PAT X WAJIB ; Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
A. Kelahiran Islam.
Islam merupakan
sebuah agama yang dianut lebih dari 1 Milyar manusia di dunia. Di negara kita,
Indonesia, agama Islam, sejak runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha hingga kini
menjadi agama yg dianut lebih dari 90 % penduduknya. Artinya seharusnya sedikit belajar tentang pengaruh agama besar
ini bagi masyarakat Indoensia di mana kita tinggal.
Islam lahir di sebuah
negara yang sekarang bernama Arab Saudi. Agama ini lahir dan diajarkan pertama
kali oleh Muhammad, yang bagi umat Islam merupakan Nabi terakhir yang dipilih
oleh Allah (Sebutan Tuhan dalam ISlam) sebagai wakilNYA di dunia.
Dikisahkan bahwa sekitar tahun 610 Masehi, Muhammad yg pada saat itu telah
berusia 40 tahun menerima wahyu dari Allah di sebuah tempat yg bernama Gua
HIra.
Demikianlah wahyu (pesan/firman)
Allah yg pertama sekali diberikan kepada Muhammad. Setelah itu, untuk lebih
dari 20 tahun, wahyu-wahyu berikutnya disampaikan kepada Muhammad lewat
berbagai cara. Kumpulan dari wahyu tersebut diingat bahkan sebagian ada yg
ditulis di atas pelepah daun pohon, hingga pada akhirnya dikumpulkan dan
dituliskan dalam sebuah buku yg kita kenal sekarang sebagai Alquran.
Demikian sekilas
tentang kelahiran agama Islam. Dalam waktu yg singkat agama ini mendapat
pengakuan sekaligus penganut yg luar biasa banyak di wilayah Arab Saudi. Pada
perkembangannya Islam menjadi agama negara, hukum negara pun didasarkan kepada
Alquran yg dipercaya umat Islam wahyu dan perintah dari Allah kepada manusia.
Islam sebagai agama dan negara, menyebar hingga ke seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Kita akan melihat bagaimana pendapat para ahli tentang asal mula
tibanya Islam di Indonesia.
Teori masuknya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia .
1. Teori Gujarat.
Teori ini diungkapkan
oleh para sarjana dan ahli dari barat (Eropa) seperti Snouck Hurgronye, J.P.
Moquetta dan Pijnaple. Menurut para ahli ini, agama Islam di Indonesia bukan
berasal dari Arab (Mekkah) langsung, melainkan dari Gujarat (India bagian
barat) yang datang sekitar abad 13 M.
Menurut para ahli
ini, pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam membawa Islam ketika berdagang
ke Indonesia. Bukti-bukti yang mendukung teori ini didasarkan pada ditemukannya
kesamaan pada batu nisan Sultan Malik Saleh dan Maulana Malik Ibrahim dengan
nisan yang terdapat di Gujarat. Ini membuktikan bahwa Nisan tersebut diimpor dr
Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Indonesia yang belajar Kaligrafi
(seni menulis indah) dari Gujarat.
Selain alasan di
atas, kesamaan istilah Jaratan di Jawa untuk menyebut tempat makam juga
dianggap berasal dari Gujarat. Semua bukti ini menjadi dasar berpikir untuk
mengatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari Gujarat.
2. Teori Makkah.
Teori ini muncul
sebagai reaksi menolak Teori Gujarat yg mengatakan Islam datang ke Indonesia
pada abad ke 13 dan dibawa oleh orang Gujarat. Sebaliknya, teori ini mengatakan
bahwa Islam di Indonesia langsung dibawa oleh orang muslim Arab dari Mekkah
pada abad ke 7 Masehi, atau tidak jauh setelah kelahiran agama Islam itu sendiri.
Teori ini dikemukakan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA. Teori
ini didasarkan pada hasil catatan bangsa Asing tentang adanya pemukiman
pedagang Arab Islam di pesisir pantai Indonesia yang disebut Pekojan seperti
Aceh, Barus dll, pada abad ke 7 Masehi.
3. Teori Persia .
Teori ini menyatakan
bahwa Islam di Indonesia berasal dari Persia (Negara Iran sekarang), hal ini
dibuktikan dengan beberapa kesamaan ritual/tradisi antara Islam di Persia
dengan Indonesia.
Tradisi ini
dilangsungkan setiap tanggal 10 Muharram di Sumatera Barat yaitu Upacara Tabot
(Tabuik). Selain di Sumatera Barat. Upacara memperingati wafatnya Husein Bin
Ali (Cucu Muhammad) ini juga dilaksanakan di Bengkulu yaitu setiap tanggal 10
Muharram. Peringatan ini juga disebut dengan 1 Syura.
Kedua Upacara ini
merupakan ritual tahunan umat Islam di Persia atau Iran sekarang, karena
kesamaan ini, para ahli menyebut Islam di Indonesia berasal dari Persia.
4. Teori China
Teori ini mengatakan
bahwa Islam dibawa dari China yaitu oleh pedagang2 China muslim. Bukti yang
mendukung adalah di Semarang telah ada pemukiman orang2 China yg beragama Islam
yg sekaligus menyebarkan agama Islam di Indonesia terutama Pulau JAwa. Klenteng
Sam Po Kong, di Semarang dulunya merupakan Mesjid yg dibangun oleh para
pedagang China Islam yg ada di Semarang.
Hanya ketika ketika
waktu berjalan banyak keturunannya tidak lagi beragama Islam dan kembali ke
agama asal mereka, Mesjid itu kemudian dirubah menjadi Klenteng. Selain
itu sejarah juga mencatat Raja Demak, Kerajaan Islam pertama di Indonesia
meruapakan anak Raja Majapahit Brawijaya dengan ibu seorang putroi dari China.
Laksamana Ceng Ho, seorang muslim dan pelaut dari Kekaisaran China pernah
bertandang ke Semarang untuk mengadakan kerjasama dengan kerajaan nusantara.
Semua teori ini masuk akal untuk menentukan arah
datangnya Islam ke Indonesia. Meskipun kita tidak dapat menyimpulkan siapa yg
paling pertama membawa Islam ke Indonesia. Kemungkinan besar ada banyak pihak
yg ambil bagian dalam penyebaran Islam ke Indonesia, bisa dari Mekkah, Gujarat,
Persia, China atau bahkan tempat lain. Intinya Indonesia telah menerima
pengaruh Islam sejak pertama sekali agama itu lahir di Mekkah (Arab Saudi)
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Mengapa agama Islam
mudah diterima orang Indonesia? Hal ini disebabkan oleh:
a.
Ajaran
Islam datang dengan cara yang damai,
b.
Agama
ini juga tidak mengenal sistem pembagian masyarakat atau kasta.
c.
Agama
ini juga tidak punya syarat-syarat yang rumit untuk menjadi pemeluknya.
d.
Selain
itu upacara dalam agama Islam juga jauh lebih sederhana daripada upacara dalam
agama Hindu-Budha.
e.
Ajaran
Islam yang masuk ke Indonesia juga telah disesuaikan dengan alam pikiran dan
tradisi orang Indonesia.
Selain itu, para ahli
juga mengatakan ada beberapa saluran penyebaran Islam ke Indonesia antara lain
II. Saluran-saluran Penyebaran Islam.
1.
Perdagangan.
Perdagangan merupakan
metode penyebaran Islam paling utama dan pertama. Menurut Tome Pires (seorang
pelayar dan ahli obat-obatan dari Portugis, yang ada di Malaka pada tahun
1512-1516) kegiatan perdagangan di nusantara sekitar abad ke 7 M sampai abad ke
16 lalu lintas perdagangan yang melalui nusnatara sangat ramai.
Dalam proses ini
pedagang nusnatara dan pedagang asing (Islam) dari Gujarat dan Timur Tengah
(Arab dan Persia) bertemu dan saling tukar pengaruh. Sebagian dari pedagang
asing ini tinggal di wilayah dekat pantai yang disebut Pekojan, lama kelamaan jumlah mereka pun semakin banyak dan
memperngaruhi lingkungan sekitar mereka dengan ajaran Islam.
Para pedagang ini
kemudian menjalin hubungan dengan para adipati (bupati) wilayah dan lama
kelamaan masuk dalam lingkungan istana. Ketika para Raja dan bangsawan memeluk
Islam maka rakyatnya akan dengan mudah mengikuti. Setelah masuk Islam, rakyat
biasa, istana dan pedagang nusantara yang memeluk Islam itu pun menyebarkan
Islam ke kota pelabuhan dan pesisir lain.
2.
Perkawinan.
Pedagang- pedagang
asing dari Timur Tengah dan Gujarat tadi juga ada yang menikah dengan
wanita-wanita pribumi bahkan dengan anggota keluarga kerajaan.
Wanita-wanita yang telah dinikahinya tersebut akan mengikuti suaminya masuk
Islam dengan syarat mengucapkan kalimat Syahadat terlebih dahulu. Anak-anak
hasil perkawinan tersebut akan mengikuti agama Islam yang dianut oleh kedua
orangtuanya.
Selain itu,
perkawinan anak-anak kaum bangsawan ataupun anak Raja mempunyai dampak yang
lebih besar. Mereka lebih mudah memperngaruhi istana untuk mendukung penyebaran
Islam. Lama kelamaan seluruh anggota keluarga Istana akan memeluk Islam,
selanjutnya kerajaan yang pada awalnya bercorak Hindu-Budha perlahan-lahan
menjadi bercorak Islam.
3.
Pendidikan.
Perkembangan Islam
yang semakin meluas mendorong munculnya para ulama atau ahli agama Islam.
Para ulama ini menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan cara
mendirikan pondok-pondok Pesantren di berbagai daerah. Saluran pendidikan
sangat efektif untuk mempercepat dan memperluas penyebaran Islam hingga ke
daerah-daerah yang terpencil. Pesantren-pesantren pada masa awal penyebaran
Islam.
4.
Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran
keTuhanan yang telah bercampur dengan mistik atau hal-hal yang bersifat magis.
Kata “Tasawuf” sebernarnya berasal dari kata ‘SUFI” yang berrati kain wol yang
terbuat dari bulu domba. Istilah ini muncul karena para ahli Tasawuf biasanya
memakai jubbah yang terbuat dari wol.
5. Dakwah
(Pengabaran ajaran Islam dengan cara berkutbah ke berbagai tempat/daerah).
Dakwah yang dimaksud
di sini secara khusu membahas tentang dakwah para wali. Atau yang dikenal
dengan sebutan Wali Songo. Atau yang disebut juga para Sunan antara lain Sunan
Ampel dan Bonang.
6.
Kesenian
Agama Islam juga
disebarkan melalui kesenian seperti yang dilakukan oleh SUnan Kalijaga dan
Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan seni Wayang dalam melakukan dakwah
Islam. sedangkan Sunan Bonang menggunakan seni Gamelan dan Gending (lagu-lagu)
yang berisi syair-syair nasihat dan dasar-dasar ajaran Islam.
Kita sudah membahas tentang kelahiran Islam,
penyebarannya hingga proses masuknya agama Islam ke Indonesia. Sebagai negara
kepulauan, yang tersusun dari banyak pulau masuknya satu ajaran dan kebudayaan
ke Indonesia tentu saja tidak dalam waktu bersamaan. Tidak terkecuali ajaran
Islam, juga diperkirakan masuk dalam rentang waktu yg berbeda di setiap wilayah
Indonesia.
Wilayah Sumatera dipercaya menjadi tempat pertama
yang “dikunjungi” ajaran Islam yang dibawa oleh pedagang-pedagang Arab yang
jauh sebelum Islam lahir telah berdagang dan singgah di pelabuhan-pelabuhan
Sumatera. Kondisi ini didukung oleh kenyataan bahwa Pulau Sumatera sangat
strategis lokasinya, berada di antara 2 benua, 2 samudera dan 2 pusat peradaban
besar China dan India.
Selain itu, mulai ditinggalkannya jalur sutera
membuat jalur pelayaran ke Sumatera menjadi alternatif (pilihan) baru.
Sumatera akhirnya berkembang menjadi pelabuhan penting, apalagi ketika
Sumatera dikuasai oleh salah satu Kerajaan Buddha terbesar di Indonesia yaitu
Sriwijaya.
Kerajaan ini berdiri sekitar abad 7 dan 8 Masehi.
Dalam waktu yang hampir bersamaan Agama Islam lahir di tanah Arab. Dalam selang
waktu yang tak lama, agama itu disebarkan ke seluruh dunia sebagian dari mereka
sampai di Indonesia. Maka bisa dikatakan di wilayah-wilayah Sriwijaya
(Sumatera) telah berkembang komunitas2 kecil umat Islam. Seperti, Pasai, Aceh,
Minangkabau, dsb. Namun karena Sriwijaya masih menjadi penguasa terbesar
Sumatera kala itu, komunitas2 Islam itu belum bisa berkembang menjadi kerajaan.
Setelah Sriwijaya mulai menunjukkan gelagat
kehancurannya sekitar abad 11-12 M, komunitas islam ini berkembang hingga
menjadi kerajaan-kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kita akan melihatnya satu
per satu.
Kerajaan Samudera Pasai.
Hikayat Raja-Raja Pasai (
buku silsilah Raja-Raja Pasai) mencatat bahwa Raja pertama Pasai yang memeluk
Islam adalah seorang yang bernama Marah Silu yang berganti nama menjadi Malik Al Saleh.
Sebelumnya
Marah Silu merupakan gempong samudera (kepala pelabuhan)di Pasai. pada
perkembangannya, beliaulah yang mendirikan Kerajaan Samudera Pasai. Namun, pada
masa pemerintahan Ahmad Az
Zahir (1345-1350) Pasai mendapat serangan dari Kerajaan
Majapahit. Dalam Hikayat Raja Raja Pasai dikisahkan bahwa setelah perang tiga
hari tiga malam Pasai kalah dan akhirnya rakyat nya tercerai berai. Kesultanan
ini bangkit kembali pada masa kekuasaan Zainal Al Abidin Malik Az Zahir tahun 1383. Namun Pasai
kembali dihadapkan pada peristiwa-peristiwa menuju keruntuhannya seperti perang saudara dan
serangan Kerajaan Aceh atas Pasai pada tahun 1524.
Kesultanan
Aceh.
Di atas sudah disinggung, bahwa Kerajaan Islam pertama di Sumatera yaitu
Samudera Pasai ditaklukkan oleh Kerajaan Aceh. Aceh kemudian menggantikan peran
Pasai sebagai penguasa Sumatera.
Kesultanan
Aceh terletak di Aceh Rayeuk (sekarang Aceh Besar) didirikan oleh Ali Mughayat Syah pada tahun 1496.
Tumbuhnya Kerajaan Aceh bersamaan dengan tumbuhnya sebuah Kota pelabuhan
di sebelah timurnya (selat Malaka) bernama Malaka.
Pada
tahun 1511, Malaka, dikuasai oleh Portugis. Ini menyebabkan kapal-kapal dagang
yang sebelumnya singgah di Malaka berpindah ke pelabuhan-pelabuhan Aceh, ini
menyebabkan pelabuhan dan Kerajaan Aceh semakin besar dan penting.
Kerajaan ini mencapai masa kejayannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Mengapa
disebut masa jaya, karena:
· Wilayah
kekuasaan Aceh membentang dari Deli sampai semenanjung Malaya, termasuk daerah
pantai barat Sumatera hingga Palembang.
· Dibentuk undang-undang tentang Tata Pemerintahan
yang disebut dengan ADAT MAKUTA
ALAM .
· Iskandar
Muda membangun basis militer dan pertahanan di laut.
· Selama
masa pemerintahan ISkandar Muda juga dikenal beberapa kelompok masyarakat yaitu
:
~
Golongan bangsawan disebut
TEUKU
~Golongan
Ulama, agamawan(Rohaniawan)
disebut dengan TENGKU
· Iskandar
Muda menaruh perhatian penting pada perkembangan sastra dan Tasawuf di
kesultanan Aceh. Terbitnya buku
sejarah adat istiadat Aceh yang disebut Bustanul Salatin, yang
menunjukkan pentingnya dunia sastra bagi Iskandar Muda.
Setelah
wafat, Iskandar Muda digantikan oleh Iskandar Thani. Pada masa Iskandar Thani Aceh mengalami
kemunduran karena Thani tidak semampu dan sekuat Iskandar Muda.
Beberapa
ratus tahun kemudian, setelah melalui konflik dan perang yang panjang dengan
Portugis kemudian VOC dan terakhir Belanda, Aceh akhirnya dikuasai oleh Belanda
pada tahun 1904.
Kerajaan Demak.
Kerajaan
ini didirikan oleh Raden Patah (Jin Bun) salah seorang keturunan Raja
Kerthabumi (Brawijaya 5) dari Majapahit dengan ibu seorang putri China.
Pada saat dalam kandungan Raden Patah dititipkan di Palembang, tempat di mana
ia bertumbuh dan mendapat ajaran Islam dan menjadi penganut Islam yang taat dan
bercita-cita besar.
Pada
perkembangannya, Patah pindah ke Demak (Dekat Semarang) untuk mengembangkan
komunitas Islam. Pada saat itu Pulau JAwa masih dikuasai oleh Kerajaan
Majapahit yg sedang dipimpin oleh ayahnya sendiri Kerthabumi. Pada tahun 1478,
Patah bergerak ke Majapahit dan menawan Kerthabumi tanpa pertumpahan darah, dan
membawanya ke Demak. Sejak saat itu Majapahit hancur.
Kehancuran
MAjapahit membuka peluang Demak berkembang menjadi Kerajaan Islam untuk
menggantikan Majapahit.
Faktor-Faktor
yang menyebabkan Demak berkembang sebagai kerajaan.
1.
Letaknya baik untuk pelabuhan yaitu di muara sungai Demak,
hubungannya dengan daerah pedalaman yang menghasilan bahan ekspor juga mudah
dilakukan (rempah-rempah dan beras)
2.
Kedudukan/posisinya strategis untuk perdagangan nasional, karena
terletak di tepi jalan nasional antara Indonesia bagian barat dan timur.
3.
Faktor politik berupa kemunduran Majapahit, sehingga Demak
berkembang menjadi kerajaan besar baru. Sejarah mencatat bahwa Demak melakukan
serangan terhadap Majapahit, pada akhirnya Majapahit runtuh tahun 1478.
Pada
saat Raden Patah memimpin Demak, Kerajaan ini menjalin kerjasama dengan banyak
negara, termasuk negara pelabuhan penting di Utara yaitu Malaka. Sayangnya Pada tahun 1511, Malaka ditaklukkan oleh Portugis.
Ini merugikan perdagangan antara Malaka dengan Demak.
Raden
Patah akhirnya mengutus putranya, Dipati Unus (Yat-Sun) atau yang dikenal
dengan Pangeran Sabrang Lor (Lor
berarti utara dalam bahasa Jawa/ menyerang ke utara) untuk menyerang
Portugis di Malaka pada tahun 1512. Dipati Unus berangkat dengan 100 kapal,
namun penyerangan ini mengalami kegagalan karena kurangnya strategi dan
peralatan militer.
Pada
masa pemerintahan Raden Patah ini, Agama Islam merupakan pemersatu dan semangat
baru yang dapat menimbulkan kekuatan besar. Hal ini diakibatkan oleh peran
besar Para Wali yang disebut Wali Songo diantaranya Sunan Kalijaga, Bonang,
Drajad dsb. Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, dia digantikan
oleh anaknya yaitu Dipati Unus yang telah disinggung sebelumnya.
Dipati Unus
Sultan
ini hanya berkuasa selama 3 tahun dari 1518-1521, ia wafat tanpa meninggalkan
seorang putra, kemudian Trenggono menggantikan posisi Dipati Unus sebagai
Sultan Demak.
Trenggono.
Trenggono
menjadi penguasa Demak dari tahun 1521-1546. Dia berhasil membawa Demak ke
puncak kejayaannya. Pada masa kepemimpinannya, Demak melakukan penaklukan dan
perluasan wilayah atas Pajajaran
(Sunda), Majapahit dan Blambangan karena kerajaan-kerajaan Hindu
tersebut mengadakan hubungan kerjasama dengan Portugis yang merupakan lawan
utama Kerajaan Demak.
Sultan
Trenggono mengirimkan sejumlah kapal perang dan pasukan Demak ke Sunda Kelapa
(Jakarta sekarang) di bawah pimpinan Fatahillah. Sunda Kelapa yang pada saat
itu termasuk dalam wilayah Kerajaan Pakuan (Sunda-Pajajran) dan belum
terlindungi benteng Portugis, berhasil dikuasai oleh Pasukan Demak. Pada tahun
1527, Sunda Kelapa berhasil dikuasai penuh oleh pasukan Demak dan diganti
namanya menjadi Jayakarta.
Pada
tahun 1546 armada Demak menyerang kekuasaan Hindu di Blambangan. Pelabuhan
menjadi sasarannya adalah Panarukan. Serangan ke Jawa Timur itu dibantu oleh
armada dari Banten dan Cirebon yang juga dipimpin oleh Fatahillah. Dalam
serangan ke Panarukan tersebut, Sultan
Trenggono ikut serta dalam rombongan pasukan Demak, tetapi dia dibunuh oleh
seorang pengawalnya.
Kematian
Trenggono menyisakan pergolakan dalam keluarga Istana Demak. Begini
kisahnya:
Setelah kematian Adipati Unus, Istana Demak diwarnai konflik
kekuasaan mengenai siapa yg paling pas menjadi pengganti Unus.
Trenggono, adik Adipati Unus dari permaisuri merasa lebih pantas. Sementara itu
Sekar Sedo Lepen, yg dr segi usia lebih tua dr Trenggono meskipun berbeda ibu
(bukan permaisuri) juga merasa lebih pantas menggantikan Unus.
Pada
akhirnya Prawoto (Anak Trenggono) mengirimkan utusan untuk membunuh Sedo Lepen
dan berhasil. Trenggono kemudian dinobatkan menjadi Raja Demak. Namun ketika
Trenggono wafat, dendam lama keturunan Sekar Sedo Lepen memuncak. Arya
Panangsang, membalaskan kematian ayahnya, dan membunuh Prawoto.
Untuk
beberapa saat Arya Panangsang berhasil menjadi penguasa Demak, namun beliau
juga dibunuh oleh salah satu menantu Trenggono bernama Jaka Tingkir
(Hadiwijaya).
Arya
Panangsang pun akhirnya dibunuh oleh Hadiwijaya (Jaka Tingkir) adik ipar
Prawoto (menantu Trenggono). Hadiwijaya berhasil menjadi Sultan Demak, dan dia
memindahkan pusat kerajaan Demak dari pesisir ke pedalaman di Pajang. Kepindahan ini bisa
dikatakan sebagai akhir dari riwayat Kerajaan Demak yang hancur karena konflik
keluarga Istana Kerajaan.
Namun
meskipun sebagai Sultan Demak, Joko Tingkir lebih dikenal sebagai penguasa
Pajang, maka bisa dikatakan konflik keluarga antara Arya Panangsang dengan
Prawoto ini menjadi cikal bakal runtuhnya kuasa Demak di Pulau Jawa, digantikan
oleh Pajang di bawah Joko Tingkir atau Hadiwijaya.
Kerajaan Mataram Islam.
Kalian
masih ingat Jaka Tingkir? Dari kerajaan mana?. Dalam cerita sejarah, disebutkan
bahwa Jaka Tingkir menang sayembara untuk menumpas Arya Panangsang. Setelah
berhasil melaksanakan tugas tersebut, Jaka Tingkir diangkat menjadi Sultan
Demak, namun dia memindahkan ibukota Demak dari pesisir ke pedalaman yaitu ke
Pajang, sejak saat itu Demak bisa dikatakan sudah hancur dan digantikan oleh
Kerajaan Pajang.
Ternyata dalam melakukan tugas penumpasan terhadap Arya Panangsang tsb, Jaka
Tingkir meminta bantuan kepada seseorang bernama Ki Ageng Pamanahan. Pamanahan
akan diberi hadiah sebuah wilayah yang bernama Mataram jika misi tersebut
sukses. Setelah misi tersebut berhasil, Mataram diberikan kepada Ki Ageng
Pamanahan.
Mataram akhirnya berkembang dari sekedar kampung menjadi sebuah Kerajaan, pada
tahun 1578, Pamanahan membangun Keraton di sana. Setelah Pamanahan wafat pada
tahun 1584, dia digantikan oleh putranya yg bernama Panembahan Senopati. Perlu
diketahui bahwa Senopati ini merupakan menantu dari Raja Pajang yaitu Jaka
Tingkir. Ketika Jaka Tingkir wafat pada tahun 1587, Senopati ingin memperluas
wilayah Mataram dengan menaklukkan wilayah2 yg sebelumnya menjadi milik
Kerajaan Pajang dan Demak.
Hingga beliau wafat, Senopati telah berhasil menaklukkan Madiun, Surabaya,
Kediri, Kedu dan berhasil menjalin persahabatan dengan Cirebon. Beliau
digantikan oleh anaknya yang bernama Raden Mas Jolang (Seda Ing Krapyak), pada
masa nya, Sultan ini mengembangkan pembangunan Ibukota Mataram yaitu Kota Gede
(dekat dgn Kota Jogjakarta).
Setelah wafatnya Seda Ing Krapyak, Mataram dipimpin oleh Sultan Agung yang
membawa Mataram kepada masa keemasan dan kejayaannya. Pada masa Sultan ini,
Mataram melanjutkan penaklukan wilayah2 baru, serta penaklukan kembali
wilayah-wilayah yang dulu sudah pernah takluk namun berontak atau ingin
memisahkan diri dari Mataram.
Namun Sultan Agung tidak dengan mudah mampu memimpin Mataram dia mengalami
beberapa rintangan dan tantangan yaitu:
1. Bupati2 yg tidak mau
tunduk kpd Mataram seperti Pati, LAsem, Tuban, Surabaya, Madura, BLora, Madiun
dan Bojonegoro
2. Berkembangnya
Kerajaan Banten dan Cirebon di sebelah barat.
3. VOC memindahkan pusat
operasinya dari Ambon ke Batavia pada tahun 1619.
Pada akhirnya Sultan
Agung berhasil menaklukkan Pati, Giri, Blambangan, Surabaya. Dan yang paling
penting adalah serangan Mataram Islam ke pusat pendudukan VOC di Batavia
(Jakarta sekarang). Jadi bisa dikatakan Sultan Agung merupakan penguasa
terbesar di Pulau Jawa, dan menguasai hampir seluruh wilayah Pulau Jawa
kecuali, Banten, Batavia dan Cirebon.
Serangan ke Batavia berlangsung selama 2 kali, yaitu tahun 1628 dan 1629.
Sayangnya dua kali serangan ini mengalami kegagalan dikarenakan banyak faktor :
1. Bocornya strategi
pasukan Mataram oleh mata2 dan prajurit VOC.
2. Jauhnya jarak anatara
Mataram dan Batavia
3. Dibakarnya gudang
logistik (makanan) pasukan Mataram
4. Jalur yang dilalui
pasukan Mataram merupakan hutan-hutan yg sulit dilewati.
5. Kuatnya pertahanan
dan Benteng VOC di Batavia.
Jadi dapat
disimpulkan beberapa hal yang dilakukan Sultan Agung selama masa
kepemimpinannya di Mataram
1. Mengatur dan
mengawasi semua wilayah Mataram dari Ibukota KOTAGEDE
2. Membangun kekuatan
maritime dan agraris Mataram, terutama ekspor beras
3. Melakukan mobilisasi
militer/serangan ke Batavia sebanyak dua kali.
4. Membuat penanggalan
Jawa atau Penanggalan Jawi.
5. Menyusun karya sastra
yg sangat terkenal yaitu Sastra Gending
6. Menyusun kitab
undang2 yg disebut Surya Alam.
7. Membangun kompleks
pemakaman raja2 MAtaram di Imogiri.
Setelah Sultan Agung
wafat pada tahun 1645, para penggantinya tidak mampu melanjutkan apa yang telah
dimulai oleh Sultan Agung. Para penggantinya dari Amangkurat I s.d Pakubuwono
III, malah berebut tahta kerajaan.
Konflik ini dimanfaatkan oleh VOC sebagai jalur masuk ke dalam keluarga Istana,
mendukung calon Sultan yang mereka rasa mampu memenuhi kepentingan VOC di Pulau
JAwa, dan mengadu dombanya dengan calon pangeran yang lain. Pada akhirnya
Mataram Islam yang luas dan besar pada masa Sultan Agung itu terpecah menjadi
dua yaitu Jogjakarta dan Surakarta (Solo).
Perpecahan ini terjadi melalui sebuah perjanjian yaitu Perjanjian Giyanti pada
tahun 1755. Kerajaan Jogjakarta dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono I dan
Kerajaan Surakarta dipimpin oleh Pakubuwono.
Pada tahun 1757, muncul lagi perjanjian Salatiga yang isi nya membagi Kerajaan
Surakarta menjadi dua, yaitu Surakarta dan Mangkunegaraan. Hingga pada tahun
1813, Jogjakarta harus dibagi lagi menjadi dua yaitu Jogjakarta dan
Pakualaman.
Jadi pada akhirnya, hingga saat ini Kerajaan Mataram Islam terbelah menjadi 4
yaitu Jogjakarta, Surakarta, Mangkunegaraan, Pakualaman dan masing-masing
memiliki Sultan dan Keraton sendiri.
Kerajaan Banten
Banten memiliki
wilayah yang strategis di Selat Sunda dan memiliki pelabuhan besar sebagai
pelabuhan transit di jalur perdagangan internasional.
Kerajaan ini
didirikan oleh Maulana Ibrahim, Kerajaan ini mencapai masa kejayaan ketika
dipimpin oleh Sultan Agen Tirtayasa. Pada perkembangannya Kerajaan ini
mengalami masa kemunduran karena berhasil diadu domba oleh VOC (Belanda) dengan
cara mendukung Sultan Haji (Anak dari Ageng Tirtayasa) dan membenturkannya
dengan ayahnya.
VOC menjanjikan
dukungan kepada Sultan Haji untuk menjadi Raja menggantikan ayahnya dengan
balasan diberikan kewenangan dalam monopoli perdaganganlada di Banten. Bgitulah
pada akhirnya Sultan Ageng berhasil
dikalahkan dan ditawan oleh VOC, Sultan Haji menjadi Raja namun tetap tidak
bisa berkuasa penuh karena didikte oleh VOC. Hingga nanti Kerajaan Banten
hancur karena tidak punya kepemimpinan sehebat Ageng Tirtayasa dan juga karena
campur tangan VOC di dalam lingkungan istana Banten.
7. Kerajaan Ternate dan Tidore
Pada zaman dulu
ada 2 persekutuan (pertemanan) antara kerajaan2 di Maluku yang disebut Uli 5
dan Uli Siwa. Uli 5 terdiri atas : Ternate, Seram, Ambon, Obi, Bacan. Sedangkan Uli Siwa: Tidore, Makyan, Halmahera, Jailolo dan
beberapa Kerajaan di Irian Barat.
Uli 5 dan Uli
Siwa ini berkonflik memperebutkan posisi utama sebagai penguasa perdagangan
rempah-rempah di kepulauan Maluku. Uli Lima yang dipimpin Ternate melawan Uli
Siwa yang dipimpin Tidore. Ternate akhirnya berkonflik dengan Tidore. Konflik ini semakin meruncing
ketika Ternate bekerjasama dengan Portugis dan Tidore bekerjasama dengan
Spanyol, terjadilah peperangan. Peperangan berubah menjadi peperangan Portugis
melawan Spanyol. Peperangan ini berhasil didamaikan melalui Perjanjian Saragosa di mana Bumi dibagi atas
dua pengaruh, yaitu bangsa Portugis dan bangsa Spanyol, Portugis diberikan hak
menguasai Maluku, sementara itu Spanyol diperintahkan mundur ke Filiphina.
Hal ini membuat
Portugis merasa seperti memiliki restu besar untuk menguasai keseluruhan
kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah itu. Namun pada akhirnya Raja Ternate, Sultan Khairun menyadari
bahwa Portugis semakin merajalela dan ingin menguasai negerinya, akhirnya dia
melawan namun sayangnya beliau terbunuh di Benteng Sao Paolo ketika diundang jamuan makan oleh Gubernur
Portugis, Lopez de Mesquita.
Putranya Sultan Baabullah berhasil
melanjutkan perjuangannya dan berhasil mengusir Portugis dari Maluku. Wilayah
kekuasaan Sultan Baabullah yang membentang dari Sulawesi, Irian, Bima, hingga
Filiphina menjadikannya dijuluki “Tuan
dari 72 pulau.”
Ternate dan
Tidore nanti berhasil didamaikan dan dipersatukan oleh Sultan Tidore
bernama Sultan Nuku.
8. Kerajaan Makassar (Gowa Tallo).
Kerajaan ini
merupakan gabungan dari Kerajaan Gowa dan Tallo yang berpusat di Makassar, maka
sering disebut Kerajaan Makassar. Raja dari dua kerajaan itu (Gowa dan Tallo)
memutuskan untuk memeluk agama Islam dan mendirikan kerajaan Islam Gowa Tallo.
Agama Islam di
Makassar disebarkan oleh orang Sumatera bernama Datuk Ri Bandang dan Sulaeman.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin. Sultan yang
dikenal dengan julukan ‘Ayam Jantan
dari Timur” ini dikenal berani melawan kekuatan asing (VOC/Belanda)
yang pada saat itu ingin menguasai Makassar. Hal ini dilakukan VOC karena ingin
menguasai jalur perdagangan rempah di Indonesia Timur (Ambon/Ternate dan
Tidore). VOC sendiri mengganggap Makassar sebagai pelabuhan gelap yang
memperjualbelikan rempah-rempah dari Maluku.
Perang Makassar
dan VOC dipimpin langsung oleh Hasanuddin yang berhadapan dengan Cornelis
Speelman pemimpin pasukan VOC/Belanda. VOC menggunakan siasat adu domba, dengan
mengajak Aru Palaka, Raja Bone untuk bekerjasama menaklukkan Hasanuddin. Pada akhirnya Hasanuddin kalah
dan dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya antara Hasanuddin dan Speelman
yang isinya :
1. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone
2. Belanda dapat mendirikan Benteng di Makassar (benteng Rotterdam)
3. VOC memonopoli perdagangan di Makassar
4. Makasar harus
mengganti kerugian perang sebesar 250.000 ringgit.
5.
Kapal Makasar dilarang berlayar tanpa izin VOC.
6.
Makassar harus melepaskan
daerah jajahannya seperti Bone.
========================================================================
Pengaruh
dan peninggalan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia.
1. Seni Bangunan
a. Makam: dibangun di atas bukit (seperti makam raja-raja Mataram di
Imogiri), mirip letak candi-candi Hindu Budha.
b. Mesjid:
· Atapnya tumpang atau bertingkat yang jumlahnya
selalu ganjil.
· Posisi Mesjid agak tinggi dari permukaan tanah
dan berundak.
· Dibangun berdekatan dengan Keraton dan Alun-Alun
Kerajaan
· Atap masjid diberi Mustaka agar terkesan
meruncing
· Bangunannya seperti pendopo berbentuk bujur
sangkar.
· Ada serambi sebagai tempat membilas/mencuci kaki
2. Dalam bidang bahasa, seiring dengan perkembangan Islam bahasa komunikasi
yang digunakan dalam kegiatan perdagangan di Indonesia pada masa kedatangan
Islam adalah bahasa Melayu. Meskipun pada perkembangannya banyak bahasa Arab
termasuk kosa kata yang terkait tentang agama Islam yang diadopsi oleh bahasa
Indonesia. Kata Amal, kitab, Syarikat, wujud, ajaib dan masih banyak kata
lainnya.
3. Dalam bidang budaya dan sastra
· Seni menulis indah yang disebut Kaligrafi.
Komentar
Posting Komentar