Sejarah Wajib kelas X MIPA-IPS
Agama dan Kebudayaan
Islam di Indonesia.
A.
Kelahiran
Islam.
Islam merupakan sebuah agama yang
dianut lebih dari 1 Milyar manusia di dunia. Di negara kita, Indonesia, agama
Islam, sejak runtuhnya Kerajaan Hindu-Buddha hingga kini menjadi agama yg
dianut lebih dari 90 % penduduknya. Artinya tidak ada alasan kita sebagai
bagian dari Bangsa Indonesia untuk tidak sedikit belajar tentang agama besar
ini.
Islam lahir di sebuah negara yang
sekarang bernama Arab Saudi. Agama ini lahir dan diajarkan oleh Muhammad, yang
bagi umat Islam merupakan Nabi terakhir yang dipilih oleh Allah (Sebutan
Tuhan dalam ISlam) sebagai wakilNYA di dunia. Dikisahkan bahwa sekitar
tahun 610 Masehi, Muhammad yg pada saat itu telah berusia 40 tahun menerima wahyu
dari Allah di sebuah tempat yg bernama Gua HIra.
Demikianlah wahyu (pesan/firman) Allah
yg pertama sekali diberikan kepada Muhammad. Setelah itu, untuk lebihd ari 20
tahun kemudian, wahyu-wahyu berikutnya disampaikan kepada Muhammad lewat
berbagai cara. Kumpulan dari wahyu tersebut diingat oleh umat muslim awal, ada
yg ditulis di atas pelepah daun pohon, hingga pada akhirnya dikumpulkan dan
dituliskan dalam sebuah buku yg kita kenal sekarang sebagai Alquran.
Demikian sekilas tentang kelahiran
agama Islam. Dalam waktu yg singkat agama ini mendapat pengakuan sekaligus
penganut yg luar biasa banyak di wilayah Arab Saudi. Bangunan Kabbah di Mekkah
yang diyakini umat Islam dibangun oleh Nabi Ibrahim, berhasil diambil alih oleh
pasukan Islam. Sesuai perintah Allah kepada Muhammad, Kabbah dijadikan pusat
ibadah Islam dan dibersihkan dari segala bentuk penyembahan terhadap berhala.
Kiblat sholat pun diarahkan ke Kabbah di Mekkah.
Pada perkembangannya Islam menjadi
agama negara, hukum negara pun didasarkan kepada Alquran yg dipercaya umat
Islam wahyu dan perintah dari Allah kepada manusia. Islam sebagai agama dan
negara, menyebar hingga ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kita akan melihat
berbagai pendapat tentang bagaimana pendapat para ahli tentang asal mula
tibanya Islam di Indonesia.
Teori masuknya Agama dan Kebudayaan
Islam di Indonesia .
1.
Teori Gujarat.
Teori ini diungkapkan oleh para sarjana
dan ahli dari barat (Eropa) seperti Snouck Hurgronye, J.P. Moquetta dan
Pijnaple. Menurut para ahli ini, agama Islam di Indonesia bukan berasal dari
Arab (Mekkah) langsung, melainkan dari Gujarat (India bagian barat) yang datang
sekitar abad 13 M.
Menurut para ahli ini, pedagang Gujarat
yang telah memeluk Islam membawa Islam ketika berdagang ke Indonesia.
Bukti-bukti yang mendukung teori ini didasarkan pada ditemukannya kesamaan pada
batu nisan Sultan Malik Saleh dan Maulana Malik Ibrahim dengan nisan yang
terdapat di Gujarat. Ini membuktikan bahwa Nisan tersebut diimpor dr Gujarat,
atau setidaknya dibuat oleh orang Indonesia yang belajar Kaligrafi (seni
menulis indah) dari Gujarat.
Selain alasan di atas, kesamaan istilah
Jaratan di Jawa untuk menyebut tempat makam juga dianggap berasal dari Gujarat.
Semua bukti ini menjadi dasar berpikir untuk mengatakan bahwa Islam di
Indonesia berasal dari Gujarat.
2. Teori
Makkah.
Teori ini muncul sebagai reaksi menolak
Teori Gujarat yg mengatakan Islam datang ke Indonesia pada abad ke 13 dan
dibawa oleh orang Gujarat. Sebaliknya, teori ini mengatakan bahwa Islam di
Indonesia langsung dibawa oleh orang muslim Arab dari Mekkah pada abad ke 7
Masehi, atau tidak jauh setelah kelahiran agama Islam itu sendiri. Teori ini
dikemukakan oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA. Teori ini
didasarkan pada hasil catatan bangsa Asing tentang adanya pemukiman pedagang
Arab Islam di pesisir pantai Indonesia, seperti Aceh, Barus dll, pda abad ke 7
Masehi.
3. Teori
Persia .
Teori ini menyatakan bahwa Islam di
Indonesia berasal dari Persia (Negara Iran sekarang), hal ini dibuktikan dengan
beberapa kesamaan ritual/tradisi antara Islam di Persia dengan Indonesia.
Tradisi ini dilangsungkan setiap
tanggal 10 Muharram di Sumatera Barat yaitu Upacara Tabot (Tabuik). Selain di
Sumatera Barat. Upacara memperingati wafatnya Husein Bin Ali (Cucu Muhammad)
ini juga dilaksanakan di Bengkulu yaitu setiap tanggal 10 Muharram. Peringatan
ini juga disebut dengan 1 Syura.
Kedua Upacara ini merupakan ritual
tahunan umat Islam di Persia atau Iran sekarang, karena kesamaan ini, para ahli
menyebut Islam di Indonesia berasal dari Persia.
4. Teori China
Teori
ini mengatakan bahwa Islam dibawa dari China yaitu oleh pedagang2 China muslim.
Bukti yang mendukung adalah di Semarang telah ada pemukiman orang2 China yg
beragama Islam yg sekaligus menyebarkan agama Islam di Indonesia terutama Pulau
JAwa. Klenteng Sam Po Kong, di Semarang dulunya merupakan Mesjid yg dibangun
oleh para pedagang China Islam yg ada di Semarang.
Hanya ketika ketika waktu berjalan
banyak keturunannya tidak lagi beragama Islam dan kembali ke agama asal mereka,
Mesjid itu kemudian dirubah menjadi Klenteng. Selain itu sejarah juga
mencatat Raja Demak, Kerajaan Islam pertama di Indonesia meruapakan anak Raja
Majapahit Brawijaya dengan ibu seorang putroi dari China. Laksamana Ceng Ho,
seorang muslim dan pelaut dari Kekaisaran China pernah bertandang ke Semarang
untuk mengadakan kerjasama dengan kerajaan nusantara.
Semua teori ini masuk akal untuk
menentukan arah datangnya Islam ke Indonesia. Meskipun kita tidak dapat
menyimpulkan siapa yg paling pertama membawa Islam ke Indonesia. Kemungkinan
besar ada banyak pihak yg ambil bagian dalam penyebaran Islam ke Indonesia,
bisa dari Mekkah, Gujarat, Persia, China atau bahkan tempat lain. Intinya
Indonesia telah menerima pengaruh Islam sejak pertama sekali agama itu lahir di
Mekkah.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Mengapa
agama Islam mudah diterima orang Indonesia? Hal ini disebabkan oleh:
a. Ajaran Islam datang dengan cara yang
damai,
b. Agama ini juga tidak mengenal sistem
pembagian masyarakat atau kasta.
c. Agama ini juga tidak
punya syarat-syarat yang rumit untuk menjadi pemeluknya.
d. Selain itu upacara dalam agama
Islam juga jauh lebih sederhana daripada upacara dalam agama Hindu-Budha.
e. Ajaran Islam yang
masuk ke Indonesia juga telah disesuaikan dengan alam pikiran dan tradisi orang
Indonesia.
II.
Saluran-saluran Penyebaran Islam.
1.
Perdagangan.
Perdagangan merupakan metode penyebaran
Islam paling utama dan pertama. Menurut Tome Pires (seorang pelayar dan ahli
obat-obatan dari Portugis, yang ada di Malaka pada tahun 1512-1516) kegiatan
perdagangan di nusantara sekitar abad ke 7 M sampai abad ke 16 lalu lintas
perdagangan yang melalui nusnatara sangat ramai.
Dalam proses ini pedagang nusnatara dan
pedagang asing (Islam) dari Gujarat dan Timur Tengah (Arab dan Persia) bertemu
dan saling tukar pengaruh. Sebagian dari pedagang asing ini tinggal di wilayah
dekat pantai yang disebut Pekojan, lama kelamaan jumlah mereka pun semakin
banyak dan memperngaruhi lingkungan sekitar mereka dengan ajaran Islam.
Para pedagang ini kemudian menjalin
hubungan dengan para adipati (bupati) wilayah dan lama kelamaan masuk dalam
lingkungan istana. Ketika para Raja dan bangsawan memeluk Islam maka rakyatnya
akan dengan mudah mengikuti. Setelah masuk Islam, rakyat biasa, istana dan
pedagang nusantara yang memeluk Islam itu pun menyebarkan Islam ke kota
pelabuhan dan pesisir lain.
2.
Perkawinan.
Pedagang- pedagang asing dari Timur Tengah
dan Gujarat tadi juga ada yang menikah dengan wanita-wanita pribumi bahkan
dengan anggota keluarga kerajaan. Wanita-wanita yang telah dinikahinya
tersebut akan mengikuti suaminya masuk Islam dengan syarat mengucapkan kalimat
Syahadat terlebih dahulu. Anak-anak hasil perkawinan tersebut akan mengikuti
agama Islam yang dianut oleh kedua orangtuanya.
Selain itu, perkawinan anak-anak kaum
bangsawan ataupun anak Raja mempunyai dampak yang lebih besar. Mereka lebih
mudah memperngaruhi istana untuk mendukung penyebaran Islam. Lama kelamaan
seluruh anggota keluarga Istana akan memeluk Islam, selanjutnya kerajaan yang
pada awalnya bercorak Hindu-Budha perlahan-lahan menjadi bercorak Islam.
3.
Pendidikan.
Perkembangan
Islam yang semakin meluas mendorong munculnya para ulama atau ahli agama Islam.
Para ulama ini menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan cara
mendirikan pondok-pondok Pesantren di berbagai daerah. Saluran pendidikan
sangat efektif untuk mempercepat dan memperluas penyebaran Islam hingga ke
daerah-daerah yang terpencil. Pesantren-pesantren pada masa awal penyebaran
Islam.
4.
Tasawuf
Tasawuf
adalah ajaran keTuhanan yang telah bercampur dengan mistik atau hal-hal yang
bersifat magis. Kata “Tasawuf” sebernarnya berasal dari kata ‘SUFI” yang
berrati kain wol yang terbuat dari bulu domba. Istilah ini muncul karena para
ahli Tasawuf biasanya memakai jubbah yang terbuat dari wol.
5.
Dakwah (Pengabaran ajaran Islam dengan cara berkutbah ke berbagai
tempat/daerah).
Dakwah
yang dimaksud di sini secara khusu membahas tentang dakwah para wali. Atau yang
dikenal dengan sebutan Wali Songo. Atau yang disebut juga para Sunan antara
lain Sunan Ampel dan Bonang.
6.
Kesenian
Agama
Islam juga disebarkan melalui kesenian seperti yang dilakukan oleh SUnan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan seni Wayang dalam
melakukan dakwah Islam. sedangkan Sunan Bonang menggunakan seni Gamelan dan
Gending (lagu-lagu) yang berisi syair-syair nasihat dan dasar-dasar ajaran
Islam.
Kita sudah membahas tentang kelahiran Islam,
penyebarannya hingga proses masuknya agama Islam ke Indonesia. Sebagai negara
kepulauan, yang tersusun dari banyak pulau masuknya satu ajaran dan kebudayaan
ke Indonesia tentu saja tidak dalam waktu bersamaan. Tidak terkecuali ajaran
Islam, juga diperkirakan masuk dalam rentang waktu yg berbeda di setiap wilayah
Indonesia.
Wilayah Sumatera dipercaya menjadi tempat
pertama yang “dikunjungi” ajaran Islam yang dibawa oleh pedagang-pedagang Arab
yang jauh sebelum Islam lahir telah berdagang dan singgah di
pelabuhan-pelabuhan Sumatera. Kondisi ini didukung oleh kenyataan bahwa Pulau
Sumatera sangat strategis lokasinya, berada di antara 2 benua, 2 samudera dan 2
pusat peradaban besar China dan India.
Selain itu, mulai ditinggalkannya jalur sutera
membuat jalur pelayaran ke Sumatera menjadi alternatif (pilihan) baru.
Sumatera akhirnya berkembang menjadi pelabuhan penting, apalagi ketika
Sumatera dikuasai oleh salah satu Kerajaan Buddha terbesar di Indonesia yaitu
Sriwijaya.
Kerajaan ini berdiri sekitar abad 7 dan 8
Masehi. Dalam waktu yang hampir bersamaan Agama Islam lahir di tanah Arab.
Dalam selang waktu yang tak lama, agama itu disebarkan ke seluruh dunia
sebagian dari mereka sampai di Indonesia. Maka bisa dikatakan di
wilayah-wilayah Sriwijaya (Sumatera) telah berkembang komunitas2 kecil umat
Islam. Seperti, Pasai, Aceh, Minangkabau, dsb. Namun karena Sriwijaya masih
menjadi penguasa terbesar Sumatera kala itu, komunitas2 Islam itu belum bisa
berkembang menjadi kerajaan.
Setelah Sriwijaya mulai menunjukkan gelagat
kehancurannya sekitar abad 11-12 M, komunitas ini berkembang hingga menjadi
kerajaan-kerajaan Islam peratama di Indonesia. Kita akan melihatnya satu per
satu.
Kerajaan
Samudera Pasai.
Hikayat
Raja-Raja Pasai ( buku silsilah Raja-Raja Pasai) mencatat bahwa Raja
pertama Pasai yang memeluk Islam adalah seorang yang bernama Marah Silu yang
berganti nama menjadi Malik Al Saleh.
Sebelumnya
Marah Silu merupakan gempong samudera (kepala pelabuhan)di Pasai. pada
perkembangannya, beliaulah yang mendirikan Kerajaan Samudera Pasai sekitar
tahun 1267 M. Namun, pada masa pemerintahan Ahmad Az Zahir (1345-1350)
Pasai mendapat serangan dari Kerajaan Majapahit. Dalam Hikayat Raja Raja Pasai
dikisahkan bahwa setelah perang tiga hari tiga malam Pasai kalah dan akhirnya
rakyat nya tercerai berai. Kesultanan ini bangkit kembali pada masa
kekuasaan Zainal Al Abidin Malik Az Zahir tahun 1383. Namun
Pasai kembali dihadapkan pada peristiwa-peristiwa menuju keruntuhannya
seperti perang saudara dan serangan Kerajaan Aceh atas Pasai pada tahun 1524.
Kesultanan
Aceh.
Di atas sudah disinggung, bahwa Kerajaan Islam pertama di Sumatera yaitu
Samudera Pasai ditaklukkan oleh Kerajaan Aceh. Aceh kemudian menggantikan peran
Pasai sebagai penguasa Sumatera.
Kesultanan
Aceh terletak di Aceh Rayeuk (sekarang Aceh Besar) didirikan oleh
Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Tumbuhnya Kerajaan Aceh
bersamaan dengan tumbuhnya sebuah Kota pelabuhan di sebelah timurnya (selat
Malaka) bernama Malaka.
Pada
tahun 1511, Malaka, dikuasai oleh Portugis. Ini menyebabkan kapal-kapal dagang
yang sebelumnya singgah di Malaka berpindah ke pelabuhan-pelabuhan Aceh, ini
menyebabkan pelabuhan dan Kerajaan Aceh semakin besar dan penting.
Kerajaan ini mencapai masa kejayannya pada masa pemerintahan Sultan
Iskandar Muda. Mengapa disebut masa jaya, karena:
·
Wilayah kekuasaan Aceh membentang dari Deli sampai semenanjung
Malaya, termasuk daerah pantai barat Sumatera hingga Palembang.
·
Dibentuk undang-undang tentang Tata Pemerintahan
yang disebut dengan ADAT MAKUTA ALAM .
·
Iskandar Muda membangun basis militer dan pertahanan di laut.
·
Selama masa pemerintahan ISkandar Muda juga dikenal beberapa
kelompok masyarakat yaitu :
~
Golongan bangsawan disebut TEUKU
~Golongan
Ulama, agamawan(Rohaniawan) disebut dengan TENGKU
·
Iskandar Muda menaruh perhatian penting pada perkembangan sastra
dan Tasawuf di kesultanan Aceh. Berikut beberapa tokoh Tasawuf
Aceh: Hamzah Fansuri, Syamsudin al Sumatrani, Nuruddin ar Raniri dan
Syekh Abdul Rauf Singkil.
·
Terbitnya buku sejarah adat istiadat Aceh yang
disebut Bustanul Salatin, yang menunjukkan pentingnya dunia sastra bagi
Iskandar Muda.
Setelah
wafat, Iskandar Muda digantikan oleh Iskandar Thani. Pada
masa Iskandar Thani Aceh mengalami kemunduran karena Thani tidak semampu dan
sekuat Iskandar Muda.
Beberapa
ratus tahun kemudian, setelah melalui konflik dan perang yang panjang dengan
Portugis kemudian VOC dan terakhir Belanda, Aceh akhirnya dikuasai oleh Belanda
pada tahun 1904.
Demikian
sekilas kisah Kerajaan Islam di Sumatera. Namun seperti yg kita ketahui
Indonesia bukan hanya Sumatera. Ada banyak pulau lain yang juga “dialiri”
ajaran Islam dari Arab tersebut. Salah satunya adlah pulau JAwa. Mari
kita lihak kisahnya:
Komentar
Posting Komentar