XI PEMINATAN
I.
Pengaruh sistem
Pemerintahan Kerajaan-Kerajaan Hindu Buddha bagi kehidupan bangsa Indonesia
Sebelum kita masuk ke dalam pengaruh
sistem pemerintahan Hindu-Buddha, kita mau melihat dulu sistem pemerintahan
yang seperti apa yang digunakan pada masa itu…
1. Sistem
Kerajaan.
Sistem Kerajaan yang digunakan pada
masa itu hampir sama dengan sistem yang digunakan oleh masyarakat di India. Ini
berarti Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha Indonesia terpengaruh oleh agama dan
kebudayaan yang berasal dari India tersebut.
Pak, berarti sebelumnya tidak sistem
kerajaan dong??
Ya. Orang2 nusantara sebelumnya
menggunakan sistem pemerintahan yg dipimpin oleh seorang kepala suku. Kepala
suku ini dipilih berdasarkan pengaruh dan kelebihannya yg disebut juga dengan
konsep PRIMUS INTERPARES (berarti budaya demokrasi sudah
dikenal lama oleh orang Indonesia kan??? Kira2 mengapa budaya demokrasi di
Indonesia baru muncul kembali waktu kita sudah merdeka???)
Nah nanti setelah agama dan kebudayaan
Hindu-Buddha masuk ke Indonesia sistem kepala suku, berganti dengan Kerajaan.
Pemimpin tidak lagi dipilih rakyat, tapi menjadi turun temurun. Kita hanya bisa
jadi raja kalau Ayah atau Ibu kita juga raja. Dalam keyakinan Hindu, Raja
merupakan seorang titisan dewa (Konsep Dewa Raja) yang mesti dihormati dan
dipatuhi.
Ada ga sih pak yg kerajaan yg menganut
agama Hindu-Buddha secara bersamaan??
Ada contohnya Mataram Kuno. MAsih ingat
wangsa Sailendra (Buddha) dan Sanjaya (Hindu), secara bergantian mereka menjadi
penguasa Kerajaan Mataram Kuno.
Apa
dong pak pengaruh Hindu-Buddha dalam pemerintahan Indonesia sekarang??
1. Pembagian
administrasi pemerintahan dari tingkat desa..
|
2. Hubungan
Internasional
Istilah
mancanegara yg masih kita gunakan sekarang sebagai penanda negara di luar
wilayah Indonesia atau negara tetangga, adalah istilah yg berasal dari zaman
Majapahit. Istilah Mitra Setata (mitra setara) yg digunakan sebagai symbol
persahabatan Majapahit dengan Kerajaan2 Asing di luar Nusantara juga masih
diadopsi oleh Indonesia sekarang dalam menjalin hubungan dengan negara lain.
Sekarang diadopsi oleh ASEAN..
3.
Musyawarah ..
Meskipun
berbentuk Kerajaan, pada masa Hindu Buddha juga mengenal sistem Musyawarah,
namun hanya di lingkungan istana untuk membicarakan sebuah masalah tapi
keputusan akhir tetap di tangan seorang Raja itu masih kita gunakan hingga
sekarang.
II.
Pengaruh sistem
Ekonomi Kerajaan-Kerajaan Hindu Buddha bagi kehidupan bangsa Indonesia
Pada
zaman Hindu-Buddha sistem ekonomi yang berkembang adalah sistem ekonomi
perdagangan dengan memanfaatkan wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan.
Banyak pelabuhan2 INternasional, Majapahit dan Sriwijaya merupakan sebagian
dari kerajaan Hindu Buddha yang bertumpu pada kehidupan maritim dan perdagangan
di Nusantara.
Selain itu dikenal juga salah satu sistem perdagangan yang disebut PAncawara.
Yaitu proses rotasi hari “dagang” di setiap desa selama seminggu. Jadi selama
seminggu, setiap desa mendapat jatah satu hari sebagai pusat dagang orang2 jawa
pada saat itu (ngerti ya??? Kalau ga Tanya bapak di kelas)…
Sarana
berdagangnya kemungkinan besar adlah kapal layar. Hal ini bisa dibuktikan
dengan adanya relief kapal2 layara di Candi Borobudur yg dibangun abad ke 8
Masehi (700an M).
Beberapa istilah pedagang yg digunakan pada zaman Hindu-Buddha
Beberapa istilah pedagang yg digunakan pada zaman Hindu-Buddha
1. Abakul : Pedagang Eceran
2. Adagan : Pedagang Grosir.
3. Hiliran : Pedagang yg hilir mudik di seputaran sungai besar
4. Banyaga : Pedagang ekspor impor, atau kelas internasional, antar bangsa..
Sampai
hari ini sistem perdagangan maritime masih digunakan, bahkan Pak Jokowi
membentuk satu kementrian Koordinator khusus untuk mengelola dunia kemaritiman
Indonesia, dengan nama KEMENTRIAN KOORDINATOR KEMARITIMAN DAN SUMBER DAYA, dan
dia juga membangun “TOL LAUT”….
III.
Pengaruh sistem
sosial Kerajaan-Kerajaan Hindu Buddha bagi kehidupan bangsa Indonesia
Kasta
Brahmana
|
Ida
Bagus (laki-laki), Ida Ayu (Perempuan)
|
Kasta
Ksatria
|
Anak
Agung
|
Kasta
Waisya
|
Gusti Bagus
(LK), Gusti Ayu (Pr).
|
Kasta
Sudra
|
Tidak
memiliki gelar, tp diurut sesuai dengan urutan kelahirannya
Jika
lebih dari 4 anaknya, kembali lagi ke urutan pertama.
|
IV.
Pengaruh
Kebudayaan Kerajaan-Kerajaan Hindu Buddha bagi kehidupan bangsa Indonesia
a. Seni sastra dan bahasa..
Pada
masa Hindu-Buddha, Kerajaan-kerajaan Indonesia kebanyakan menggunakan bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa sebagai bahasa dan huruf tulis mereka.
Kemudian karya sastra yg berkembang pada zaman Hindu-Buddha
1. Kitab
Batharayudha karya Mpu Sedah
2. Kitab
Negarakretagama karya Mpu Prapanca
b. Seni
arca dan patung..
Arca merupakan semacam tugu peringatan
untuk menghormati kebaikan dan jasa seorang raja. Salah satu contoh Raja yg
diarcakan adalah Raja Anusapati yg diarcakan sebagai Siwa di Candi KIdal.
c. Seni
Bangunan
Candi merupakan kerya besar zaman
Hindu-Buddha yg digunakan sebagai tempat ibadah, tempat meletakkan abu jenazah
dsb.
d. Seni
Pertunjukan.
Wayang merupakan seni pertunjukan yang
berasal dari zaman Hindu-Buddha. Wayang dikaitkan dengan penghormatan kepada
roh nenek moyang. Kedatangan arwah roh nenek moyang diwujudkan dalam bentuk
bayangan wayang. Ceritanya diambil dari kitab2 epos seperti Mahabrata dan
Ramayana.
Selain yang disebutkan di atas ada pula
penggunaan Tahun Saka (selisih 78 tahun dengan Tahun Masehi), penggunaan sesaji
dalam upacara keagamaan, penggunaan pengairan subak di Bali. Kemudian tradisi
kenduri, yg merupakan akulturasi budaya Islam dengan Hindu Buddha yg masih
dirayakan hingga saat ini.
Kata-kata dalam Bahasa Indonesia yg diserap dari bahasa Sansekerta seperti,
PANCASILA, EKADARMA, BAHAGIA, ASRAMA dsb.
PENGARUH KERAJAAN ISLAM BAGI BANGSA
INDONESIA..
Hari ini kita masuk ke dalam
pembahasan tentang apa saja yang tersisa dari masa kejayaan Kesultanan Islam di
Indonesia dan masih bisa kita gunakan atau minimal kita saksikan saat
ini.Secara garis besar kita bisa membagi pengaruh Kesultanan Islam terhadap kehidupan
bangsa Indonesia ke dalam 4 bidang, yaitu Pemerintahan (Birokrasi), Sosial,
Budaya dan Ekonomi. Kita akan melihat satu per satu,silahkan dipahami…..
Mengapa Islam mudah diterima, ini
sudah kita bahas berkali-kali, pertama karena tidak mengenal system kasta,
upacaranya tidak terlalu rumit, dan yg unik para penyebarnya terutama WALI
SONGO menggunakan pendekatan budaya misalnya:
- Sunan Kalijaga juga menggunakan kesenian WAYANG sebagai media dakwah penyebaran Islam.
- Sunan Bonang menggunakan seni GAMELAN sebagai media berdakwah menyebarkan agama Islam
Oke sekarang kita lihat pengaruhnya:
1.
Dalam bidang Pemerintahan (birokrasi).
Tidak jauh berbeda dari system yang
digunakan pada masa Kerajaan Hindu-Budha, masa Kesultanan Islam juga masih
menggunakan system “Kerajaan” dengan mengandalkan pola “keturunan” sebagai
penerus pemegang tahta Kerajaan.
Artinya, jauh berbeda dengan system
yang dianut oleh negara kita saat ini yang bersifat Demokratis, artinya siapa
pun bisa menjadi pemimpin asal dipilih oleh mayoritas rakyat.
Zaman Kesultanan Islam, masih
menggunakan system Kerajaan dimana hanya Keturunan langsung Sultan lah yang
berhak menjadi penguasa kerajaan berikutnya.
Namun meskipun begitu, sebagai sebuah
Kerajaan Agama, Kerajaan Islam tentu saja bergantung kepada ahli-ahli agama
sebagai pendamping dalam memutuskan masalah-masalah hukum dan pemerintahan.
Oleh karenanya ULAMA-ULAMA ahli agama Islam pada masa kerajaan Islam mendapat
posisi yang terhormat. Di aceh golongan agama ini bergelar TENGKU.
Contohnya: Di Kerajaan Aceh terdapat seorang
KADI, yang bertugas sebagai kepala HAKIM, yang memutuskan setiap perkara dalam
pengadilan atau memberi landasan hukum dalam pengambilan keputusan.
Di dalam masyarakat Aceh pada saat
itu juga telah mengenal beberapa jenis pengadilan antara lain: Pengadilan
Agama, Sipil, Kriminal dan Perdagangan. Semua masalah dalam
bidang-bidang di atas akan diputuskan oleh seorang KADI yg telah dijelaskan di
atas.
Selain ulama, Kerajaan Aceh juga
mengenal jabatan ULEEBALANG, yaitu pejabat yang ditunjuk oleh SULTAN sebagai
penguasa di sebuah daerah yang menjadi bagian dari Kesultanan Aceh. Atau bisa
dikatakan Uleebalang merupakan perwakilan Raja di sebuah wilayah kecil gunanya
untuk memastikan daerah itu tidak memberontak kepada pemerintah Pusat yang
dipimpin oleh Sultan.
2. Bidang Sosial.
Jika dilihat secara umum masyarakat
pada masa Kesultanan Islam terbagi dalam 4 kelompok seperti yang bisa kita
lihat di bawah ini.
1. Golongan Sultan
dan Keluarganya.
|
Dalam masyarakat Islam kala itu, Sultan sering juga disebut
SUSUHUNAN, PANEMBAHAN,dan MAULANA. Sementara itu keluarganya yaitu kaum
bangsawan sering diberi gelar TEUKU… SULTAN adalah penguasa tertinggi
Kerajaan.
|
2. Golongan Elit
|
Biasanya terdapat Patih, Menteri, Panglima, Pedagang,
Syahbandar. Semua jabatan di atas ditunjuk oleh Sultan. Mereka
ini termasuk dalam kelompok elit yang dekat dengan penguasa kerajaan.
Ulama juga termasuk dalam golongan ini.
|
3. Golongan Non
Elit.
|
Kelompok ini adalah rakyat biasa yg disebut Wong Cilik atau
rakyat kebanyakan.
|
4. Hamba Sahaya atau
budak.
|
Golongan terendah dalam masyarakat. Budak adalah orang yang
tidak memiliki kemerdekaan bisa karena terlilit utang atau karena menjadi
tawanan perang.
|
3. Bidang Ekonomi.
Sama juga seperti kerajaan
Hindu-Budha, zaman ini masih mengutamakan perdagangan sebagai kegiatan ekonomi
utama menopang kehidupan kerajaan. Salah satu buktinya adalah
ditemukannya perkampungan-perkampungan orang-orang Islam di sepanjang pesisir
kota-kota pelabuhan Indonesia, seperti Aceh, Jakarta, Semarang dan beberapa
kota lainnya. Perkampungan ini disebut juga PEKOJAN. Selain itu system ekonomi
yang telah mengenal uang sejak zaman Kerajaan Hindu-Buddha dilanjutkan. Pada
masa ini telah beredar mata uang China yang disebut PICIS. Juga sudah dikenal
mata uang kecil yg disebut CEITIS dan mata uang emas atau DRAMAS.
4. Dalam bidang Kebudayaan dan
Kesenian..
Bagian ini sangat menarik karena
sebagian besarny masih bisa kita saksikan hingga sekarang.
A. Bangunan Mesjid.
Mesjid-mesjid pada masa itu memliki
beberapa keunikan antara lain:
1. Atapnya tumpang dan bertingkat
semakin ke atas semakin kecil, tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah
tumpang selalu ganjil.kemudian di bagian puncak atap masjid diberikan hiasan yg
disebut MUSTAKA (terbuat dari tanah bakar).
2. Memiliki menara. Misalnya pada Mesjid
Kudus, yg memiliki menara unik yaitu sebuah bangunan Candi yg diberi
atap tumpang. Menara ini biasanya di samping Mesjid tersebut, ini menandakan
ada Akulturasi (percampuran) budaya Hindu-Budha dengan Islam.
Atap tumpang ini juga bisa dikatakan percampuran
(akulturasi) budaya Islam dengan Hindu-Buddha karena atap tumpang merupakan
pola arsitektur yang dulu biasa digunakan pada bangunan Candi. Atap berbentuk
tumpang dan limas ini masih bisa dilihat di Mesjid BANTEN, ini
membuktikan ada akulturasi bangunan Candi dengan Mesjid.
3. Letaknya berdekatan dengan Istana dan
alun-alun. Biasanya mengarah ke barat.
B. Kaligrafi.
Kaligrafi merupakan seni menulis huruf
Indah. Di dalam Islam dilarang menggambar atau melukis benda hidup (seperti
manusia, hewan) karena dianggap musryik atau menyembah mahluk hidup.
Tulisan-tulisan ini bisanya diambil dari ayat Alquran.
C. Tradisi.
Sekaten (upacara peringatan hari kelahiran
NABI MUHAMMAD)
Grebeg Maulid (membersihkan benda
pusaka dan keramat seperti keris).
Kenduri dan Ruwatan.
D. Karya Sastra dan ilmu kebatinan
1. Makuta ALam : Karya sastra dari Aceh.
2. Suluk : Kitab-kita primbon, semacam
kitab ramalan untuk hari-hari baik dan buruk. Kitab ini juga berisi tentang
ajaran-ajaran Tasawuf.
3. Tasawuf : Ilmu tentang orang-orang yg
langsung mencari Tuhan karena dorongan akan cinta dan rindu kepada Allah. Para
pelakunya disebut juga kaum Sufi.
4. Bustanul Salatin: Informasi dan data-data tentang
silsilah SULTAN-SULTAN ACEH.
5. Hikayat : Karya sastra yg sudah ada
pada zaman Hindu-Buddha seperti Mahabarata dan Ramayana dalam zaman islam
disesuaikan dengan kebudayaan Islam menjadi HIkayat Pandawa Lima, Hikayat
Perang Pandawa Jaya.
Komentar
Posting Komentar