Proklamasi yang menegangkan….



Proklamasi yang menegangkan….

“Sekarang, Bung, sekarang…! Rakyat berteriak. “Bacakan Proklamasi sekarang…!” Setiap orang berteriak kepadaku. “Sekarang, Bung…ucapkan pernyataan kemerdekaan kita sekarang! Bung, hari sudah siang… matahari mulai panas… rakyat gelisah.

Demikian cuplikan pengalaman Bung Karno beberapa jam sebelum membacakan naskah Proklamasi pada tahun 1945.  Suasana sangat menegangkan dan pelik. Malam sebelumnya, tanggal 16 agustus, Kolonel Nishimura seorang pejabat militer Jepang di Jakarta, mengancam Soekarno untuk tidak mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Nishimura bahkan mengatakan akan menembak mati siapapun yang ingin membuat perubahan status Indonesia menjadi negara merdeka.
          Beruntung Bung Karno dan Hatta diberikan tempat yang aman di rumah seorang pejabat angkatan laut Jepang yaitu Laksamana Maeda yang bersimpati terhadap Indonesia. Di sanalah naskah proklamasi dituliskan Bung Karno dan diketik oleh Sayuti Melik. 

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------                                                      

            “Hatta belum datang,” kata Bung Karno. “Aku tidak mau membacakan proklamasi tanpa Hatta”.

Rupanya Bung Hatta belum datang namun seluruh rakyat yang hadir di rumah Bung Karno (Pegangsaan Timur no.56) sudah mendesak Bung Karno untuk segera membacakan proklamasi. Bung Hatta dikenal sebagai seorang yang taat waktu dan tidak pernah terlambat. Akhirnya Bung Hatta datang dan Bung Karno bersiap, memakai baju putihnya, meskipun dalam keadaan letih dan ketakutan, dia berjalan ke luar rumah menyongsong episode paling penting dalam sejarah Indonesia. Proklamasi pun dibacakan ………

“Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.
Jakarta, 17 Agustus 1945
Atas nama Bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta.

Tidak ada musik, tidak ada orkes, setelah bendera merah putih dikibarkan semua menyanyikan lagu Indonesia Raya.  Setelah itu semua pulang, Bung Karno masuk ke kamarnya.

“Alhamdulilah, bendera Republik sekarang telah berkibar”. kata Bung Karno dalam hati. “Kalau pun ia diturunkan lagi, itu harus melalui mayat dari 72.000.000 bangsaku”. Apapun yang terjadi, kami takkan melupakan semboyan Revolusi: “Sekali merdeka tetap Merdeka”. 



Komentar

Postingan Populer