kesamaan pada batu nisan Sultan Malik Saleh dan Maulana Malik Ibrahim dengan nisan yang terdapat di Gujarat. Ini membuktikan bahwa Nisan tersebut diimpor dr Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Indonesia yang belajar Kaligrafi (seni menulis indah) dari Gujarat.
Selain alasan di atas, kesamaan istilah Jaratan di Jawa untuk menyebut tempat makam juga dianggap berasal dari Gujarat. Semua bukti ini menjadi dasar berpikir untuk mengatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Gujarat.

2.      Teori Makkah.
Teori ini muncul sebagai reaksi menolak Teori Gujarat yg mengatakan Islam datang ke Indonesia pada abad ke 13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Sebaliknya, teori ini mengatakan bahwa Islam di Indonesia langsung dibawa oleh orang muslim Arab dari Mekkah pada abad ke 7 Masehi, atau tidak jauh setelah kelahiran agama Islam itu sendiri. Teori ini dikemukakan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA. Teori ini didasarkan pada hasil catatan bangsa Asing tentang adanya pemukiman pedagang Arab Islam di pesisir pantai Indonesia yang disebut Pekojan seperti Aceh, Barus dll, pada abad ke 7 Masehi.

3.      Teori Persia .
Teori ini menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia (Negara Iran sekarang), hal ini dibuktikan dengan beberapa kesamaan ritual/tradisi antara Islam di Persia dengan Indonesia.
Tradisi ini dilangsungkan setiap tanggal 10 Muharram di Sumatera Barat yaitu Upacara Tabot (Tabuik). Selain di Sumatera Barat. Upacara memperingati wafatnya Husein Bin Ali (Cucu Muhammad) ini juga dilaksanakan di Bengkulu yaitu setiap tanggal 10 Muharram. Peringatan ini juga disebut dengan 1 Syura.
Kedua Upacara ini merupakan ritual tahunan umat Islam di Persia atau Iran sekarang, karena kesamaan ini, para ahli menyebut Islam di Indonesia berasal dari Persia.

 4.  Teori China
            Teori ini mengatakan bahwa Islam dibawa dari China yaitu oleh pedagang2 China muslim. Bukti yang mendukung adalah di Semarang telah ada pemukiman orang2 China yg beragama Islam yg sekaligus menyebarkan agama Islam di Indonesia terutama Pulau JAwa. Klenteng Sam Po Kong, di Semarang dulunya merupakan Mesjid yg dibangun oleh para pedagang China Islam yg ada di Semarang.
Hanya ketika ketika waktu berjalan banyak keturunannya tidak lagi beragama Islam dan kembali ke agama asal mereka, Mesjid itu kemudian dirubah menjadi Klenteng.  Selain itu sejarah juga mencatat Raja Demak, Kerajaan Islam pertama di Indonesia meruapakan anak Raja Majapahit Brawijaya dengan ibu seorang putroi dari China. Laksamana Ceng Ho, seorang muslim dan pelaut dari Kekaisaran China pernah bertandang ke Semarang untuk mengadakan kerjasama dengan kerajaan nusantara.

Semua teori ini masuk akal untuk menentukan arah datangnya Islam ke Indonesia. Meskipun kita tidak dapat menyimpulkan siapa yg paling pertama membawa Islam ke Indonesia. Kemungkinan besar ada banyak pihak yg ambil bagian dalam penyebaran Islam ke Indonesia, bisa dari Mekkah, Gujarat, Persia, China atau bahkan tempat lain. Intinya Indonesia telah menerima pengaruh Islam sejak pertama sekali agama itu lahir di Mekkah.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Mengapa agama Islam mudah diterima orang Indonesia? Hal ini disebabkan oleh:
a.      Ajaran Islam datang dengan cara yang damai,
b.      Agama ini juga tidak mengenal sistem pembagian masyarakat atau kasta.
c.        Agama ini juga tidak punya syarat-syarat yang rumit untuk menjadi pemeluknya.  
d.       Selain itu upacara dalam agama Islam juga jauh lebih sederhana daripada upacara dalam agama Hindu-Budha.
e.       Ajaran Islam yang masuk ke Indonesia juga telah disesuaikan dengan alam pikiran dan tradisi orang Indonesia.

II.  Saluran-saluran Penyebaran Islam.
1.     Perdagangan.
Perdagangan merupakan metode penyebaran Islam paling utama dan pertama. Menurut Tome Pires (seorang pelayar dan ahli obat-obatan dari Portugis, yang ada di Malaka pada tahun 1512-1516) kegiatan perdagangan di nusantara sekitar abad ke 7 M sampai abad ke 16 lalu lintas perdagangan yang melalui nusnatara sangat ramai.
Dalam proses ini pedagang nusnatara dan pedagang asing (Islam) dari Gujarat dan Timur Tengah (Arab dan Persia) bertemu dan saling tukar pengaruh. Sebagian dari pedagang asing ini tinggal di wilayah dekat pantai yang disebut Pekojan, lama kelamaan jumlah mereka pun semakin banyak dan memperngaruhi lingkungan sekitar mereka dengan ajaran Islam.
Para pedagang ini kemudian menjalin hubungan dengan para adipati (bupati) wilayah dan lama kelamaan masuk dalam lingkungan istana. Ketika para Raja dan bangsawan memeluk Islam maka rakyatnya akan dengan mudah mengikuti. Setelah masuk Islam, rakyat biasa, istana dan pedagang nusantara yang memeluk Islam itu pun menyebarkan Islam ke kota pelabuhan dan pesisir lain.
2.     Perkawinan.
Pedagang- pedagang asing dari Timur Tengah dan Gujarat tadi juga ada yang menikah dengan wanita-wanita pribumi bahkan dengan anggota keluarga kerajaan.  Wanita-wanita yang telah dinikahinya tersebut akan mengikuti suaminya masuk Islam dengan syarat mengucapkan kalimat Syahadat terlebih dahulu. Anak-anak hasil perkawinan tersebut akan mengikuti agama Islam yang dianut oleh kedua orangtuanya.
Selain itu, perkawinan anak-anak kaum bangsawan ataupun anak Raja mempunyai dampak yang lebih besar. Mereka lebih mudah memperngaruhi istana untuk mendukung penyebaran Islam. Lama kelamaan seluruh anggota keluarga Istana akan memeluk Islam, selanjutnya kerajaan yang pada awalnya bercorak Hindu-Budha perlahan-lahan menjadi bercorak Islam.

3.     Pendidikan.
Perkembangan Islam yang semakin meluas mendorong munculnya para ulama atau ahli agama Islam.  Para ulama ini menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan cara mendirikan pondok-pondok Pesantren di berbagai daerah.  Saluran pendidikan sangat efektif untuk mempercepat dan memperluas penyebaran Islam hingga ke daerah-daerah yang terpencil. Pesantren-pesantren pada masa awal penyebaran Islam.


4.     Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran keTuhanan yang telah bercampur dengan mistik atau hal-hal yang bersifat magis. Kata “Tasawuf” sebernarnya berasal dari kata ‘SUFI” yang berrati kain wol yang terbuat dari bulu domba. Istilah ini muncul karena para ahli Tasawuf biasanya memakai jubbah yang terbuat dari wol.

5.  Dakwah (Pengabaran ajaran Islam dengan cara berkutbah ke berbagai tempat/daerah).
Dakwah yang dimaksud di sini secara khusu membahas tentang dakwah para wali. Atau yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Atau yang disebut juga para Sunan antara lain Sunan Ampel dan Bonang.

6.     Kesenian
Agama Islam juga disebarkan melalui kesenian seperti yang dilakukan oleh SUnan Kalijaga dan Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan seni Wayang dalam melakukan dakwah Islam. sedangkan Sunan Bonang menggunakan seni Gamelan dan Gending (lagu-lagu) yang berisi syair-syair nasihat dan dasar-dasar ajaran Islam.





Kita sudah membahas tentang kelahiran Islam, penyebarannya hingga proses masuknya agama Islam ke Indonesia. Sebagai negara kepulauan, yang tersusun dari banyak pulau masuknya satu ajaran dan kebudayaan ke Indonesia tentu saja tidak dalam waktu bersamaan. Tidak terkecuali ajaran Islam, juga diperkirakan masuk dalam rentang waktu yg berbeda di setiap wilayah Indonesia.
Wilayah Sumatera dipercaya menjadi tempat pertama yang “dikunjungi” ajaran Islam yang dibawa oleh pedagang-pedagang Arab yang jauh sebelum Islam lahir telah berdagang dan singgah di pelabuhan-pelabuhan Sumatera. Kondisi ini didukung oleh kenyataan bahwa Pulau Sumatera sangat strategis lokasinya, berada di antara 2 benua, 2 samudera dan 2 pusat peradaban besar China dan India.
Selain itu, mulai ditinggalkannya jalur sutera membuat jalur pelayaran ke Sumatera menjadi alternatif (pilihan) baru.  Sumatera akhirnya berkembang menjadi pelabuhan penting, apalagi ketika Sumatera dikuasai oleh salah satu Kerajaan Buddha terbesar di Indonesia yaitu Sriwijaya.
Kerajaan ini berdiri sekitar abad 7 dan 8 Masehi. Dalam waktu yang hampir bersamaan Agama Islam lahir di tanah Arab. Dalam selang waktu yang tak lama, agama itu disebarkan ke seluruh dunia sebagian dari mereka sampai di Indonesia. Maka bisa dikatakan di wilayah-wilayah Sriwijaya (Sumatera) telah berkembang komunitas2 kecil umat Islam. Seperti, Pasai, Aceh, Minangkabau, dsb. Namun karena Sriwijaya masih menjadi penguasa terbesar Sumatera kala itu, komunitas2 Islam itu belum bisa berkembang menjadi kerajaan.
Setelah Sriwijaya mulai menunjukkan gelagat kehancurannya sekitar abad 11-12 M, komunitas islam ini berkembang hingga menjadi kerajaan-kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kita akan melihatnya satu per satu. 


  Kerajaan Samudera Pasai.  

Hikayat Raja-Raja Pasai ( buku silsilah Raja-Raja Pasai) mencatat bahwa Raja pertama Pasai yang memeluk Islam adalah seorang yang bernama Marah Silu yang berganti nama menjadi Malik Al Saleh.
Sebelumnya Marah Silu merupakan gempong samudera (kepala pelabuhan)di Pasai. pada perkembangannya, beliaulah yang mendirikan Kerajaan Samudera Pasai. Namun, pada masa pemerintahan Ahmad Az Zahir (1345-1350) Pasai mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit. Dalam Hikayat Raja Raja Pasai dikisahkan bahwa setelah perang tiga hari tiga malam Pasai kalah dan akhirnya rakyat nya tercerai berai. Kesultanan ini bangkit kembali pada masa kekuasaan Zainal Al Abidin Malik Az Zahir tahun 1383. Namun Pasai kembali dihadapkan pada peristiwa-peristiwa menuju keruntuhannya seperti perang saudara dan serangan Kerajaan Aceh atas Pasai pada tahun 1524.

Kesultanan Aceh.

            Di atas sudah disinggung, bahwa Kerajaan Islam pertama di Sumatera yaitu Samudera Pasai ditaklukkan oleh Kerajaan Aceh. Aceh kemudian menggantikan peran Pasai sebagai penguasa Sumatera.
Kesultanan Aceh terletak di Aceh Rayeuk (sekarang Aceh Besar) didirikan oleh Ali Mughayat Syah pada tahun 1496.  Tumbuhnya Kerajaan Aceh bersamaan dengan tumbuhnya sebuah Kota pelabuhan di sebelah timurnya (selat Malaka) bernama Malaka.
Pada tahun 1511, Malaka, dikuasai oleh Portugis. Ini menyebabkan kapal-kapal dagang yang sebelumnya singgah di Malaka berpindah ke pelabuhan-pelabuhan Aceh, ini menyebabkan pelabuhan dan Kerajaan Aceh semakin besar dan penting.
            Kerajaan ini mencapai masa kejayannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Mengapa disebut masa jaya, karena:

·         Wilayah kekuasaan Aceh membentang dari Deli sampai semenanjung Malaya, termasuk daerah pantai barat Sumatera hingga Palembang.
·         Dibentuk undang-undang tentang Tata Pemerintahan  yang disebut dengan ADAT MAKUTA ALAM .
·         Iskandar Muda membangun basis militer dan pertahanan di laut.
·         Selama masa pemerintahan ISkandar Muda juga dikenal beberapa kelompok masyarakat yaitu :
~ Golongan bangsawan disebut TEUKU
~Golongan Ulama, agamawan(Rohaniawan) disebut dengan TENGKU
·         Iskandar Muda menaruh perhatian penting pada perkembangan sastra dan Tasawuf di kesultanan Aceh. Terbitnya buku sejarah adat istiadat Aceh yang disebut Bustanul Salatin, yang menunjukkan pentingnya dunia sastra bagi Iskandar Muda.
Setelah wafat, Iskandar Muda digantikan oleh Iskandar Thani. Pada masa Iskandar Thani Aceh mengalami kemunduran karena Thani tidak semampu dan sekuat Iskandar Muda.
Beberapa ratus tahun kemudian, setelah melalui konflik dan perang yang panjang dengan Portugis kemudian VOC dan terakhir Belanda, Aceh akhirnya dikuasai oleh Belanda pada tahun 1904.

 Kerajaan Demak.

Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah (Jin Bun) salah seorang keturunan Raja Kerthabumi (Brawijaya 5) dari Majapahit dengan ibu seorang putri China.  Pada saat dalam kandungan Raden Patah dititipkan di Palembang, tempat di mana ia bertumbuh dan mendapat ajaran Islam dan menjadi penganut Islam yang taat dan bercita-cita besar.
Pada perkembangannya, Patah pindah ke Demak (Dekat Semarang) untuk mengembangkan komunitas Islam. Pada saat itu Pulau JAwa masih dikuasai oleh Kerajaan Majapahit yg sedang dipimpin oleh ayahnya sendiri Kerthabumi. Pada tahun 1478, Patah bergerak ke Majapahit dan menawan Kerthabumi tanpa pertumpahan darah, dan membawanya ke Demak. Sejak saat itu Majapahit hancur.
Kehancuran MAjapahit membuka peluang Demak berkembang menjadi Kerajaan Islam untuk menggantikan Majapahit.

Faktor-Faktor yang menyebabkan Demak berkembang sebagai kerajaan.
1.      Letaknya baik untuk pelabuhan yaitu di muara sungai Demak, hubungannya dengan daerah pedalaman yang menghasilan bahan ekspor juga mudah dilakukan (rempah-rempah dan beras)
2.      Kedudukan/posisinya strategis untuk perdagangan nasional, karena terletak di tepi jalan nasional antara Indonesia bagian barat dan timur.
3.      Faktor politik berupa kemunduran Majapahit, sehingga Demak berkembang menjadi kerajaan besar baru. Sejarah mencatat bahwa Demak melakukan serangan terhadap Majapahit, pada akhirnya Majapahit runtuh tahun 1478.


Pada saat Raden Patah memimpin Demak, Kerajaan ini menjalin kerjasama dengan banyak negara, termasuk negara pelabuhan penting di Utara yaitu Malaka. Sayangnya Pada tahun 1511, Malaka ditaklukkan oleh Portugis. Ini merugikan perdagangan antara Malaka dengan Demak.
Raden Patah akhirnya mengutus putranya, Dipati Unus (Yat-Sun) atau yang dikenal dengan Pangeran Sabrang Lor (Lor berarti utara dalam bahasa Jawa/ menyerang ke utara) untuk menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1512. Dipati Unus berangkat dengan 100 kapal, namun penyerangan ini mengalami kegagalan karena kurangnya strategi dan peralatan militer. 
Pada masa pemerintahan Raden Patah ini, Agama Islam merupakan pemersatu dan semangat baru yang dapat menimbulkan kekuatan besar. Hal ini diakibatkan oleh peran besar Para Wali yang disebut Wali Songo diantaranya Sunan Kalijaga, Bonang, Drajad dsb.  Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, dia digantikan oleh anaknya yaitu Dipati Unus yang telah disinggung sebelumnya.

Dipati Unus
Sultan ini hanya berkuasa selama 3 tahun dari 1518-1521, ia wafat tanpa meninggalkan seorang putra, kemudian Trenggono menggantikan posisi Dipati Unus sebagai Sultan Demak.

Trenggono.
Trenggono menjadi penguasa Demak dari tahun 1521-1546. Dia berhasil membawa Demak ke puncak kejayaannya. Pada masa kepemimpinannya, Demak melakukan penaklukan dan perluasan wilayah atas Pajajaran (Sunda), Majapahit dan Blambangan karena kerajaan-kerajaan Hindu tersebut mengadakan hubungan kerjasama dengan Portugis yang merupakan lawan utama Kerajaan Demak.
Sultan Trenggono mengirimkan sejumlah kapal perang dan pasukan Demak ke Sunda Kelapa (Jakarta sekarang) di bawah pimpinan Fatahillah. Sunda Kelapa yang pada saat itu termasuk dalam wilayah Kerajaan Pakuan (Sunda-Pajajran) dan belum terlindungi benteng Portugis, berhasil dikuasai oleh Pasukan Demak. Pada tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil dikuasai penuh oleh pasukan Demak dan diganti namanya menjadi Jayakarta. 

Pada tahun 1546 armada Demak menyerang kekuasaan Hindu di Blambangan. Pelabuhan menjadi sasarannya adalah Panarukan. Serangan ke Jawa Timur itu dibantu oleh armada dari Banten dan Cirebon yang juga dipimpin oleh Fatahillah.  Dalam serangan ke Panarukan tersebut, Sultan Trenggono ikut serta dalam rombongan pasukan Demak, tetapi dia dibunuh oleh seorang pengawalnya. 
 Kematian Trenggono menyisakan pergolakan dalam keluarga Istana Demak. Begini kisahnya:                                                   
Setelah kematian Adipati Unus, Istana Demak diwarnai konflik kekuasaan mengenai siapa yg paling pas menjadi pengganti Unus.     Trenggono, adik Adipati Unus dari permaisuri merasa lebih pantas. Sementara itu Sekar Sedo Lepen, yg dr segi usia lebih tua dr Trenggono meskipun berbeda ibu (bukan permaisuri) juga merasa lebih pantas menggantikan Unus.
Pada akhirnya Prawoto (Anak Trenggono) mengirimkan utusan untuk membunuh Sedo Lepen dan berhasil. Trenggono kemudian dinobatkan menjadi Raja Demak. Namun ketika Trenggono wafat, dendam lama keturunan Sekar Sedo Lepen memuncak. Arya Panangsang, membalaskan kematian ayahnya, dan membunuh Prawoto.
Untuk beberapa saat Arya Panangsang berhasil menjadi penguasa Demak, namun beliau juga dibunuh oleh salah satu menantu Trenggono bernama Jaka Tingkir (Hadiwijaya).
Arya Panangsang pun akhirnya dibunuh oleh Hadiwijaya (Jaka Tingkir) adik ipar Prawoto (menantu Trenggono). Hadiwijaya berhasil menjadi Sultan Demak, dan dia memindahkan pusat kerajaan Demak dari pesisir   ke pedalaman di Pajang. Kepindahan ini bisa dikatakan sebagai akhir dari riwayat Kerajaan Demak yang hancur karena konflik keluarga Istana Kerajaan.
Namun meskipun sebagai Sultan Demak, Joko Tingkir lebih dikenal sebagai penguasa Pajang, maka bisa dikatakan konflik keluarga antara Arya Panangsang dengan Prawoto ini menjadi cikal bakal runtuhnya kuasa Demak di Pulau Jawa, digantikan oleh Pajang di bawah Joko Tingkir atau Hadiwijaya.

Kerajaan Mataram Islam.
          Kalian masih ingat Jaka Tingkir? Dari kerajaan mana?. Dalam cerita sejarah, disebutkan bahwa Jaka Tingkir menang sayembara untuk menumpas Arya Panangsang. Setelah berhasil melaksanakan tugas tersebut, Jaka Tingkir diangkat menjadi Sultan Demak, namun dia memindahkan ibukota Demak dari pesisir ke pedalaman yaitu ke Pajang, sejak saat itu Demak bisa dikatakan sudah hancur dan digantikan oleh Kerajaan Pajang. 
            Ternyata dalam melakukan tugas penumpasan terhadap Arya Panangsang tsb, Jaka Tingkir meminta bantuan kepada seseorang bernama Ki Ageng Pamanahan. Pamanahan akan diberi hadiah sebuah wilayah yang bernama Mataram jika misi tersebut sukses. Setelah misi tersebut berhasil, Mataram diberikan kepada Ki Ageng Pamanahan.
            Mataram akhirnya berkembang dari sekedar kampung menjadi sebuah Kerajaan, pada tahun 1578, Pamanahan membangun Keraton di sana. Setelah Pamanahan wafat pada tahun 1584, dia digantikan oleh putranya yg bernama Panembahan Senopati. Perlu diketahui bahwa Senopati ini merupakan menantu dari Raja Pajang yaitu Jaka Tingkir. Ketika Jaka Tingkir wafat pada tahun 1587, Senopati ingin memperluas wilayah Mataram dengan menaklukkan wilayah2 yg sebelumnya menjadi milik Kerajaan Pajang dan Demak.
            Hingga beliau wafat, Senopati telah berhasil menaklukkan Madiun, Surabaya, Kediri, Kedu dan berhasil menjalin persahabatan dengan Cirebon. Beliau digantikan oleh anaknya yang bernama Raden Mas Jolang (Seda Ing Krapyak), pada masa nya, Sultan ini mengembangkan pembangunan Ibukota Mataram yaitu Kota Gede (dekat dgn Kota Jogjakarta).
            Setelah wafatnya Seda Ing Krapyak, Mataram dipimpin oleh Sultan Agung yang membawa Mataram kepada masa keemasan dan kejayaannya. Pada masa Sultan ini, Mataram melanjutkan penaklukan wilayah2 baru, serta penaklukan kembali wilayah-wilayah yang dulu sudah pernah takluk namun berontak atau ingin memisahkan diri dari Mataram. 
            Namun Sultan Agung tidak dengan mudah mampu memimpin Mataram dia mengalami beberapa rintangan dan tantangan yaitu:
1.      Bupati2 yg tidak mau tunduk kpd Mataram seperti Pati, LAsem, Tuban, Surabaya, Madura, BLora, Madiun dan Bojonegoro
2.      Berkembangnya Kerajaan Banten dan Cirebon di sebelah barat.
3.      VOC memindahkan pusat operasinya dari Ambon ke Batavia pada tahun 1619.
Pada akhirnya Sultan Agung berhasil menaklukkan Pati, Giri, Blambangan, Surabaya. Dan yang paling penting adalah serangan Mataram Islam ke pusat pendudukan VOC di Batavia (Jakarta sekarang). Jadi bisa dikatakan Sultan Agung merupakan penguasa terbesar di Pulau Jawa, dan menguasai hampir seluruh wilayah Pulau Jawa kecuali, Banten, Batavia dan Cirebon.
            Serangan ke Batavia berlangsung selama 2 kali, yaitu tahun 1628 dan 1629. Sayangnya dua kali serangan ini mengalami kegagalan dikarenakan banyak faktor :
1.      Bocornya strategi pasukan Mataram oleh mata2 dan prajurit VOC.
2.      Jauhnya jarak anatara Mataram dan Batavia
3.      Dibakarnya gudang logistik (makanan) pasukan Mataram
4.      Jalur yang dilalui pasukan Mataram merupakan  hutan-hutan yg sulit dilewati.
5.      Kuatnya pertahanan dan Benteng VOC di Batavia.

Jadi dapat disimpulkan beberapa hal yang dilakukan Sultan Agung selama masa kepemimpinannya di Mataram
1.      Mengatur dan mengawasi semua wilayah Mataram dari Ibukota KOTAGEDE
2.      Membangun kekuatan maritime dan agraris Mataram, terutama ekspor beras
3.      Melakukan mobilisasi militer/serangan ke Batavia sebanyak dua kali.
4.      Membuat penanggalan Jawa atau Penanggalan Jawi.
5.      Menyusun karya sastra yg sangat terkenal yaitu Sastra Gending
6.      Menyusun kitab undang2 yg disebut Surya Alam.
7.      Membangun kompleks pemakaman raja2 MAtaram di Imogiri.
Setelah Sultan Agung wafat pada tahun 1645, para penggantinya tidak mampu melanjutkan apa yang telah dimulai oleh Sultan Agung. Para penggantinya dari Amangkurat I s.d Pakubuwono III, malah berebut tahta kerajaan.
      Konflik ini dimanfaatkan oleh VOC sebagai jalur masuk ke dalam keluarga Istana, mendukung calon Sultan yang mereka rasa mampu memenuhi kepentingan VOC di Pulau JAwa, dan mengadu dombanya dengan calon pangeran yang lain. Pada akhirnya Mataram Islam yang luas dan besar pada masa Sultan Agung itu terpecah menjadi dua yaitu Jogjakarta dan Surakarta (Solo).
      Perpecahan ini terjadi melalui sebuah perjanjian yaitu Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Kerajaan Jogjakarta dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono I dan Kerajaan Surakarta dipimpin oleh Pakubuwono.
      Pada tahun 1757, muncul lagi perjanjian Salatiga yang isi nya membagi Kerajaan Surakarta menjadi dua, yaitu Surakarta dan Mangkunegaraan. Hingga pada tahun 1813, Jogjakarta harus dibagi lagi menjadi dua yaitu Jogjakarta dan Pakualaman. 
      Jadi pada akhirnya, hingga saat ini Kerajaan Mataram Islam terbelah menjadi 4 yaitu Jogjakarta, Surakarta, Mangkunegaraan, Pakualaman dan masing-masing memiliki Sultan dan Keraton sendiri.


Kerajaan Banten
Banten memiliki wilayah yang strategis di Selat Sunda dan memiliki pelabuhan besar sebagai pelabuhan transit di jalur perdagangan internasional.
Kerajaan ini didirikan oleh Maulana Ibrahim, Kerajaan ini mencapai masa kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Agen Tirtayasa. Pada perkembangannya Kerajaan ini mengalami masa kemunduran karena berhasil diadu domba oleh VOC (Belanda) dengan cara mendukung Sultan Haji (Anak dari Ageng Tirtayasa) dan membenturkannya dengan ayahnya. 
VOC menjanjikan dukungan kepada Sultan Haji untuk menjadi Raja menggantikan ayahnya dengan balasan diberikan kewenangan dalam monopoli perdaganganlada di Banten. Bgitulah pada akhirnya Sultan Ageng  berhasil dikalahkan dan ditawan oleh VOC, Sultan Haji menjadi Raja namun tetap tidak bisa berkuasa penuh karena didikte oleh VOC. Hingga nanti Kerajaan Banten hancur karena tidak punya kepemimpinan sehebat Ageng Tirtayasa dan juga karena campur tangan VOC di dalam lingkungan istana Banten.
     


7.      Kerajaan Ternate dan Tidore
Pada zaman dulu ada 2 persekutuan (pertemanan) antara kerajaan2 di Maluku yang disebut Uli 5 dan Uli Siwa. Uli 5 terdiri atas : Ternate, Seram, Ambon, Obi, Bacan. Sedangkan Uli Siwa: Tidore, Makyan, Halmahera, Jailolo dan beberapa Kerajaan di Irian Barat. 
Uli 5 dan Uli Siwa ini berkonflik memperebutkan posisi utama sebagai penguasa perdagangan rempah-rempah di kepulauan Maluku. Uli Lima yang dipimpin Ternate melawan Uli Siwa yang dipimpin Tidore.  Ternate akhirnya berkonflik dengan Tidore. Konflik ini semakin meruncing ketika Ternate bekerjasama dengan Portugis dan Tidore bekerjasama dengan Spanyol, terjadilah peperangan. Peperangan berubah menjadi peperangan Portugis melawan Spanyol. Peperangan ini berhasil didamaikan melalui Perjanjian Saragosa di mana Bumi dibagi atas dua pengaruh, yaitu bangsa Portugis dan bangsa Spanyol, Portugis diberikan hak menguasai Maluku, sementara itu Spanyol diperintahkan mundur ke Filiphina.
Hal ini membuat Portugis merasa seperti memiliki restu besar untuk menguasai keseluruhan kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah itu. Namun pada akhirnya Raja Ternate, Sultan Khairun menyadari bahwa Portugis semakin merajalela dan ingin menguasai negerinya, akhirnya dia melawan namun sayangnya beliau terbunuh di Benteng Sao Paolo ketika diundang jamuan makan oleh Gubernur Portugis, Lopez de Mesquita.
Putranya Sultan Baabullah berhasil melanjutkan perjuangannya dan berhasil mengusir Portugis dari Maluku. Wilayah kekuasaan Sultan Baabullah yang membentang dari Sulawesi, Irian, Bima, hingga Filiphina menjadikannya dijuluki “Tuan dari 72 pulau.”
Ternate dan Tidore nanti berhasil didamaikan dan dipersatukan oleh Sultan Tidore bernama Sultan Nuku.

8.      Kerajaan Makassar (Gowa Tallo).
Kerajaan ini merupakan gabungan dari Kerajaan Gowa dan Tallo yang berpusat di Makassar, maka sering disebut Kerajaan Makassar. Raja dari dua kerajaan itu (Gowa dan Tallo) memutuskan untuk memeluk agama Islam dan mendirikan kerajaan Islam Gowa Tallo.
Agama Islam di Makassar disebarkan oleh orang Sumatera bernama Datuk Ri Bandang dan Sulaeman. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin. Sultan yang dikenal dengan julukan ‘Ayam Jantan dari Timur” ini dikenal berani melawan kekuatan asing (VOC/Belanda) yang pada saat itu ingin menguasai Makassar. Hal ini dilakukan VOC karena ingin menguasai jalur perdagangan rempah di Indonesia Timur (Ambon/Ternate dan Tidore). VOC sendiri mengganggap Makassar sebagai pelabuhan gelap yang memperjualbelikan rempah-rempah dari Maluku. 
Perang Makassar dan VOC dipimpin langsung oleh Hasanuddin yang berhadapan dengan Cornelis Speelman pemimpin pasukan VOC/Belanda. VOC menggunakan siasat adu domba, dengan mengajak Aru Palaka, Raja Bone untuk bekerjasama menaklukkan Hasanuddin. Pada akhirnya Hasanuddin kalah dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya antara Hasanuddin dan Speelman yang isinya :
1.      Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone
2.      Belanda dapat mendirikan Benteng di Makassar (benteng Rotterdam)
3.      VOC memonopoli perdagangan di Makassar
4.      Makasar harus mengganti kerugian perang sebesar 250.000 ringgit.
5.      Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC.
6.      Makassar harus melepaskan daerah jajahannya seperti Bone.
======================================================================== 
Pengaruh dan peninggalan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia.
     
1.      Seni Bangunan
a.      Makam: dibangun di atas bukit (seperti makam raja-raja Mataram di Imogiri), mirip letak candi-candi Hindu Budha. 
b.      Mesjid:
·         Atapnya tumpang atau bertingkat yang jumlahnya selalu ganjil.
·         Posisi Mesjid agak tinggi dari permukaan tanah dan berundak.
·         Dibangun berdekatan dengan Keraton dan Alun-Alun Kerajaan
·         Atap masjid diberi Mustaka agar terkesan meruncing
·         Bangunannya seperti pendopo berbentuk bujur sangkar.
·         Ada serambi sebagai tempat membilas/mencuci kaki

2.      Dalam bidang bahasa, seiring dengan perkembangan Islam bahasa komunikasi yang digunakan dalam kegiatan perdagangan di Indonesia pada masa kedatangan Islam adalah bahasa Melayu. Meskipun pada perkembangannya banyak bahasa Arab termasuk kosa kata yang terkait tentang agama Islam yang diadopsi oleh bahasa Indonesia. Kata Amal, kitab, Syarikat, wujud, ajaib dan masih banyak kata lainnya.

3.      Dalam bidang budaya dan sastra
·         Seni menulis indah yang disebut Kaligrafi.

Komentar

Postingan Populer