Kelas XII wajib



Kita pernah akan terbelah.

71 Tahun kita sudah merdeka, apa yg sudah kita capai? Apa yang belum kita capai dan apa yg akan kita capai biarlah kita semua yang menjawab dalam diri masing-masing. Yang paling penting bukan apa yang telah dan akan kita capai yang paling penting adalah sampai kapan kita masih bisa bertahan sebagai sebuah bangsa, karena selagi kita masih bertahan dan bersatu maka apa pun dan sejauh apapun cita-cita akan bisa kita capai…..

Indonesia sudah beberapa kali menghadapi tantangan dan ancaman akan “terurai” atau terpecah sebagai suatu bangsa yang meskipun berat dan memakan korban masih bisa kita selamatkan. Hari ini kita akan masuk dalam pembahasan beberapa peristiwa masa lalu yang mengancam persatuan Indonesia.

1.    Pemberontakan PKI di Madiun.

Di kelas 11 kita sudah membahas tentang hal ini, biarkan saya mengingatkan kalian kembali. Peristiwa ini berawal dari keputusan Indonesia untuk menyetujui hasil Perundingan Renville. Dalam hasil perundingan tersebut, Indonesia kehilangan banyak wilayah penting dan harus memberikannya kepada Belanda. Selain itu pasukan Indonesia harus pindah dari wilayah yang sudah diberikan kepada Belanda ke wilayah Indonesia. Intinya adalah banyak pihak yang kecewa terhadap hasil perundingan tersebut dan keputusan Indonesia untuk menandatangani perjanjian tsb.
            Perdana Menteri Amir Syarifudin yang menjadi wakil Indonesia dalam Perundingan Renville turun dan digantikan oleh Hatta. Selama Hatta menjadi Perdana Menteri, beliau banyak membuat kebijakan yang tidak disukai lawan politiknya termasuk mantan Perdana Menteri Amir yang membentuk FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang isinya PKI, PSI dan partai sosialis lainnya. FDR menuntut agar Hatta membatalkan Perjanjian Renville. 
            FDR semakin percaya diri dengan kedatangan salah satu tokoh Komunis Indonesia yg selama ini ada di Uni Soviet (RUsia) yaitu Musso. Musso dan FDR mengkritik kebijakan Hatta dan Presiden Soekarno yang dianggap lemah dan mau diajak berunding tanpa pengakuan kedaulatan dari Belanda. Yang sangat disayangkan adalah PKI membuat kekacauan di beberapa kota besar di INDonesia seperti Solo dan menghasut buruh pabrik untuk mogok kerja. Perlu diingat bahwa Indonesia pada saat itu sedang disibukkan oleh perjuangan melawan BElanda. Selain itu PKI juga melakukan pembunuhan dan penculikan  terhadap tokoh-tokoh agama, pejabat pemerintah dan tentara yang menentang nya. Puncaknya pada 18 September 1948, Musso mendeklarasikan berdirinya Negara Soviet Indonesia.
            Berita ini langsung disambut kemarahan Bung Karno. Melalui Radio Bung Karno menyampaikan agar rakyat memilih untuk ikut Musso atau Soekarno, dan pada akhirnya rakyat lebih banyak mendukung Soekarno. Panglima Besar Sudirman menugaskan Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel Sungkono untuk menumpas pemberontakan tersebut. Dengan dukungan rakyat dan tentara akhinya pada 30 September 1948 kota Madiun berhasil dikuasai oleh TNI dan Musso berhasil ditembak mati di Somoroto, Ponorogo. Amir Syarifudin juga berhasil ditangkap dan akhirnya dihukum mati.  Sementara itu beberapa pemimpin PKI berhasil menyelamatkan diri karena Indonesia sedang bertarung melawan Agresi Militer Belanda II bulan Desember 1948 atau sebulan setelah pemberontakan Madiun.

2.    Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
Selain menimbulkan pemberontakan Madiun, hasil Perjanjian Renville juga menimbulkan penolakan dari kalangan pemimpin Islam yaitu Kartosuwiryo. Kartosuwiryo merupakan salah satu pemimpin tentara di Jawa Barat. Sudah sejak lama Kartosuwiryo mendambakan berdirinya sebuah negara Islam di Indonesia. 1942 ketika Indonesia dijajah Jepang, Kartosuwiryo sudah mendirikan lembaga pelatihan kemiliteran bagi pemuda2 Islam yaitu Hizbullah dan Sabilillah sambil mengkampanyekan tentang negara Islam.
            Situasi politik berubah, setelah agresi militer Belanda I pada tahun 1947, Kartosuwiryo menyatakan perang dgn Belanda, dalam hal ini sejalan dengan pemerintah Indonesia. Namun setelah Indonesia memutuskan menerima Perjanjian Renvile, Kartosuwiryo berubah haluan. Dia dan 4000 pasukannya menolak untuk meninggalkan Jawa Barat yang adalah basis wilayah mereka seperti yang disepakati dalam perjanjian Renvile. Akhirnya Kartosuwiryo mendirikan Negara Islam Indonesia dan membentuk Tentara Islam Indonesia pada bulan Februari 1949.
            Kedua tindakan ini tentu saja merupakan tindakan makar atau pemberontakan terhadap Pemerintah RI. Akhirnya pemerintah mengirimkan TNI untuk menumpas pemberontakan ini (Ingat saat itu juga Indonesia sedang direpotkan oleh perang melawan Belanda setelah Belanda melancarkan Agresi Militer Belanda II sejak Desember 1948). Sampai-sampai terjadi perang segitiga antara TNI-TII-Belanda (perpecahan yang tak perlu).
            Selain tindakan militer, pemerintah juga sudah mengirimkan utusan yaitu Moh.Natsir untuk membujuk Kartosuwiryo agar kembali ke pangkuan Ibu pertiwi namun tetap ditolak. Akhirnya perang tak bisa dihindarkan lagi, TNI memburu pasukan TII dengan menggunakan taktik pagar betis yaitu dengan menggunakan ribuan tenaga rakyat untuk mengepung markas TII di sebuah gunung. Selain itu juga digunakan strategi operasi tempur Bharatayudha. AKhirnya setelah waktu yang lama, yaitu 4 Juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditangkap dan dihukum mati. 

3.    NII di Jawa Tengah.
Ternyata NII di Jawa Barat menginspirasi berdirinya NII di daerah lain salah satunya di Jawa Tengah.  Jika di Jawa Barat dipimpin oleh Kartosuwiryo, di JAwa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah. Dideklarasikan pada tanggal 23 Agustus 1949, Fatah juga sekaligus mendeklarasikan Tentara Islam Indonesia. Pemerintah juga menurunkan personel TNI untuk menumpas pemberontakan ini yang disebut dengan Banteng Raiders, tahun 1954 NII Jawa Tengah ini berhasil ditumpas.
4.    TII di Sulawesi Selatan.
Selain di JAwa Tengah, TII muncul juga di Sulawesi Selatan.  DI sini TII dipimpin oleh Kahar Muzakar. Kahar Muzakkar mengumpulkan laskar-laskar gerilya Sulawesi Selatan dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS), Dia kemudian menuntut agar KGSS dimasukkan ke dalam satu Brigade kemudian dinamakan Brigade Hasanuddin. Namun rencanannya ini ditolak Pemerintah.  Pemerintah hanya menerima anggota KGSS yang memenuhi syarat untuk dijadikan tentara.  Bagi yang tidak lolos dimasukkan ke Corps Tjadangan Nasional (CTN), kebijakan ini ternyata membuat Muzakkar kecewa. Muzakkar ingin agar semua anggota KGSS otomatis menjadi anggotanya di dalam Brigade Hasanuddin. 
            Pemerintah kemudian melakukan pendekatan kepada Muzakkar dan pasukannya, Muzakkar bersedia dilantik menjadi Wakil Panglima Tentara Teritorium VII dengan pangkat Letnan Kolonel. Sayangnya pada saat menjelang pelantikan, Muzakkar dan pasukannya melarikan diri dan membuat kekacauan, bahkan tanggal 17 agustus 1953 dia mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menjadi bagian dari NII/TII Kartosuwiryo.
            TNI pada akhinrya diturunkan dan pada tanggal 3 Februari 1965, Kahar Muzakkar semiakin terdesak dan akhinrya ditembak mati.

5.    NII/TII di Aceh.
Pada bulan agustus 1950, RIS dibubarkan, Indonesia kembali menjadi negara berbentuk kesatuan yaitu NKRI. Pemerintah mengeluarkan kebijakan penyederhanaan administrasi pemerintahan.  Salah satunya adalah penurunan status beberapa daerah. Aceh yang sebelumnya berbentuk Daerah Istimewa turun menjadi karesidenan (setingkat kabupaten)di bawah Provinsi Sumatera Utara. Tentu saja kebijakan ini mendapat penolakan dari warga Aceh, salah satunya Gubernur Militer Aceh yaitu Daud Beureuh.
            Akhirnya pada tanggal 20 September 1953, ia memproklamasikan Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo.  Setelah itu Beureueh dan pasukannya melakukan gerakan untuk menguasai kota-kota di Aceh dan menjelek2kan pemerintah RI. Pada akhirnya TNI diturunkan untuk memadamkan pemberontakan ini dan perang jadi berlarut-larut.
            Pada akhirnya Soekarno dan Hatta megnadakan perundingan dengan Beureuh. Agaknya strategi ini berhasil, pada tahun 1961 Beureuh turun gunung dan menyatakan kembali bergabung dengan NKRI.  akhirnya pda tanggal 17-28 Desember 1962 diadakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh dan berhasil memulihkan keadaan di Aceh.  Beureuh meninggal di Aceh pada tahun 1987.

6.    PRRI/Permesta.
Pemberontakan ini diawali karena ketidakpuasan sebagian pemimpin militer di daerah akan ketimpangan pembangunan di pusat dan daerah. Akhinrya mereka membentuk Dewan2 Militer Daerah seperti Dewan Banteng di Sumatera Barat (Kolonel Achmad Husein), Dewan Gajah di Medan (Kolonel Simbolon), Dewan Garuda di Sumatera Selatan (Letkol Barlian) dan Dewan Manguni di Manado (Kolonel Ventje Sumual).
10 Februari 1958 diadakan rapat raksasa di Padang yang dihadiri pemimpin Dewan-Dewan Militer tadi.  Ketua Dewan Banteng, Achmad Husein menyampaiakan ultimatum kepada pemerintah pusat :
1.    Dalam waktu 5x24 jam Kabinet Juanda menyerahkan mandat kpd Presiden
2.    Presiden menugaskan Hatta dan Hamengkubuwono IX membentuk Kabinet baru
3.    Meminta Presiden kembali kepada kedudukannya sebagai Presiden Konstitusional.

Tentu saja tuntutan ini ditolak oleh pemerintah pusat.  Pemerintah akhirnya memecat secara tidak hormat pemimpin2 Dewan Militer tersebut.  Akhirnya 15 Februari 1958 Achmad Husein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusionel Republik Indonesia (PRRI) dengan Syarifudin Prawiranegara sebagai Perdana Menterinya.
Proklamasi ini mendapat dukungan dari Kolonel DJ Somba di Sulawesi. Dia menyatakan Sulawesi Utara dan Tengah bergabung dengan PRRI dan memutuskan hubungan dengan Pemerintah RI.
Akhirnya pemerintah melakukan operasi militer yg disebut Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Yani untuk menupas pemberontakan PRRI ini.  Ternyata pemberontakan ini mendapat dukungan dari Amerika Serikat, buntinya sebuah Pesawat Perang Amerika tertembak jatuh oleh pasukan Indonesia. PEsawat ini dikendalikan oleh Alan Pope. Pada akhirnya pemberontakan PRRI seperti tidak mendapat dukungan dari pendukungnya, dan akhirnya para pemimpinnya menyerahkan diri kepada TNI.

7.    Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
Pada tahun 1950 setahun setelah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia melalui Konfrensi Meja Bundar (KMB), Indonesia masih berbentuk RIS atau negara serikat yang terdiri dari negara-negara bagian. Namun pada tahun 1950 negara-negara bagian itu ingin bergabung dalam bentuk negara kesatuan bukan serikat. 
 Keinginan ini ditentang oleh beberapa pihak, salah satunya dari gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). APRA dipimpin oleh salah seorang tentara Belanda bernama Kapten Raymond Westerling. Pada saat itu beredar mitos di  masyarakat akan datangnya Ratu Adil yang akan menyelamatkan rakyat setelah bertahun2 susah akibat perang berkepanjangan. Nah tentara ini bertujuan untuk meyakinkan rakyat bahwa merekalah Ratu Adil itu, padahal tujuan sebenarnya dari gerakan itu adalah mempertahankan negara Pasundan  dan APRA menjadi tentaranya, agar tidak bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
23 Januari 1950 dengan kekuatan 800 personel tentara, APRA menyerbu Kota Bandung dan secara ganas membunuh anggota APRIS (tentara Indonesia Serikat) yang mereka jumpai. Mereka juga berhasil menduduki markas TNI dan membunuh Letnan Kolonel Lembong. 
Pemerintah segera bereaksi, APRIS dikirimkan ke Bandung untuk melumpuhkan upaya pemberontakan tersebut. Pada akhirnya APRIS berhasil menghentikan serangan tersebut dan 22 Februari 1950 pasukan APRA berhasil dilumpuhkan sayangnya Westerling berhasil kabur ke luar negeri menggunakan pesawat Catalina.  Uniknya Westerling didukung oleh Sultan Hamid, salah satu pemimpin negara bagian Kalimantan, yang juga tidak setuju dengan bentuk negara kesatuan, dia berhasil ditangkap pada bulan April 950.

8.    Pemberontakan Andi Azis
Tidak hanya di Jawa Barat di daerah Sulawesi yang dulu bergabung dalam Negara Indonesia Timur  juga terjadi pro kontra tentang pembubaran RIS menjadi bentuk negara kesatuan.  Akhirnya terjadi demonstrasi antara kelompok pro kontra tersebut, sampai kemudian TNI menurunkan pasukannya untuk megamankan situasi di Sulawesi.
            Kedatangan pasukan TNI dari Jawa tersebut mengancam kedudukan   kelompok pendukung RIS tersebut. Akhinrya mereka bergabung ke dalam Pasukan Bebas di bawah pimpinan Kapten Andi Azis.
5 April 1950 Kapten Andi Azis dan pasukannya menyerang markas TNI di Makassar, mereka berhasil menguasai Lapangan Udara, Pusat Telekomunikasi, Pos Militer. Atau dengan kata lain Andi Azis dan pasukannya sudah berhasil emngambil alih Makassar. 
Pemerintah mengeluarkan instruksi agar dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus menyerah dan melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.  Namun Andi Azis tidak melapor hingga waktu yang ditentukan habis, TNI mengirimkan pasukan lain di bawah Komando Kolonel A.E. Kawilarang untuk menumpas pemberontakan itu, oada akhirnya Andi Azis dan pasukannya berhasil ditangkap dan diadili.

9.    G.30 S
 Kejadian ini menjadi episode paling membingungkan dalam sejarah Indonesia. Berawal dari isu adanya Dewan Jenderal yang akan melakukan coup (kudeta) atau mengambil alih kekuasaan dari Presiden Soekarno. Akhinrya sekelompok tentara yang dipimpin oleh Letkol Untung anggota Cakrabirawa (pasukan pengawal presiden) mengadakan upaya penculikan terhadap orang2 yang diduga sebagai anggota dewan Jenderal tersebut pada tanggal 01 Oktober 1965.
Pada akhinrya Jenderal2 yang diculik tersebut dibunuh dan dimasukkan ke dalam sumur di daerah Lubang BUaya, Jakarta Timur. Berikut daftarnya :
1.    Ahmad Yani
2.    Suprapto
3.    MT Haryono
4.    DI Panjaitan
5.    S.Parman
6.    Sutoyo Siswomiharjo.
Salah satu Jenderal yang diduga menjadi anggota Dewan Jenderal yaitu AH. NAsution berhasil menyelamatkan diri, namun putrinya Ade Irma Suryani dan pengawalnya Piere Tendean tidk berhasil selamat.  Satu lagi pengawal rumah dr. Leimena bernama Karel Sasuit Tubun juga tewas karena mencoba membantu AH. NAsution dari peristiwa penculikan tersebut.
Setelah peristiwa penculikan ini, Angkatan Darat di bawah pimpinan Mayor Jenderal Soeharto menyatakan bahwa PKI ada di balik penculikan. Letkol Untung ditangkap dan diadili di pengadilan militer. DN Aidit pemimpin PKI ditangkap dan dibunuh. Bahkan ribuan anggota PKI di desa-desa dan di kota menjadi sasaran penangkapan tanpa upaya pengadilan yang benar. Hingga saat ini masih menjadi misteri siapa dalang di balik peristiwa ini, dan apa tujuannya. Namun faktanya 2 tahun setelah G 30 S tersebut, Soekarno jatuh dari kursi kepresidenan untuk kemudian digantikan oleh Soeharto.


10. Republik Maluku Selatan.
Oke ini yang terakhir, NIT (Negara Indonesia Timur) mencakup seluruh kepulauan Sulawesi dan Maluku, kecuali Irian Jaya, karena menurut KMB akan dibicarakan setahun setelah KMB. NIT punya seorang Jaksa Agung bernama Christian Robert Steven Soumokil untuk mudahnya kita singkat saja Soumokil. 
Ternyata Soumokil bergabung ke dalam Pasukan Bebas pimpinan Andi Azis, namun ketika pasukan Andi Azis behasil ditangkap, Soumokil berhasil melarikan diri ke Maluku. Di Maluku dia memindahkan bekas tentara pro RIS dari Makassar ke Ambon, hingga pada akhinrya dia Memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan (RMS) pada tanggal 25 April 1950 di Ambon.

Pemerintah memilih jalur damai untuk mengatasi pemberontakan ini. Dengan mengirimkan tokoh Maluku bernama dr.Leimena untuk mengadakan diplomasi dan pembicaraan dengan Soumokil, namun ditolak.  BUkannya berdamai Soumokil malah meminta dukungan kepada BElanda dan Amerika Serikat untuk mengakui RMS.
Karena upaya Diplomasi gagal, pemerintah mengirimkan tentara untuk memadamkan pemberontakan, dipimpin oleh Kolonel Kawilarang, dengan nama operasi Gerakan Operasi MIliter III.  

PAda akhinrya pemberontakan ini berhasil dikalahkan namun banyak jatuh korban di kedua belah pihak, salah satunya Letnan Kolonel Slamet Riyadi dari TNI yang dulu pernah memimpin perlawanan rakyat Solo terhadap Belanda. 






Komentar

Postingan Populer