Kelas XII Wajib IPS Demokrasi Terpimpin (Zaman Soekarno)
Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi
Terpimpin adalah sebutan untuk zaman di mana Indonesia berada di bawah
kekuasaan Presiden Soekarno sejak Juli 1959 hingga 1967. Pak, bukankah Soekarno
menjadi presiden sejak tahun 1945? Mengapa zaman Demokrasi Terpimpin mulai
dihitung sejak tahun 1959?.
Zaman
Demokrasi Terpimpin juga merupakan istilah ketika Indonesia dipimpin oleh
Soekarno sebagai Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan. Sedangkan mulai
bulan November 1945-Juli 1959 Soekarno hanya sebagai Kepala Negara atau symbol
saja, tanpa wewenang apapun dalam jalannya pemerintahan sehari-hari.
Sejak
Republik Indonesia Serikat dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1950, Indonesia
menganut sistem Demokrasi Liberal atau Demokrasi Parlementer. Di mana
pemerintahan sehari-hari dipimpin oleh seorang Perdana Menteri. Sejak tahun 1950-1959 sudah ada sekitar 7
perdana menteri yang hampir setiap tahun berganti karena berbagai persoalan. Sebut
saja, Natsir, Ali Sastroamijoyo, hingga Djuanda.
Melihat
situasi politik yang sangat tidak stabil ini. Soekarno menawarkan sebuah
konsepsi untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Beliau mengatakan bahwa
Demokrasi Liberal tidak cocok digunakan di alam politik Indonesia. Menurut Soekarno Demokrasi Terpimpin lah yang
cocok digunakan. Demokrasi Terpimpin adalah sebuah sistem pemerintahan yang
dipimpin oleh sebuah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Situasi
politik pada masa Demokrasi Liberal semakin tidak menentu. Dewan Konstituante yang bertugas untuk
membentuk UUD baru pengganti UUD 1950 Sementara tidak dapat memenuhi
tugasnya. Dewan ini gagal menyepakati
soal dasar negara, mereka terbelah dua, antara yang mendukung dasar negara
Islam dan Pancasila.
Akhirnya
melihat semua ketidakstabilan ini, Soekarno mengeluarkan sebuah Dekrit pada
tanggal 5 juli 1959 yang isinya :
1.
Pembubaran Konstituante
2.
Tidak berlakunya UUD 1950
(Sementara) dan berlakunya kembali UUD 1945.
3.
Pembentukan MPRS dan DPAS
Dekrit ini langsung
mendapat dukungan dari Angkatan Darat. Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal AH.
NAsution bahkan memerintahkan kepada seluruh jajaran tentara Angkatan Darat
untuk melaksanakan dan mengamankan Dekrit tersebut. Mahkamah Agung malah
menguatkan Dekrit ini artinya sah secara hukum.
Okei, pusing ya?? Nafas dulu…………
Dengan diterbitkannya Dekrit
tersebut, berakhirlah masa Demokrasi Liberal di Indonesia. Digantikan oleh
sistem Demokrasi Terpimpin. UUD 1950 (Sementara)tidak digunakan lagi, Indonesia
kembali menggunakan UUD 1945.
Dengan digunakannya kembali UUD
1945, Presiden Soekarno bertindak sebagai Kepala Pemerintahan sekaligus Kepala
Negara. Indonesia memasuki zaman di mana kekuasaan Soekarno sangat besar.
Setelah Dekrit dikeluarkan Kabinet
Juanda dibubarkan, kemudian diganti Kabinet Kerja. Kabinet ini mempunyai visi “Tri Program
Kabinet Kerja “ yaitu :
1. Masalah
sandang dan pangan
2. Masalah
keamanan dalam negeri
3. Masalah
Irian Barat.
Setelah
kabinet baru dibentuk, dibentuk pula Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
(MPRS). Anggotanya ditunjuk dan dipilih
oleh presiden. MPRS diketuai oleh
Chaerul Saleh dengan tugas menetapkan GBHN (Garis Besar Haluan Negara).
Kemudian dibentuk pula DPAS dan ABRI (ANgkatan Bersenjata Republik Indonesia).
Kebijakan ekonomi
dan Luar Negeri pada zaman Demokrasi Terpimpin.
1.
Kebijakan Ekonomi
2.
Integrasi Irian Barat
3.
Konfrontasi dengan Malaysia.
4.
Asian Games IV dan Ganefo.
5.
Nasakom dan pandagan Soekarno
tentang Perang Dingin.
1. Keadaan
Ekonomi
Keadaan Ekonomi
pada masa Demokrasi Terpimpin sangat tidak stabil. Sistem ekonomi Etatisme di mana perekonomian berpusat kepada pemerintah drpada kepada rakyatnya terjadi pada masa ini. Sejarah mencatat tingkat Inflasi mencapai puncak
tertingginya hingga 400 %. Pemerintah melakukan upaya Devaluasi atau menurunkan
nilai mata uang. Keadaan ini malah diperparah oleh kebijakan pemerintah untuk
membangun proyek-proyek mercusuar seperti pembangunan Gelora Bung Karno, Hotel
Indonesia, Gedung Conefo. AKibatnya pengeluaran pemerintah membengkak. Ekspor menurun
tajam, ditambah lagi dengan politik konfrontasi terhadap Belanda dan Malaysia.
Ini menambah buruknya kondisi ekonomi pada masa Demokrasi Terpimpin.
2. Integrasi
Irian Barat.
“Irian
Barat akan dikembalikan kepada Indonesia setahun setelah KMB ditandatangani”.
Demikianlah
salah satu isi dari Konfrensi Meja Bundar yang dilaksanakan pada tahun 1949. Namun
setelah setahun berlalu Belanda belum juga memberikan Irian Barat kepada
Indonesia. Pada zaman Demokrasi Liberal (1950-1959) pemerintah Indonesia sudah
berkali-kali melakukan diplomasi terkait dengan hal tersebut. Selain diplomasi
Indonesia juga melancarkan serangkaian konfrontasi ekonomi dan politik.
Konfrontasi
ekonomi dilakukan dengan cara
1.
Membatalkan utang2 Indonesia kpd
Belanda
2.
Melakukan mogok bruuh di perusahaan
Belanda, melarang penerbangan Belanda, menolak film2 berbahasa Belanda.
3.
Menasionalisasi 700 lebih perusahaan
Belanda dan dijadikan sebagai milik Indonesia
4.
Mengalihakan pusat pemasaran
komoditi Indonesia dari Roterdam ke Bremen di Jerman.
Cara-cara ini
teryata belum berhasil, Indonesia menambahkan kofrontasi politik dengan cara
memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda. Selain itu Indonesia juga
membentuk Provinsi Irian Barat dengan Ibukota Soa Siu, di Tidore dan menunjuk
Zainal Abidin Syah sbg gubernur.
Namun
cara-cara di atas belum juga berhasil. Belanda masih menunda untuk
mengembalikan Irian Barat ke Indonesia. Pada tahun 1960, Soekarno memutuskan
untuk menghentikan cara-cara diplomasi. Soekarno mengutus Jenderal AH Nasution
untuk menjajaki bantuan senjata dari Amerika Serikat. Namun permintaan tersebut ditolak. Akibatnya
mata Indonesia beralih ke Uni Soviet. Kali ini pendekatan berhasil, Indonesia
berhasil mendapatkan bantuan dengan total $ 400 juta dalam bentuk peralatan
militer.
Adanya
persediaan militer ini akhirnya membawa Indonesia kepada konfrontasi
total. Soekarno membentuk Komando Mandala
dengan perintah yang dikenal dengan Trikora (Tri Komando Rakyat).
1.
Gagalkan pembentukan negara papua
buatan Belanda
2.
Kibarkan Sang Merah Putih di Papua
3.
Bersiaplah untuk mobilisasi umum.
Kontak
militer pun tak terhindarkan, 15 januari 1962 terjadi pertempuran di Laut Aru,
Kapal MTB MAcan Tutul milik Indonesia tenggelam bersama dengan para tentara yg
dipimpin oleh Komodor Yos Sudarso dan Kapten Wiratno.
Amerika Serikat
sangat berkepentingan terhadap keadaan di Irian Barat ini. Mereka khawatir
kedekatan Indonesia dengan Uni Soviet berdampak kepada meluasnya pengaruh
komunis di Indonesia. Akhirnya mereka mengirimkan diplomatnya yaitu Ellsworth
Bunker untuk menengahi masalah ini.
Amerika Serikat di bawah Presiden John F Kennedy juga menekan Belanda
untuk segera menyerahkan Irian kepada Indonesia dengan ancaman pencabutan
bantuan Marshal Plan.
Akhirnya
Belanda dan Indonesia masuk ke meja perundingan, perang dihentikan. Di markas
besar PBB di New, York ditandatangani perjanjian yang kemudian dikenal sebagai
Perjanjian New York. Yang isinya :
1. Kekuasaan
sementara di Irian Barat diserahkan kpd UNTEA (United Nation Temporary
Authority)
2. Akan
diadakan PEPERA (penentuan pendapat rakyat/Referendum) sebelum tahun 1969.
Dibentuk pula UNSF
(United Nation Security Force) yang bertugas untuk menjaga kemanan di Irian
sebelum PEPERA dilakukan UNSF dipimpin oleh Brigadir Jenderal Said Uddin Khan. Akhirnya
PEPERA dilaksanakan pada tanggal 14 juli s.d. 4 agustus 1969. Hasilnya
mayoritas rakyat papua memilih untuk bergabung dengan Indonesia. 19 November 1969, PBB mengesahkan hasil
PEPERA tsb, dan Irian Barat secara sah masuk ke dalam bagian Indonesia.
2. KOnfrontasi
dengan Malaysia.
Pada tahun 1961, muncul keinginan
negara-negara bekas jajahan Inggris di Malaya, SIngapura dan Kalimantan Utara
untuk bergabung dalam sebuah Federasi Melaysia. Indonesia di bawah Presiden
Soekarno merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Soekarno merasa bahwa
keinginan tersebut bukanlah lahir dari rakyat di sana, melainkan strategi
Inggris untuk bisa menguasai Asia Tenggara.
Bung Karno dan para pemimpin negara
Asia Tenggara lain seperti Filiphina menginginkan sebuah Referendum atau jajak
pendapat untuk melihat apakah semua rakyat di Malaya, Singapura, Sabah dan
Serawak setuju untuk bergabung ke dalam Federasi Malaysia. Namun ternyata Referendum itu tidak dilakukan
secara benar, terjadi kecurangan dan manipulasi sehingga yang menang adalah yg
menyatakan mendukung terbentuknya Federasi Malaysia. Hal ini diikuti oleh
pengumuman berdirinya Federasi Malaysia pada tanggal 16 September 1963
(Singapura, Malaya, Sabah, Serawak).
Bung Karno semakin marah, dia memutuskan
untuk melakukan konfrontasi terhadap Malaysia. Slogan Ganyang Malaysia saban
hari biasa didengar pada masa-masa itu. Soekarno memutuskan untuk membentuk Komando
Mandala Siaga yang dipimpin oleh Marsekal Madya Omar Dhani. Soekarno juga
menyerukan perintah yang dikenal sebgai Dwikora
1. Perhebat
ketahanan Revolusi Indonesia
2. Bantu
perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunai
untuk membubarkan negara boneka Malaysia.
Akhirnya pasukan
Indonesia berserta relawan dikirim untuk melakukan serangan ke Malaysia.
Hubungan Indonesia dan Malaysia sangat buruk pada zaman Demokrasi Terpimpin.
Indonesia memutuskan hubungan diplomatic dengan Malaysia pada tahun 1963.
Setelah itu, pada tahun 1965, Januari, Indonesia memutuskan untuk keluar dari
PBB karena Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Hubungan
Indonesia-Malaysia baru membaik di masa kepemimpinan Presiden Soeharto.
3. Asean
Games IV dan Ganefo.
Pada tahun 1960
Indonesia diberikan kepercayaan untuk mempersiapkan perhelatan Asian Games ke
IV pada tahun 1962, dan Jakarta sebagai tuan rumahnya. Bung Karno tidak main2 untuk mempersiapkan
segala sesuatunya yang terkait dengan event olahraga internasional ini. Beliau
memutuskan untuk membangun kompleks olahraga yang sekarang diberi nama Gelora
Bung Karno. Namun ketika Asian Games dilangsungkan pada tahun 1962, Indonesia
menolak visa atlet dari Taiwan dan Israel. Karena Indonesia merasa penting
untuk menjaga solidaritas terhadap persekutuan negara arab dan RRT.
Hal ini mendapatkan protes dari
komite olimpiade internasional (IOC). Indonesia dianggap mencampuradukkan
masalah politik ke dalam event olahraga. Meskipun akhinrya Asian Games sukses
dilangsungkan, Indonesia dikeluarkan dari keanggotaan IOC. Bung Karno merasa
tidak peduli dengan hal ini. Beliau malah membentuk event olahraga tandingan
setingkat Olimpiade yang disebut Ganefo (Games of New Emerging Force) ([1]NEFO
(New Emerging Forces) adalah istilah Bung Karno untuk menyebut kelompok
negara-negara baru merdeka di Asia dan Afrika yang menolak penjajahan
negara-negara kapitalis (OLDEFO: old emerging force) pimpinan Amerika Serikat
dan Inggris). Namun
pada perkembangannya di zaman Presiden Soeharto, Indonesia kembali menjadi
anggota IOC dan GANEFO tidak pernah dilaksanakan kembali.
4. Nasakom
dan pandangan Soekarno tentang Perang Dingin.
Persatuan kaum NASAKOM
(Nasionalis Agama Komunis) adalah salah satu cita-cita besar Bung Karno ketika
memimpin Indonesia. Konsep NASAKOM dia
kampanyekan ke seluruh dunia. Hal ini terkait dengan situasi politik dunia pada
saat itu yang sedang dalam pengaruh Perang Dingin antara Blok Kapitalis
(Amerika Serikat) dengan Blok Komunis (Uni Soviet).
Konflik ini ternyata terjadi juga di
dalam negeri. Kelompok Komunis tidak terlalu disenangi oleh kelompok nasionalis
dan agama. Bung Karno berusaha mengayomi
ke tiga kelompok ini dengan tujuan sebesar-besarnya pembangunan bangsa dan demi
keamanan bangsa.
Namun pada 01
oktober 1965 terjadi peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap 6 Jenderal
pimpinan Angkatan Darat di Jakarta. Sejak saat itu, situasi politik semakin
tidak jelas. Angkatan Darat menyatakan bahwa PKI merupakan dalang di balik peristiwa
berdarah tersebut. Sejak saat itu hingga
beberapa tahun sesudahnya para simpatisan dan anggota PKI di seluruh Indonesia
ditangkap dan banyak di antara mereka dihukum mati.
Sejak peristiwa itu pula, sedikit
demi sedikit kekuasaan Soekarno digerogoti oleh militer di bawah pimpinan
Jenderal Soeharto. Hingga pada tahun 1967, Soeharto dilantik menjadi Presiden
menggantikan Soekarno. Berakhir pulalah Demokrasi Terpimpin.
Komentar
Posting Komentar