Jalan-jalan ke Galeri Nasional
[Type the company name]
|
[17/71]
____________________
____________________________________________
|
Kawan-Kawan Revolusi karya Sudjojono. |
01 Agustus 2016, Presiden Joko
Widodo membuka sebuah pameran lukisan penting di Jakarta bertajuk “17/71” : Goresan
Juang Kemerdekaan. Pameran ini menjadi penting karena koleksi yang
dipamerkan bukan sembarangan, tapi koleksi Istana Presiden yang selama ini
hanya dipajang di Istana dan hanya dinikmati oleh orang-orang penting.
Acara ini diadakan di Galeri Nasional,
Jakarta dari tanggal 02-30 Agustus 2016. Pameran ini berlangsung senada dengan
bulan “kemerdekaan” 17 Agustus 2016 sekaligus peringatan 71 tahun kemerdekaan
kita.
Kemarin,07 Agustus 2016 gw datang ke acara itu, tidak semudah yang gw
bayangkan, ternyata ada beberapa tahap yang perlu kita lewati sebelum
dipersilahkan “menikmati” lukisan itu. Kita harus rela mengantre untuk dapat
nomor urut masuk di gate registrasi. Setelah nomor kita dipanggil baru kita
boleh masuk.
Jujur gw bukan penikmat seni yang maniak. Gw hanya guru sejarah yang tertarik
melihat sejarah dari berbagai sisi, salah satunya dari lukisan. Begitu gw masuk
ke ruang pameran, gw langsung disambut mbak-mbak guide yg ngasi penjelasan
singkat ttg pameran itu dan beberapa aturan yang harus pengunjung patuhi.
Tibalah saat nya gw masuk dan wow, gw langsung disambut oleh Pangeran
Diponegoro yang sedang menunggang kuda (lukisannya maksud gw).
Pangeran Diponegoro menunggang Kuda. |
Dari keterangan yang tertera di samping lukisan itu, gw jadi tau kalau lukisan
itu dibuat di Belanda oleh Basuki Abdullah salah seorang maestro lukisan
Indonesia di tahun 40-50an. Bahkan katanya wajah Diponegoro dalam lukisan itu
digambarkan sesuai dengan petunjuk “penguasa laut selatan jawa” Nyai Roro
Kidul, benar atau tidak ya Cuma Abdulah yg tau.
"Memanah" Karya Henk Ngantung |
Ada banyak lukisan tapi gw hanya akan
review yang menurut gw paling menarik. Lukisan kedua yang menarik bwt gw adalah
lukisan Henk Ngantung berjudul “Memanah”. Bagi yang belum tau, lukisan ini
ternyata sudah dipajang di rumah Bung Karno di Pegangsaan Timur no 56, dan
menjadi saksi bisu pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Ceritanya sebelum lukisan itu selesai
Bung Karno ingin membelinya dari Henk Ngantung, namun Henk mengatakan bahwa itu
belum selesai terutama bagian lengan laki-laki yg ada di lukisan itu, karena
tidak ada model nya. Tanpa pikir panjang, Bung Karno menawarkan diri menjadi
modelnya, dan jadilah lukisan itu.
Lukisan berikutnya berjudul
“Penangkapan Pangeran Diponegoro”, dan ini menurut gw lukisan paling akbar dan
paling memikat mata untuk melihat (sok kurator lukisan bgt gw haha). Jadi
lukisan ini dibuat oleh Raden Saleh yang lahir tahun 1811, waktu itu Inggris
(Stanford Raffles) menjajah Indonesia hingga 1816. Raden Saleh hidup dari tahun 1811-1880, nah
di antara 69 tahun itu terjadi sebuah peristiwa besar tepatnya tahun 1825-1830
yaitu Perang Jawa atau Perang Diponegoro. Kita smw tw Diponegoro pada akhirnya
kalah oleh tipu muslihat Let.Jend HM De Kock, dengan dalih mengajak Diponegoro
berdamai namun malah menangkapnya dan mengasingkannya ke Batavia hingga
akhirnya ke Makassar dan wafat di sana (kok jadi cerita sejarah, bukan lukisan
haha).
"Penangkapan Diponegoro" Karya Raden Saleh. |
Nah Drama penangkapan itulah yg coba
dilukiskan oleh Raden Saleh dengan sangat rapi dan penuh makna. Sampai-sampai
Raden Saleh menambahkan gambar dirinya di lukisan itu sebagai seorang saksi
yang mengecam sikap curang orang Belanda tsb.
Lukisan ini dibuat di Belanda, dan baru diberikan ke Pemerintah
Indonesia pada tahun 1978 dan disimpan di Istana Presiden
Masih banyak lagi lukisan lain
seperti "Kawan-Kawan Revolusi " karya Sudjojono yang menggambarkan tokoh Perang Revolusi Indonesia dari tahun
1945-1949. Ada pula lukisan menarik karya Ida Bagus Made Nadera berjudul “Fajar
Menyingsing”, yang menggambarkan Susana di Bali , dan uniknya semua wanita
dalam lukisan itu dilukis hanya berpenutup tubuh dari pinggang ke kaki.
Sementara itu dari kepala ke pinggang
tanpa penutup sama sekali, dan itu lazim di masyarakat Bali kala itu. Jadi jangan ngeres duluan ya haha. Dan yang ga bisa ketinggalan adalah
Lukisan Bung Karno sendiri berjudul
“Rini” yang sampai sekarang tidak
diketahui siapa sosok di balik lukisan wanita cantik “ciptaan” Bung Karno itu.
Pada akhirnya perlu ditambahkan sedikit kritik untuk menambah keren pameran serupa yang gw
harapkan di tahun2 depan akan dilakukan lagi. Karena menurut info yang gw dapat,
ada sekitar 2800 lukisan koleksi Bung Karno yang selama ini tersimpan di 5 Istana Presiden, Jakarta, Bogor, Cipanas,
Jogjakarta dan Tampak Siring , Bali.
Jadi yang dipamerkan hanya sekitar 28
lukisan, penting untuk memamerkan lebih banyak lagi karena itu adalah
harta bangsa Indonesia yang disumbangkan oleh pelukis-pelukis ternama Indonesia
.
Kedua yang tak kalah penting
adalah perlu memungut tiket masuk,
karena akan ada rasa yang berbeda dari setiap pengunjung yang datang jika kita
membayar untuk masuk ke dalam. Tapi untuk pameran pertama ya mungkin ga apa2.
Dan yang paling penting adalah “design” interior ruang pameran yang harus lebih dimewahkan sehingga ketika kita masuk
kita merasa seperti di tempat asing dan kita melayang dalam alam baru yang sama
sekali berbeda dnegan cerita derita yang banyak di sudut-sudut Indonesia.
Istilah saya biarkan rakyat biasa untuk
lari sebentar ke pameran sambil belajar bangsa dan sejarahnya, sambil melupakan sejenak kesusahan dan
kepayahan hidupnya. Dan satu lagi
Satpamnya jangan galak-galak, kalau bisa
bayar anak-anak muda yang “enak dipandang” untuk jadi crew dan guide,
pasti deh generasi muda mau berbondong2 ke sana. Hahaha
Terakhir 2 jempol untuk Presiden Joko
Widodo, Badan Ekonomi Kreatif, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian
Sekretariat Negara dan Bank Mandiri yang telah jadi sponsor utama acara luar
biasa ini, dan terakhir untuk orang-orang yang mau baca tulisan gw yang tidak
seberapa ini haha, ayo guys masih ada beberapa minggu lagi waktu kesana
silahkan lihat sendiri kekayaan bangsa kita.
Komentar
Posting Komentar